Senin, 30 Desember 2013

Psikologi Pendidikan


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen. Adapunn judul dari laporan ini “Pendekatan dalam Pengajaran”.
            Dalam proses penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa keberhasilan penyusunan laporan disamping usaha yang sungguh-sungguh serta tanggung jawab dari kami sendiri, juga tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan baik moral maupun material dari banyak pihak.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun bagi kesempurnaan laporan sangat diperlukan. Penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Om Santih, Santih, Santih Om
                                                                            



                                                                                        Singaraja, 4 Desember 2011


                                                                                                      Penulis


DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................            i
DAFTAR ISI ................................................................................................           ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................           1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................           1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................           1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENDEKATAN PENGAJARAN...............................           2
2.2 MACAM-MACAM PENDEKTAN.......................................................           2
2.1.1   Pendekatan individual..................................................................           2
2.1.2   Pendekatan Kelompok..................................................................           3
2.1.3   Pendekatan Bervariasi..................................................................           4
2.1.4   Pendekatan edukatif.....................................................................           5
2.1.5   Pendekatan Konsep......................................................................           6
2.1.6   Pendekatan Proses........................................................................           7
2.1.7   Pendekatan Induktif.....................................................................           8
2.1.8   Pendekatan Deduktif....................................................................           8
2.1.9   Pendekatan Heuristik....................................................................           8
2.1.10 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kompetensi..........................           9
2.1.11 Pendekatan Pengajaran Manajemen Kelas...................................           9
2.1.12 Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Perbedaan Individu.......           9
2.1.13 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif...........................................           9
2.1.14 Pendekatan Pengajaran Berbasis Masyarakat...............................         10
2.1.15 Pendekatan Konstruktivisme........................................................         10
2.1.16 Pendekatan Pembelajaran Jarak Jauh............................................         11
2.1.17 Pendekatan Konsep Belajar Tuntas menurut Oemar Hamalik......         12
2.1.18 Pendekatan Lingkungan...............................................................         12
ii
2.1.19 Pendekatan Inkuiri........................................................................         12
2.1.20 Pendekatan Interaktif...................................................................         12
2.1.21 Pendekatan Pemecahan Masalah..................................................         13
2.1.22 Pendekatan Terpadu.....................................................................         13
2.1.23 Pendekatan Konstektual...............................................................         13
2.1.24 Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat.............................         14
2.1.25 Pendekatan Pengalaman...............................................................         15
2.1.26 Pendekatan Pembiasaan................................................................         15
2.1.27 Pendekatan Emosional..................................................................         16
2.1.28 Pendekatan Rasional.....................................................................         16
2.1.29 Pendekatan Fungsional.................................................................         17
2.1.30 Pendekatan Kebermaknaan..........................................................         17

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................         18
3.2 Saran........................................................................................................         19
DAFTAR PUSTAKA
iii

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembelajaran adalah kegiatan dalam proses implementasi kurikulum yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar.  Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan sehingga terjadi perubahan yang lebih baik. Bila kita berbicara mengenai pembelajaran/belajar. Tentu disini kita akan membahas juga mengenai segala  kesulitan/hambatan yang dialami oleh seorang guru dalam mengajar. Karena guru disini harus mengajar banyak siswa. Dimana siswa yang satu dengan yang lain mempunyai sifat-sifat/sikap yang berbeda-beda. Karena hal tersebut untuk memudahkan seorang guru dalam mengajar, maka disini seorang guru memerlukan suatu metode, strategi, taktik, dan model dalam mengajar. Untuk menerapkan metode, strategi, taktik dan model pembelajaran agar sesuai dengan kondisi siswa yang diajarkan maka seorang guru memerlukan suatu pendekatan dalam pengajaran.
Dengan demikian, disini saya akan membahas mengenai pendekatan-pendekatan apa saja yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam proses pengajaran.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang banyak ditelaah dalam makalah ini adalah :
1.2.1        Apa pendekatan itu?
1.2.2        Apa saja macam-macam pendekatan dalam pengajaran?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        untuk mengetahui pengertian pendekatan.
1.3.2        Untuk mengetahui macam-macam pendekatan yang ada dalam pengajaran.
1.3.3       
1

 

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pengajaran dengan cakupan teoritis.
Pendekatan pengajaran dapat diartikan pula sebagai aktivitas guru dalam memilih kegiatan pengajaran, pengekatan pengajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dala perencanaan pengajaran. Jadi Pendekatan Pengajaran adalah suatu yang dipakai oleh seorang guru sebagai sudut pandang dalam menentukan aktivitas dalam proses pengajaran.
2.2  Macam-Macam Pendekatan Pengajaran
            Ada beberapa macam pendekatan yang ada dalam proses pengajaran yang meliputi :
2.1.1        Pendekatan Individual
Pendekatan individual anak didik itu memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
2
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya untuk menghentikan anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual.

2.1.2        Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan ras egois yang ada dalam dri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Ketika guru ingin mempergunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangankan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak dapat digunakan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
3
Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain. Yang mempunyai kecenderungan menanamkan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1)      Perasaan diterima atau disukai teman-teman
2)      Tarikan kelompok
3)      Teknik pengelompokkan oleh guru
4)      Partisipasi/keterlibatan dalam kelompok
5)      Penerimaan tujuan kelompok persetujuan dalam cara mencapainya.
6)      Struktur dan sifat-sifat kelompok seperti suatu fungsi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu, suatu sistem interaksi, suatu organisasi atau struktur, suatu motif tertentu dan tujuan bersama, suatu kekuatan atau standar prilaku tertentu, pola prilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.

2.1.3        Pendekatan Bervariasi
Dalam belajar anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya anak didik yang tidak disiplin dengan anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam hal ini didekati dengan pendekatan bervariasi.
Pendekatan bervariasi bertolak pada konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4
 
2.1.4        Pendekatan Edukatif
Misalnya anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka/cedera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah mempergunakan teori power yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berkahlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru yang mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi antara guru dengan anak didik kurang berjalan dengan harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif dengan anak didik yang bermasalah.
Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya.
Berbagai kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individua, ada juga yang dapat didekati dengan pendekatan kelompok, dan ada pula yang dapat didekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam, marah, kesal, benci, dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru lakukan itu menurut kata hati atau memuaskan hati.
5
 
2.1.5        Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama/struktur mental yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan. Pada pendekatan model ini siswa dibimbing memahami dan menguasai konsep-konsep yang terkandung di dalamnya secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam proses pengajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi sasaran utama pengajaran. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre. Guru terlalu dominan dan siswa membimbing untuk memahami konsep. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.
Ciri-ciri suatu konsep adalah :
1)      Konsep memiliki gejala-gejala tertentu.
2)      Konsep diperoleh dari pengamatan.
3)      Konsep berbeda dalam isi dan luasnya.
4)      Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5)      Konsep yang benar membentuk pengertian.
6)      Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
1)      Menanti kesiapan belajar,kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2)      Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3)      Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
4)      Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1)     
6
Tahap enaktik dimulai dari :
(1)    Pengenalan benda konkret.
(2)    Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
(3)    Pengamatan,penafsiran tentang benda baru
2)      Tahap simbolik
Tahap simbolik diperkenalkan dengan:
(1)   Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
(2)    Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah   siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
(3)    Memberi nama,dan istilah serta defenisi.
3)      Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti:
(1)   Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu    mengatakannya

2.1.6        Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah pendekatan pengajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil.  Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil kegiatan. Pendekatan ini dilatar belakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-Romantis dan teori kognitif gestal. Naturalisme-romantis menekankan kepada aktivitas siswa. Dan teori kognitif gestal menekankan pemahaman dan kesatu paduan yang menyeluruh.
Pendekatan ini adalah proses penalaran yang bermula dari umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan mengajukan aturan prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh atau penerapan-penerapan aturan prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
7
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan  dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerrja dan sebagainya.

2.1.7        Pendekatan Induktif
Pendekatan ini pertama dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis Bacos (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan dari fakta yang konkrit sebanyak mungkin. Menurut Purwanto dalam segala (2006) tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berfikir yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Jadi pendekatan induktif disini adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum. Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus ke umum.

2.1.8        Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang menggunakan logikan untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu yang umum ke suatu yang khusus.

2.1.9        Pendekatan Heuristik
Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu “heuristik” yang berarti saya menemukan. Menurut Rusyan (1993), heuristik semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak bayi. Metode heuristik ini dipopulerkan oleh profesor Amstrong pada abad ke 19. Menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan.
8
 
2.1.10    Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Fokus pelaksanaan pengajaran ini antara lain : (1) kegiatan pengajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta didik, (2) proses pembelajaran harus memiliki kesepadanan dengan kondisi dimana kompetensi tersebut akan digunakan, (3) aktivitas pengajaran bersifat perseorangan, antara satu peserta dengan peserta lain tidak ada ketergantungan, (4) harus tersedia program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat dan program perbaikan bagi peserta yang lebih lamban.

2.1.11    Pendekatan Pengajaran Manajemen Kelas
Menurut Parkay dalam Oemar Hamalik (2006) pendekatan manajemen kelas dapat diartikan sebagai upaya untuk mengatur situasi kelas untuk manjamin terciptanya iklim yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran bagi siswa. Karena itu manajemen kelas berhubungan dengan beberapa hal, yaitu (1) kontrol terhadap situasi belajar, (2) mengarahkan kegiatan belajar siswa, (3) menjembatani perbedaan-perbedaan belajar siswa.

2.1.12    Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Perbedaan Individu
Pengajaran dimana komponen-komponen dalam sistem pengajaran disesuaikan dengan perbedaan individual, baik perbedaan individual secara vertikal maupun perbedaan individual secara horisontal, siswa bebas belajar sesuai dengan karakteristiknya,  bakat dan minatnya.

2.1.13    Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dapat belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggota terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Salvin,1995). Belajar kooperatif menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar bersama, saling membantu). Kerja kelompok membuat siswa semangat untuk belajar aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan di antara teman-teman sebaya.


9
 
2.1.14    Pendekatan Pengajaran Berbasis Masyarakat
Pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk pengajaran yang memadukan antara sekