BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Isi lontar Sang Hyang Mahajnana
Lontar ini terdiri dari 87 sloka dengan terjemahannya ke
dalam bahasa Jawa-Kuna yang memuat penjelasan Bhatara Siwa kepada puteranya
Sang Kumara. Isinya antara lain tentang yang disebut "maturu" yaitu
dasendrya dan yang disebut "matanghi" yaitu Panca Bayu, Tentang
purusa dan prakrti, Siwa lingga, bahya lingga atma lingga. Kemudian tentang
Saptapada yaitu : Jagrapada, Susupta pada, Swapnapada, Turyapada, turyantapada,
Kewayapada, Paramakewalyapada.
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara,
diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Keutamaan
Sanghyang Ongkara dalam kaitannya dengan "kamoksan" serta peranan
hati juga ada diuraikan dalam lontar ini.
Dalam lontar ini ada hal yang khas, yaitu bahwa setiap
penjelasannya didahului dengan semacam teka-teki, seperti misalnya: apa yang
merupakan api dalam air, apa yang dimaksud matahari terbit di malam hari, dan
sebagainya (http://shivabuddha.blogspot.com/2010/08/sang-hyang-mahajnana.html,
19/11/2012, 20:18) . Adapun isi dari lontar Sanghyang Mahajnana tersebut
yaitu :
1)
Dasendrya
Dasendrya adalah sepuluh indrya manusia yang dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu panca Budhindrya ( lima macam indrya yang terdapat
pada manusia untuk mengetahui) meliputi Caksuindriya (mata), Sotendriya
(telingga), Ghranendriya (hidung), Jihwendriya (lidah), Twakindriya (kulit),
dan panca Karmendriya (lima macam indriya yang ada pada manusia yang berfungsi untuk
melakukan sesuatu) meliputi Panindriya (tangan),
Padendriya (kaki), Grabhendriya (perut), Upasthendriya/Bhagendriya (kelamin
laki-laki/wanita), Payuindriya (pelepasan/anus). Dalam Lontar Sanghyang
Mahajnana ajaran Dasendrya tercantum dalam Sloka 3, 4, 5, 8 dan 11. Adapun isi
Sloka tersebut sebagai berikut :
Dasendriyani suptani
wayuragnis ca jagrtah
Mano dasadisi gatam
prthiwyambuni jiryyatah. 3
|
Artinya :
Wahai anakku
Sang Hyang Kumara , yang menyebabkan tubuh ini tertidur,adalah dasendrya, yang
menyebabkan bangkit adalah panca Bayu namanya, yaitu: prana, apana, samana,
udana, wyana, itulah yang merupakan sinar prebhawa yang merasuk kedalam tubuh
dan menempati sepuluh tempat dalam tubuh, seperti halnya dewa wisnu, inilah
perumpamaanya:
Eka bharya trayah putra dwe hale dasa dhnewah
Suksmatre mama wasatir
yyo weti sa rawim wrajet. 4
Hana ya anakebi tunggal ] anakya tlu] hana ta gala rwang siki ] lawan
lembu sapuluh] unggwannya tngahning sawah ] an pwa mwah ring ta anakebi tunggal
manak tlu ] mwang hiking gala rwang lawan ikang lembu sapuluh ] mwang ikang
sawah sawah kahananya ] ya teka tka ri pada bhatara siwa, ]sang wruh irika ya
tumemwakeni sang pinaka swami ning rat kabeh.
Artinya :
Ada sepasang
suami istri, memiliki tiga anak, ada srigala dua ekor, serta 10 lembu, yang
bertempat di tengah sawah, demikian halnya sepasang suami istri yang beranak
tiga, serta sepasang srigala dan sepuluh lembu, serta sawah sebagai
tempatnya , semuanya akan di rasuki oleh dewa siwa, orang yang mengetahui tentang
hakekat beliau sebagai sumber dari segala sumber di jagat raya ini.
Bharya wyaktam gunah
putra mano bhudhis ca dwe hale
Drenawas cendriyan
yewaa hrdayam ksetram ucyat. 5
Ikang pradana ya sinangguh anakebi tunggal ] ikang tri guna ] ya
sinangguh anak tlu] apan mijil saking pradana ya ] ikang budhi maanah] ya
sinangguh gala rwang siki] sinangguh lembu sapuluh] ikang dasendrya] ya
sinagguh sawah] ikang witning hati] mwang pusuh pusuh]] ika ta kabeh kawruhan
de sang mahyun kalepasan ]
|
Yang diumpamakan
pradana adalah sepasang suami istri, tri guna diumpamakan ketiga anaknya, sebab
tri guna keluar dari pradana, sementara Budhi dan manah diumpamakan sebagai dua
ekor srigala, yang diumpamakan sebagai 10 lembu adalah dasendrya, yang
diumpamakan sebagai sawahnya adalah kata hati/ bathin, beserta segala isinya,
semua itu harus di ketahui oleh orang yang akan mencari kelepasan .
Dasendryani rastram hi
sariram nagaram tatha
Atmana tu hatwa sarwa
rudralokam awapnuyat. 8
Ya sinangguh kadatwan ] ikang dasendrya] ya sinangguh wanwa ] ikang
sarira, ika ta kabeh patyakna] patyakna ngaranira , tinggalakna kalingan ika,
sampun pwa kawasa kabeh katinggal] mati kalinganya kapangguh tang rudra loka
denta
Artinya :
Yang diumpamakan
sebagai tempatnya adalah dasendrya ,yang diumpamakan sebagai desanya adalah
tubuh kita, itu semua harus di musnahkan, patyakna(di musnahkan) artinya di
tinggalkan, setelah semuanya berhasil di tinggalkan maka mati pasti akan
bertemu di rudra loka olehnya.
Swam sariram manah
puspam om karah pawakah smrtah
Dasendryani kurmmas ca
sarwa nadyo nadyah smrthah. 11
Ikang sarira ya akasa ngaranya ]
sang hyang manah sira kembang Sang Hyang Omkara sira apuy] ring dalem wway ]
iakang dasendriya ] yeka pamaspes gigirnya ] ikang lwah ngaranya] Nadi otwat
ika
Artinya :
Tubuh kita, itu
disebut sebagai akasa, Sang Hyang Manah sebagai kembangnya , Sang Hyang Omkara
sebagai apinya, di dalam air adalah dasendrya, sebagai asap yang
mengelilinginya yang dimaksud sebagai sungainya adalah pembuluh darah dan urat.
2) Panca Bayu
|
Dasendriyani suptani
wayuragnis ca jagrtah
Mano dasadisi gatam
prthiwyambuni jiryyatah. 3
|
Artinya :
Wahai anakku
Sang Hyang Kumara , yang menyebabkan tubuh ini tertidur,adalah dasendrya, yang
menyebabkan bangkit adalah panca Bayu namanya, yaitu: prana, apana, samana,
udana, wyana, itulah yang merupakan sinar prebhawa yang merasuk kedalam tubuh
dan menempati sepuluh tempat dalam tubuh, seperti halnya dewa wisnu, inilah
perumpamaanya.
Manno budhir ahangkaro
wayubhih pancabhih saha
Pranastau
sarwabhutranam sariram suksmam ucyate.14
Hana ta manah ] budhi ] ahangkara ] hana ta panca wayu ngaranya waneh]
lwirnya prana ] apana] samana] udana ] wiyana ] lima bedhania . pranastau sarwa bhutanam . ika ta kabeh wwalu pindanya ] pinaka
prana ning bhuta kabeh] sariram suksmam ucyate. Ya sinangguh suksma sarira
ngaranya waneh
Artinya :
Ada yang disebut
manah, budhi, ahangkara, ada panca bayu namanya, seperti :prana ,apana, samana,
udana, wiyana, ada lima sifat yang berbeda, pranastau sarwa bhutanam .itu semua terbagi menjadi tiga , sebagai
prana dari semua bhuta , sariram suksmam
ucyate. Yang kedua Beliau juga sebagai suksma sarira .
3) Tentang Purusa dan Prakerti
Purusa adalah jenis kesadaran tertinggi. Purusa sama dengan unsure
kejiwaan. Prakerti adalah unsure kebendaan. Ketika unsur Purusan dan Prakerti
bertemu, maka muncullah yang namanya budhi, Ahamkara dan Manah. Dalam Lontar
Sanghyang Mahajnana ajaran Purusa dan Prakerti tercantum dalam Sloka 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 56, 82, dan 83. Isi Sloka tersebut sebagai berikut :
Mataram pitaram hatwa
dwau ca brahmanau
|
Bapanta mwang hibunta ] sira patyananta] mwang maling rwa ] mwang
brahmana rwa ] patyananta teka ] telas pejah pwa bapanta mwang hibunta ] mwang
hiking maling rwa, ] lawan hiking brahmana rwa] mwang kadatwan lawan warrna
mami, ] kapangguh tang rudra loka denta] mangkana ling bhatara
Artinya :
Ayah dan ibumu,
beliau patut di hilangkan , serta dua maling , serta dua brahmana , matikanlah
, setelah mati kedua orang tuamu, , kedua maling itu, dan kedua brahmana itu,
serta tempat dan segala jenisnya , maka akan bertemu di rudra loka , demikian
lah sabda bhatara .
Mataram prakertim
widyat purusam ca pitaram widuh]
dharmo dharmas ca dwau
harau bhudir mmanas ca brahmanau. 7
sang prakerti sira sinangguh ibu] sang purusa sira sinangguh bapa ]
dharma adharma sira sinangguh maling rwa] ikkang bhudi manah sira sinangguh
brahmana rwa
Artinya :
Sang Prakerti di umpamakan sebagai
Ibu, Sang Purusa diumpamakan sebagai bapak , dharma adharma sebagai kedua
maling itu, budhi dan manah diumpamakan sebagai kedua brahmana itu.
Akase jayate puspam
nadyam jwalati pawakah
Mrduprsthani kurmanam
ratrau ca jayate rawih. 9
Hana kambanging akasa] hawan apuy dumilah ri dalem wway] hana ya pasmapes
gigirnya ] hana taditya metu ring
wngi] ika ta kawruhana de sang mahyun kalpasan
Artinya :
Ada ruang di angkasa, awan dan api yang bersinar dari
dalam air, ada juga asap tebal yang
mengelilinginya , ada matahari yang muncul di tengah kegelapan, itu hendaknya
di ketahui oleh orang yang mencari kelepasan
Ka akasae ca kim
puspam ka nadi ko hi pawakah
|
Aparan yeka sinagguh bhatara akasa , aparan teka sinangguh kembang wih]
aparan teka sinangguh lwah, aparan sinangguh apuy ri dalemwway] aparan ta
sinangguh pasmapes gigirnya] aparan ta sinangguh wngi ngarannya wih, Aparan
sinangguh aditya ring wengi
Artinya :
Apakah yang
diumpamakan sebagai bhatara akasa , apakah yang dimaksud dengan kembang wih,
apakah yang dimaksud dengan sungai, apa yang dimaksud dengan api di dalam air,
apakah yang dimaksud dengan asap yang mengelilinginya, apakah yang dimaksud
dengan kegelapan, apakah yang dimaksud dengan matahari di tengah kegelapan,
Ratris ca prakrtir
jneya rawis ca purusa tatha
Atmajnanam tu wijnaya
mucyate natra samsayah. 12
Sang pradana sira wngi] sang purusa siraditya mte ring wengi, sang Hyang
Atma sira sinangguh janana wruh pwa wang irika kabeh ] ta sandehakena mulih
maring pada bahatara
Artinya :
Sang Pradana adalah
kegelapan, sang Purusa adalah matahari yang muncul di tengah kegelapan, Sang
Hyang Atma disebut sebagai jnana, semuanya diketahui bersemayam disana oleh orang , semuanya itu tidak bisa di
pungkiri akan kembali kepada beliau.
Skando ratris ca
wijneyas caksus ca wa rawis tatha
Manojnanam tu wijnaya
sa mucyate wai janmanah. 13
Sinanguh wengi ngaranya waneh ] ikang sarira pancamaha bhuta ] rawi
ngaranya ] ikang dasendrya ] sinangguh jananatma] sira ta luputing janma
sangsara
Artinya :
Yang di umpamakan sebagai kegelapan
adalah tiada lain, panca maha bhuta dalam tubuh kita , matahari adalah dasendryanya, yang di sebut janana
atma , beliau luput dari segala penderitaan manusia.
Kamalam ca pranalam ca tiktam iswara ewa wa|
|
Ikang paruparu| ya kamala| yeka ngaran pranala| ikang tikta| ya ta ngaran
lingga| ikang Sarira| ya ta ngaran
khayangan| putus ning sinangguh diwya bhatara| maheswara| sira pratisthe
ngkana. Ikang sarira pradhana| mangkana lawang sanga.
Artinya :
Di dalam
paru-paru, disebut kamala, itu namanya pranala, tikta itu, beliau disebut
lingganya badan kasar, itu juga disebut kahyangan, beliau disebut sebagai sang maha putus, dewa
maheswara, beliaulah yang akan membersihkan badan kasar (pradana), demikian
juga sembilan lobang.
rātriś
ca prakṛtir
jñeyā rawiś ca puruṣas tathā|
dyutiś
ca wā mahādewaḥ śūnyaṃ ca paramaḥ śiwaḥ. 83
ikang prakṛti
ya sinangguh wngi| sang puruṣa
sira sinangguh āditya| sang hyang mahādewa sira pinakateja| bhaṭara śiwa sira
śūnya| sira ta yukti kawruhana|
Artinya :
Prakerti itu
di sebut sebagai malam, sang Purusa disebut sebagai matahari, Sang Hyang Maha
dewa sebagai sinarnya, Bhatara Siwa sebagai sunya/ sepi, itulahyang harus kamu
ketahui.
Manah kaiwalyam wijneyam bhudir brahma prakirtitah
Ahangkarastatha rudra sattwam caiwa maheswarah. 72
Bhatara wisnu sira hyangning manah, bhatar brahma sira hyangning
budhibhatara Rudra sira Hyangning ahangkara, bhatara Maheswara sira Hyang ning
satwa,
Artinya :
Bhatara Wisnu
sebagai dewanya pikiran,/manah, bhatara
brahma beliau dewanya budhi, bhatara Rudra beliau sebagai dewanya
ahamkara, dan bhatara maheswara beliau sebagai dewanya sifat satwa
4) Tentang Saptapada
Saptapada terdiri dari Jagrapada, Swapnapada, Susuptapada, Turyapada,
Turyantapada, Kewalyapada, dan Paramakewalyapada. Dalam Lontar Sanghyang
Mahajnana ajaran ini tercantum dalam Sloka 46-53. Isinya yaitu :
|
Susuptam padam rudrasya turyyapado maheswarah. 46
Hyang nikang jagrapada| sang hyang brahma| hyang nikang swapnapada| sang
hyang wisnu| hyang nikang susuptapada| sang hyang rudra| hyang nikang
turyyapada sang hyang maheswara.
Artinya :
Sebagai dewanya di jagra pada, Sang
Hyang Brahma ,sebagai dewanya di swapna pada, sang Hyang Wisnu , sebagai
dewanya di susupta pada , Sang Hyang Rudra sebagai dewanya di turyapada, Sang
Hyang Maheswara
Turyyantasya mahadewo namna swipadam tatha|
Paramatmanas ca kaiwalyam param kaiwalyam santidam. 47
Hyang nikang turyyanta| sang hyang mahadewa| sira sinangguh siwapada
ngaranya| hyang nikang kaiwalya| sang hyang isana| hyang nikang paramakaiwalya|
bhatara paramasiwa| sira ta santida ngaranya| sinangguh kamoksan mangkana ling
bhatara| umarahmarah ri sang kumara.
Artinya :
Sebagai dewanya
di turyanta , Sang Hyang maha dewa, beliau disebut sebagai siwapada namanya, ,
dewanya di kaiwalya, Sang Hyang Isana , dewanya di Parama kaiwalya , bhatara
paramasiwa, , beliau juga disebut santida namaya, artinya mencapai kamoksan ,
demikianlah sabda bhatara , memberikan
ajaran kepada Sang Hyang Kumara.

Pundarikah susuptam ca rajasūyas ca turyyakam. 48






Artinya :
Di jagara pada,
adalah aswameda yadnya, di swapna pada adalah wajapeya yajna, di susupta pada
adalah Pundarika, di turya pada adalah raja suya namanya.

Bhasmabyam jatādharo brahmacāri ca panditah. 49
|









Artinya :
Di jagra pada
adalah tempat sthana para dewa brahma , di penuhi oleh dewa catur muka bermuka
empat, memiliki rupa yang sangat mulya beliau, berwarna putih abu abu beliau,
sedang merapalkan catur weda mantra,
memakai ketu, dan sedang melaksanakan brahma cari, memakai kain kulit kayu,
demikianlah busananya , selalu memuja kehadapan dewa brahma beliau.
Swapnasya dewatacyuto diwyarupas caturbhujah|
Sangkhacakragadahastah khagendrawahanah. 50
Ikang swapnapadal| ya pakuwwan watek hyang wisnu| kapwa diwyarupa| pada
sira caturbhuja| kapwa sira manggego sangkha sakra mwang gada| pada manunggali
garuda.
Artinya :
Di swapna pada ,
adalah tempat dewa wisnu, semuanya memiliki rupa yang mulya, bertangan empat,
semuanya memegang sangka(trompet kulit kerang), memegang cakradan gada , dan
menunggangi burung garuda.
Susuptasya dewatokto rudrarupah kaladharah|
Trinetras trisulahastah sarwwo wrsabhawahanah. 51
Ikang susuptapada| ya pakuwwan sisya bhatara rudra| sira pada manggego
kala| kapwa sira trilocana| pada mawama trisula| pada manunggangi lmbu.
Artinya :
Di susupta pada
, adalah tempat bhatara rudra, semuanya
memegang dupa(pasepan), berkepala tiga, dan memegang tri sula, dan
menunggangi lembu.
Turyyasya cesanah prokoto nityatrpto wiragatah|
Niraharasca nirajo wayubhutas caracare. 52
|
Artinya :
Di jagat turya
pada, adalah tempat bhatara iswara , beliau semuanya tenang dan damai, tidak
tergoyahkan beliau, tidak ada yang dipikirkan oleh beliau, angin sebagai
kekuatan swabhawa beliau, yang ada di semua mahluk.
Turyyante siwa ityukta rsiryo jnane cittakah|
Yo jnatwaitam caiwa bhawantacariti smrtah. 53
Ikang turyyanapada| ya pakupwan kahanan bhatara siwa| sira ta kawruhana
de sang wiku| sira mangenangena jnana de bhatara| lawan sang hyang atma|
parananya msat| ri kala ning pralaya| tatan hanang janma ling bhatara| tan
dadya kapunarbhawa.
Artinya :
Di turyana pada,
adalah tempat bhatara siwa, tidak diketahui oleh sang wiku, beliau mencoba
membayangkan kekuatan bhatara, dan sang hyang Atma, jiwanya melesat disaat
kematian/ kehancurannya, tidak ada manusia , sabda bhatara, tidak akan
mengalami punarbhawa.
Suryyakoti sahasram surhrdayamwimalam subham
Hrdayante padam sunyam palam kaiwalyam ucyate. 62
Ikang hati malilang malit, ya pada lawan aditya sewu, tejanya ilang pari
purna ring hayu, tumpukning hati yeka pada sunya, ya sinangguh parama kaiwalya
Artinya :
Di dalam hati
yang sangat kecil, besarnya sama dengan seribu matahari, sinarnya hilang tanpa
bekas di rongganya, akan sepilah di hati, di hati seketika menjadi sunya, itulah yang disebut parama kaiwalya
5) Tentang Konsepsi Tri Murti
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan
jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Konsepsi Tri Murti dalam Lontar
Mahajnana tercatum dalam Sloka 59. Isinya sebagai berikut :
Wame bahau shito wisnur ddaksine ca caturmmukhah|
|
Sang hyang wisnu sira munggwing bahu keri| sang hyang brahma sira munggw
ing bahu tngan| bhatara maheswara sira munggw ing patngahtngahan sang hyang
brahma wisnu| sang hyang tigawak bhatara| sangksepanya n katiga| sang hyang
brahma wisnu maheswara| awak bhatara sira.
Artinya :
Sang Hyang Wisnu bersemayam pada bahu kiri, sang Hyang Brahma bersemayam
pada bahu kanan, sang Hyang maheswara bersemayam di tengah-tengah, sang hyang
brahma wisnu mahesora adalah tiga perwujudan bhatara, kejelasannya yang tiga tersebut, sang Hyang
Brahma wisnu maheswara adalah perwujudan Bhatara
6) Keutamaan Sanghyang Ongkara Dalam Kaitannya
Dengan Kemoksaan
Ajaran yang terkandung di
dalam SangHyang Mahajnana adalah mengenai ajaran kelepasan yang bersifat
Siwaistis yakni memuliakan Hyang Siwa. Omkara sangat mulia, paling mulia
diantara mantra, amat halus. Dengan sarana Omkara seorang Yogiswara mendapat
kamoksaan. Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana ajaran ini tercantum dalam Sloka
64, 65, 66, 73-82, 84-87. Isinya yaitu sebagai berikut :
Samsarasagare ghoe purusah sthito nagawati
Ongkaro garudo jnatwa yatanaya nityaddham. 64
Lwir ning Sang Hyang Purusa, sedeng niran haneng tngah ning apah, kadi
ula siran katatakut , Sang Hyang Omkara ta sira haran garuda , sira tamawa sang purusa ring
siwa pada
Artinya :
Seperti halnya
Sang Hyang Purusa, saat beliau berada di dalah apah (sat cair), seperti ular
beliau sangat menakutkan, Sang Hyang Omkara beliau sebagai garuda, beliaulah
yang membawa sang Hyang Purusa ke siwa pada/ jagat siwa,
Ong karaagnipradagdhatma manasah prawimucyate
Sariram tasya wagdagdham nirbbijam janmanasanam. 65
Nihan deya sang mahyun lpasa, ikang sarira ya tunu wehen gesenge, denira
sang Hyang Omkara , sira ta mangaran apuy
|
Beginilah
caranya orang yang ingin terlepas , bakarlah tubuhnya supaya hancur, dengan
menggunakan Sang Hyang Omkara , beliau saat itu sebagai api.
Sarwwesam aksaranam ca
Ongkaras ca wisisyate
Ong karah paramam
suksmam tatwam nirwwanaprapakam. 66
Kadiwyan
sang Hyang Om
Kara sira wih sangkeng mantra kabeh, sira sinangguh parama suksma ,
mangkana ikang kamoksan kapangguh denira, sang hyang Ongkara pinaka marga de
sang yogiswara
Artinya :
Ke utamaan Sang
Hyang Omkara seperti jiwa dari semua mantra , beliau disebut parama suksma
,demikianlah kamoksan itu akan dapat di capai olehnya. Sang Hyang Omkara di
jadikan sebagai jalan oleh para yogiswara.
Sa
janaadhikara jneyah sahasranaawasahayah
Yo jnanatwo samsayam sa sadyodrstamaheswarah. 73
Sira bhatara meweh kapanggihannira , tan kinawruhan dening mapunggung,
dumeh ya mangkana, sakarikwehning jnana, ika ta wang wruh ring bhatara , mwang
henak donira wruh ri tatwa bhatara , ya teka tan kasandeha kna ya kalpasan
Artinya :
Beliau para
bhatara sangat sulit di temukan, tidak akan bisa diketahui oleh orang yang
bodoh , itulah sebabnya , hanya dengan kekuatan jnana , barulah orang akan tahu
keberadaan bhatara, dan itulah sebabnya cari tahulah tentang ketatwan bhatara,
sehingga nantinya tidak akan mendapat halangan dalam mencapai kalepasan .
Samsarasagare ghore ongkaro hi naus cocyate
Yenottirnnah parawaro nawasya kim prayojanam. 74
Makweh sang hyang inajaraken, hana Omkara ngaranira, sira parahu
sabhawanta, ikang sagara kaharan taksikta , sang hyang ongkara pwa sira
parahwanta, yatanyan hentasan ikang papa magong, hlas pwa kita dating ri pada
bhatara, lawan sayogya kita hentyakenta parahunta, apan tan hana prayojananta,
an huwus ipasprayojananta samangkana juga paknanya
|
Sangatlah banyak
beliau di ajarkan , ada yang di sebut Om kara, beliau adalah sebagai perahu
dalam mengarungi, melintasi lautan yang sangat luas tak bertepi , sang Hyang
Omkaralah sebagai perahunya, yang akan dapat melintasi lautan penderitaan yang
luas, maka tidak akan ada halangan engkau datang menuju bhatara, kemudian sudah
sepatutnyalah engkau mengendalikan atau menghentikan perahumu, apabila engkau tidak memiliki tujuannya, jika engkau sudah memiliki tujuan
yang pasti maka sepatutnyalah engkau laksanakan.
Nirgunam sarwwabhutanam suksmajanabhawasthitam
Hredaye laksayettatha moksa ewa prakirtitah.
75
nihan yoganta ri huripta| hana pada sūkṣma nirguṇa| tan kahanan rajah tamah|
irika jñāna pinakaswabhāwanya| ri haneng śarīra| ya ta
katon denta ring hati| apan yeka mūrtti bhaṭara sira| ya sinangguh kamokṣan ling bhaṭara.
Artinya :
Inilah yoga
dalam hidupmu, semuanya sama sama berwujud suksma dan tak berwujud, tidak
terikat oleh rajah dan tamah, disanalah kekuatan jnana akan melindunginya,
didalam badan kasar/ sarira, kekuatan ini hanya terasa/terlihat dalam hati, sebab semuanya itu adalah
perwujudan bhatara beliau. Itulah yang disebut moksa, demikianlah sabda
bhatara.
kāmaṃ krodhaṃ ca lobhaṃ ca mohaṃ mātsaryyam ewa ca|
ongkārāgnau
tāni dagdhwā niḥśoka iwa candramāḥ. 76
ndyārthanya| kāma| kahyun| krodha|
glĕng| moha| lobha| punggung| mātsaryya| kimburu| mahyun
tumunggalakna suta| ika ta kabeh| pūjākna ri sang hyang brahmā|
ika sang hyang oṃkāra|
sira haran
apuy| uwus pwa gsĕng ika kabeh| suwanihśreyasa kita| tan tan
katampĕlan mala.
Artinya
:
|
ācāryyakṛtopadeśa ekas twaṃ śṛṇu putraka|
yathā
sūḍhaṃ tathā labdhaṃ mucyate sarwwaduḥkhebhyaḥ. 77
kunang
ri sang sumangguhakĕn sang hyang upadeśa| eka kitānaku sang
kumāra| putraputrangku kita| wacana tikang wubusku ri kita| śṛṇu
ya kaṛngökĕnta| kadi lwir nikang
jñāna pih| sasar lwir nikang phala pangguhĕnta| mangkana ikang khaṇḍang
āścaryya| samangkana lwirnira luput sakeng pāpa.
Artinya :
Kemudian
orang yang bias menemukan sang Hyang Upadesa , hanya satu yaitu kamu anakku
sang kumara, engkau adalah putra terbaikku, semua perkataanku kepadamu,
hendaknya di dengarkan dengan seksama, seperti halnya dengan kekuatan jnana
yang tidak di bina, maka akan mendapatkan hasil yang kurang baik yang engkau
temukan, demikianlah pentingnya memiliki seorang guru/nabe, demikianlah
contohnya sehingga kamu terbebas dari segala penderitaan.
ataḥ prayojanān nityaṃ guruṃ śuśrūṣeta sadā|
yathā
śāsti tathā kuryyāt sa waktā hy
upadeśānām. 78
kadi
pwan ika sang hyang kṛtopadeśa|
tarppa niṣphala| mangkana ling sang guru|
an misanakĕn lawan bhaṭara
guru| nityaśah sira makāgulugul bhaṭara.
Artinya :
Seperti halnya
orang yang mendapatkan kedamaian dalam hidupnya, Tarpa nisphala(tidak
mengharapkan hasil), demikanlah sabda sang Guru, jika tanpa bimbingan seorang
guru, maka akan keluarlah dia dan di jadikan cemohan oleh gurunya
gātraṃ wā sarwwaśāstrāṇāṃ dhṛtam oṃkāram ewa ca|
tatra
sāre dhṛtaṃ guhyaṃ yaj jñātwā śāntim āpnuyāt. 79
|
Artinya
:
Itulah
sebenarnya yang dimaksud sang Guru, orang yang mengajarkan tentang isi sastra,
hanya dengan bantuan dialah engkau akan memperoleh kalepasan , akan
berbahagialah orang yang melaksanakannya, demikianlah mereka mengajarkan
tentang kebenarannya, janganlah engkau tidak melaksanakannya, sebab sastralah
yang dijadikan sebagai adasar olehnya, demikian halnya kesaktiannya, sebagai
hasil dari kekuatannya, , Sang Hyang Omkara akan kembali kepada kekuatan
jnananya, itu yang patut diingat dan di hidupkan, pikirkanlah dengan baik,
sebenarnya, jika ada orang yang mengetahui dan sebagai pemimpin di dunia.dan
orang yang mengetahui asal mula dari pengetahuan ini, maka dialah yang akan
dapat mencapai kelepasan.
wyaktaṃ ca prakṛtiṃ widyād awyaktaṃ puruṣaṃ
widuḥ|
tayor
asad wyaktaṃ sac ca puruṣam awyaktaṃ widuḥ. 80
ikang prakṛti|
ya sinangguh wyākta ngaranya| wyākta ngaranya| tan hana tngah nikang
rwa| hana ta sira sang puruṣa
ngaranira| jāti nira nirwwikāra prakṛti ngaranira| sira ta yukti kawruhana kamu ng
kumāra.
Artinya
:
Kekuatan
Prakerti itu yang disebut sebagai wyakta(nyata) , wyakta artinya tidak ada
diantara keduanya, ada sang Purusa
namanya, sebenarnya prakerti itu tak berwujud, itulah yang patut engkau ketahui
wahai anakku sang Hyang Kumara.
yathā
swawṛttito
yānti candrakāntasya raśmiwat|
tathāstheyam
atha tūryyaṃ jāgratswapnasuṣuptakam. 81
kunang ikang tūryyapada| ya dumeh ya molah|
ikang jāgra swapna suṣupta|
ya maganti molah| iulahakĕn pwa ya dening tūryya| ya matanyan wwang
makolah gawenya| yatanyan kapangguha swawṛttinya|
kady anggan ing teja ng katut swawṛtti
ning wulan.
|
Kemudian di
jagat turya pada, dia yang menyebabkan, dan yang mengubah,menyusup di jagra
swapna, kemudian dia berganti dan berubah, kemudian menyebabkan berubah di
turya, itulah sebabnya dia hanya menyebabkan berubah saja kerjanya, itulah yang
mengakibatkan dia menemukan jati dirinya, seperti halnya sinar rembulan yang
keluar dari bulan itu sendiri.
rudraloke
tathā mātā īśwaro wā tathā pitā|
gurur
wwāpi mahādewa iti dewawido widuḥ. 82
sang hyang ṛṣi
ibunta| sang hyang īśwara bapanta| sang hyang mahādewa sira guru
kakinta| nahan lwir ning dewatā pinakajātinya| pinakawitanta| ling
sang wruh rasa ning tattwa.
Artinya
:
Sang Hyang
Resi adalah Ibumu, Sang Hyang Iswara adalah bapakmu, Sang Hyang Mahadewa adalah
Kakek gurumu, sama halnya sebagai dewata sebenarnya, sebagai asal mulamu,
demikianlah orang yang mengetahui kebenaran dari tatwa.
mahājñāne
mahāguhyaṃ sarwwabhāweṣu nityaśaḥ
wyaktāwyakte
parityājye upadeśo nigadyate. 84
ikang jñāna mahājñāna ngaranya| putus
ning guhya| nitya hananya ring sarwwabhāwa kabeh| ikang wyakta| awyakta|
ya teka haryyakna| ya ta upadeśa ngaranya.
Artinya :
Jnana itu,
disebut sebagai maha jnana, terlepas dari keduniawian, selalu ada dalam setiap
mahluk hidup, kenyataan dan ketidak nyataan ( sekala niskala), itulah yang
patut dicamkan, yang disebut upadesa.
mahājñāne
mahākathāṃ kṛṣṇāpuṣpadyate śiwaḥ|
śiṣyānugrahabodhane etat te manggalaṃ dadmaḥ. 85
anung
umangĕnangĕn ikang jñāna kabeh| kahananya bhaṭara śiwa juga| sira ta
kahananira pih| ika ta don bhaṭara|
matanyan gaweyakĕn tekang karmma| mwang amintonakĕn kuśala| ri
hyun iran
humanugrahāna ika iri kita.
|
Hendaknya
kamu bisa memahami tentang semua hakekat jnana,demikian juga tentang keberadaan
bhatara siwa , beliau lah yang menjadi asal mula dari semuanya, itulah yang
menjadi tujuan dari bhatara, itulah sebabnya engkau harus berkarma, dan
menunjukkan perbuatan baikkmu, sehingga dalam hatimu bisa menemukan ketenangan
dalam dirimu.
mahājñāne
mahātattwaṃ samāptā iha saṃśayāḥ|
ātmalingge
śiwaḥ sthitaḥ śūnyaśūnyāntare tathā. 86
i
ngke sang hyang mahājñāna| mahātattwa| sira wiśeṣa ning tattwa| samāpta tuḷs tka ring dinonya| haywa ta
sangśaya kitānaku sang kumāra. ātmalingge śiwah sthitah.
bhaṭara śiwa sira umungguh ring
ātmalingga. śūnyaśūnyāntare tathā. ya
sinangguh wkas ning śūnya ngaranya.
Artinya: :
di sanalah Sang Hyang Maha jnana , tatwa yang utama, beliau adalah tatwa yang paling sakti, dalam sekejap mencapai keheningan, janganlah kamu ragu wahai anakku Sang Hyang Kumara, ātmalingge śiwah sthitah, bhatara siwa akan bersemayam dalam Jiwamu, śūnyaśūnyāntare tathā.itulah yang dimaksud dengan keenangan yang abadi.
di sanalah Sang Hyang Maha jnana , tatwa yang utama, beliau adalah tatwa yang paling sakti, dalam sekejap mencapai keheningan, janganlah kamu ragu wahai anakku Sang Hyang Kumara, ātmalingge śiwah sthitah, bhatara siwa akan bersemayam dalam Jiwamu, śūnyaśūnyāntare tathā.itulah yang dimaksud dengan keenangan yang abadi.
jñānaṃ saṃkṣepato hy atra jñānasandhiś ca procyate|
jñānam etan
mahāguhyaṃ yatnād gṛhhṇīta putrakāḥ. 87
ike sang hyang jñāna| ya guhya| pājarku ri
kitānaku sang kumāra| ya teka kayatnāknantānaku| yan mahyun
ing padawiśeṣa|
nahan ta ya jñāna sangkṣipta|
jñānasandhi ngaranya waneh| ya ta kawruhaknanta| tan dadi
kapunarbhāwa| mangkana ling bhaṭara|
mawarawarah ri sang kumāra| ring upadeśa lawan tattwa ni sang
watĕk ṛṣi|
sangkṣipta kalpasan| mantuk bhatara|
mwang bhaṭarī.0m.
Artinya :
Disanalah
Sang Hyang Jnana , dia adalah sepi, demikianlah sabdaku wahai anaku Sang Hyang
Kumara, namun berhati hatilah wahai anaku, jika ingin supaya sakti, inilah
jnana sang ksipta jnana sandhi namanya yang lain, itu patut engkau ketahui,
engkau tidak akan terlahir kembali, demikianlah sabda bhatara, mengajarkan
kepada Sang Hyang Kumara, di dalam ajaran Upadesa dan tatwa yang di buat oleh
para resi, maka selesailah kalepasan, kembali lah para bhatara dan bhatari, Om
|
7)
Tentang
Peranan Hati
Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana disebutkan juga mengenai peranan hati
yaitu pada sloka 60-63. Isinya sebagai berikut :
Hrdye suksmabhutam ca jnane tisthati nityasah|
Suksmatwam ca wibhutwam ca katham jneyah si
to stha ti. 60
Ri samangkana ning suksmaning hati, tathapinya mangkana kinawruhanta ya
dening jnana , amengannya wekasan, umungguh ring jnana lana, sayojjya lawan
bhatara, hana ta sunya sakeng sunya , hana tam alit sakeng malit,
paramakaiwalnya, niraasraya ngarannya, tan kinahanan dening suka duka ,
mangkana ling bhatara .
Artinya :
Demikianlah
tentang makna hati, akan tetapi walaupun demikian supaya diketahui oh jnana,
sebagai pedoman kelak, supaya bersemayam terus dalam jnana, supaya berhubungann
dengan bhatara, ada sepi yang berasal dari kesepian, ada sesuatu yang kecil
berasal dari yang terkecil, sangat besar dan sangat kecil tidak bisa
diungkapkan beliau, tidak terkena dalam bentuk suka dan duka, demikianlah sabda
bhatara.
Sarwaswa yatha nimahat sthanam sasya pratisthati,
Hredaye padmakosas ca moksadam tri padam jneyam. 61
Hana ta padma ring hati, hana ta padma ring paru paru, ya ta padma kosa
ngaranya, hana ta hrdaya ngaranya, sumungsang
ya malyang pih, ika ta kabeh ya tri pada ngaranya, unggwan ring rat
kabeh.
Artinya :
Ada bunga
teratai di dalam hati , ada sebuah teratai dalam paru paru, itulah padma kosa
namanya , ada yang disebut hredaya namanya, mengambang terbalik dia tempatnya,
itu semua, bersemayam di seluruh alam semesta,
Suryyakoti
sahasram surhrdayamwimalam subham
Hrdayante padam sunyam palam kaiwalyam ucyate. 62
Ikang hati malilang malit, ya pada lawan aditya sewu, tejanya ilang pari
purna ring hayu, tumpukning hati yeka pada sunya, ya sinangguh parama kaiwalya
|
Di dalam hati
yang sangat kecil, besarnya sama dengan seribu matahari, sinarnya hilang tanpa bekas
di rongganya, akan sepilah di hati, di hati seketika menjadi sunya, itulah yang disebut parama kaiwalya
Hrdimdharanakrtyam ca saiwam suksmam param padam
Ya jnatwa sarire smin mucyate naatra samsayah 63
Ikang hati , hana Siwa pada namanya, Ikang Omkara ya Parama Sunya ,
suksma pih, ikang Wang kumawruh ikang siwa pada sangkeng sarira , ya teka tan
kasndehakna ling bhatara .
Artinya :
Di hati, ada
yang disebut siwa pada, di dalam Omkara ada parama sunya, sangat rahasia,
seseorang hendaknya mengetahui siwa pada yang ada dalam tubuhnya, maka dia
tidak akan diragukan lagi sabda bhatara.
8) Siva Lingga atau Atma Lingga
Dalam Lontar Mahajnana ajaran mengenai Siva dan Atma tercantum dalam
sloka 54-71. Isinya sebagai berikut :
Tiktam ewa mahadewo mahajiwo maheswarah|
Darppane ca ya mayaiwa updeso ngidyate. 54
Sang hyang mahadewa sira tikta ngaranira| sang hyang maheswara sira jiwa|
kady anggan ini maya katon ing crmin| mangkana bhatara| an pinakajiwa ning rat
kabeh| anan katan ing sarira| ika ta kabeh| ya upadesa negaranya| ling bhatara
ri sang kumara.
Artinya :
Sang Hyang mahadewa beliau tikta namanya , Sang Hyang Maheswara
adalah jiwa, seperti halnya bayangan yang terlihat
di cermin, demikianlah perwujudan beliau, sebagai jiwanya seluruh mahluk, yang
ada di setiap tubuh, semuanya itu, hanyalah sebagai tempatnya saja (wadah),
demikianlah sabda bhatara kepada sang Hyang Kumara.
Tiktakam iswaro jneyah siwo samudahrtah|
|
Sang hyang hinajaraken bhatara| i tngah ning tikta| kady anggan ing maya
katon ing crmin| mangkana ta sira katon ing citta| sang hyang iswara sira
tikta| nihan.
Artinya :
Sang Hyang
Kumara diajarkan Oleh Bhatara, di tengah tengah tikta itu, seperti halnya
bayangan yang terlihat di cermin, demikianlah yang terlihat dalam pikiran, sang
hyang Iswara adalah merupakan tikta, demikian
Anggusthamatram asthaya sphatikabham maheswaram|
Sarirayatane diwye tatra maheswaram. 57
Kunang ikang| sasanggusthapramananya| prabhawa bhatreswara| kadi
sphatika| ikang sarira tulkya kahyangan| mangkana ta bhatareswara| mangenangentanaku
sang kumara.
Artinya :
Adapun juga ,
sasangusta pramananya ( yang menyucikan pramananya) adalah kekuatan bhatara
iswara, seperti di sucikanlah tubuhnya
bagai kahyangan, demikianlah bhatara iswara, pikirkanlah anakku Sang
Hyang Kumara.
Tawehantu wadah tiktamewam awacahata|
Saptadwipapramanas ca raja bhawati wiryyawan. 58
Ndya nikang mahapunggung| mawada jatinya| ang inujaraken tikta| ade ika
sanggustha gongnya| ikang tikta| an pada gongnya lawan nusa pitu| apa nikang
saptadwipa ngaranya| mangkana ta bhatareswara| sira ta mahaprabhawa juga
tarwwanya mapaga| nahan ta ling nikang mamunggung| ya sinangguh sang pandita
madwan.
Artinya :
Bagi orang yang sangat bodoh, sebenarnya selalu mengingkarinya, yang
disebut sebagai tikta, tidak mengetahui kebesaran kekuatan membersihkannya,
tikta itu, jika dibandingkan besarnya sama dengan tujuh pulau, sebagaimana yang
disebut sapta dwipa(tujuh pulau) namanya , demikianlah bhatara Iswara , beliau
sangat berwibhawa dan janganlah mengingkarinya, demikianlah orang yang bodoh,
yang disebut sebagai pandita bohongan.
|
Niraksaram bhawen
nityam nissatwam caiwa niskalam
Nirupah sarwabhawesu
moksa esa prakirthitam 67
Tan kna ring aksara , tan hana, nguniweh sarwwa bhawa kabeh, ikang
mangkana ya ta suksma , ling bhatara
Artinya :
Tidak bisa di
tuliskan, tidak ada , apalagi dalam setiap mahluk hidup, beliau itu sangatlah
suksma , sabda bhatara.
Atma caiwantaratma ca
parama atma tathaiwa ca
Atyantas ca wibhuh
sunyah, antyo bhuh parama siwah 68
Hana ta atma ngaranya, hana ta
antaratma ngaranya, hana ta paramatma ngaranya, tengah nikang tiga , hana ta
atyantaatma ngaranya, sunya sira prabhu, sinangguh paramasiwa, nihsreasa,
kayatnaakna tmentment
Artinya :
Ada yang disebut
atma , ada yang disebut antara atma namanya, ada yang disebut paramatma
namanya, diantara ketiga tiganya ada yang disebut atyantaatma namanya , beliau
yang maha kosong, disebut sebagai parama siwa ,maha kosong, agar benar-benar
berhati hati.
Atma wisnur iti jneyah
antaratma pitamahah
Paramatma tatha rudrah
atyantah parama siwah. 69
Sang Hyang wisnu sira atma , sang hyang brahma sirantaratma, bhatara
rudra sira paramatma bhatara siwa sira atyantatma ,
Artinya :
Sang Hyang Wisnu
beliau disebut atma, Sang Hyang rahma beliau disebut antaratma , bhatara rudra beliau
adaalah parama atma, dan bhatara Siwa adalah antyantaatma .
Akaro jagrad ityuktam
ukarah swapna ewa ca
Makaras ca susuptam
bho ongkaras turyam ewa ca. 70
Ikang akara , ya jagra bija , ikang Ukara , ya swapna bija , ikang Ma
kara , ya susupta ija, ikang Ong kara ya turya bija
|
Di dalam Ang kara, ada jagra bija, di U kara ada swapna bija, di dalam Ma
kara ada susupta bija, dan di dalam Om kara ada turya bija,
Sthananyatha catwari
ongkarasya parigrahah
Nabhau hrdaye kanthe
ca mastake cawido widuh. 71
Hana ta sthana pat kwehnya, ongkara lawan bhatara , ndya ta desaning pat
lwirnya puser, ing hati, ing gulu, , ing hulu
Artinya :
Ada
empat tempat banyaknya , Om kara dengan
Bhatara, dimanakah keempat tempat itu, seperti : di hati, di pusar, di tengkuk
dan di kepala,
2.2 Ajaran-ajaran yang terkandung dalam lontar SangHyang Mahajnana
Ajaran
yang terkandung di dalam SangHyang Mahajnana adalah mengenai ajaran kelepasan
yang bersifat Siwaistis yakni memuliakan Hyang Siwa. Di dalam lontar ini terjadi
percakapan antara Hyang Kumara dengan Dewa Siwa yang menceritakan tentang
bagaimana cara untuk mencapai moksa. Naskah ini terdiri dari atas delapan puluh
tujuh sloka dalam bahasa sansekerta yang terjemahannya dalam bahasa Kawi. Inti
ajaran Sang Hyang Mahajnana yaitu bagaimana mencapai kelepasan dan bisa menyatu
dengan Hyang Siwa. Ada tiga komponen utama yang dibicarakan yakni purusa (unsur
kesadaran),pradhana (unsur ketidaksadaran),dan atma (unsur kebijaksanaan).
Untuk
dapat mencapai alam itu, maka seseorang (yogi) hendaknya mempersembahkan semua
keinginannya,kemarahannya,kelobaannya,keirihatiannya
krpada Bhatara Brahma yang akan di bakar dengan api Sang Hyang Ongkara,sehingga
terbebas dari segala mala. Kemudian mengadakan pemusatan pikiran yang tiada
henti-hentinya kepada Bhatara Siwa melalui Swalingga atau atmalingga dan
perwujudan lingga yang ada di luar diri dengan sarana mantra “Ong Sa Ba Ta A I”
atau “Ong namah siwa ya”. Pada saat kematiannya akan mencapai kepada-Nya.
|
2.3 Konsep Penyatuan Siva Siddhanta dalam Lontar Sanghyang Mahajnana
Dalam
Lontar Sanghyang Mahajnana terlihat ada Konsep Penyatuan Siva Siddhanta dilihat
dari adanya : Sekte Siva, yaitu penyebutan banyak nama Dewa yang tiada lain
adalah nama lain dari Siva itu sendiri. Dalam Lontar ini menganggap Dewa Siva
sebagai Dewa yang Tertinggi. Disini juga terlihat pemujaan terhadap Tri murti,
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas
yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Dalam hal ini terlihat pemujaan beberapa
sekte seperti sekte Agni (Brahma), Sekte Waisnawa (Wisnu), dan Sekte Siva (Maheswara).
Penjelasan mengenai Tri Murti tersebut dapat kita lihat pada Lontar Mahajnana
sloka 59 yang bunyinya “Sang Hyang Wisnu bersemayam pada bahu kiri, sang Hyang
Brahma bersemayam pada bahu kanan, sang Hyang maheswara bersemayam di
tengah-tengah, sang hyang brahma wisnu mahesora adalah tiga perwujudan
bhatara, kejelasannya yang tiga tersebut,
sang Hyang Brahma wisnu maheswara adalah perwujudan Bhatara”. Yang maknanya
dapat kita ambil bahwa Brahma Wisnu dan Maheswara adalah perwujudan dari Tuhan
itu sendiri. Yang sebenarnya mereka adalah satu.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari semua penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa lontar SangHyang Mahajnana
terdiri dari 87 sloka dengan terjemahannya ke dalam bahasa Jawa-Kuna yang
memuat penjelasan Bhatara Siwa kepada puteranya Sang Kumara. Isinya antara lain
tentang yang disebut "maturu" yaitu dasendrya dan yang disebut
"matanghi" yaitu Panca Bayu Tentang purusa dan prakrti, Siwa lingga,
bahya lingga atma lingga. Kemudian tentang Saptapada yaitu : Jagrapada, Susupta
pada, Swapnapada, Turyapada, turyantapada, Kewayapada, Paramakewalyapada.
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara,
diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Keutamaan
Sanghyang Ongkara dalam kaitannya dengan "kamoksan" serta peranan
hati juga ada diuraikan dalam lontar ini.
Dalam lontar Sanghyang Mahajnana ini berisikan ajaran tentang cara mencapai
Moksa yang dapat dilakukan dengan memuja Dewa Siwa sebagai Dewa Tertinggi. Di dalam lontar SangHyang Mahajnana
semua ajaran disampaikan lewat cerita antara Hyang Kumara dengan Dewa Siwa.
Semua isi percakan tersebut memberikan ajaran-ajaran tentang cara mencapai
moksa dengan paham siwaistis. Inti ajaran SangHyang Mahajnana yaitu bagaimana
mencapai kelepasan dan bisa menyatu dengan Hyang Siwa.
|
DAFTAR PUSTAKA
Subagiasta I Ketut.2006.Saiva Siddhanta di India
dan di Bali.Surabaya.Paramita.
Anonim. http://shivabuddha.blogspot.com/2010/08/sang-hyang-mahajnana.html,
diakses 19 November 2012, 20 : 18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar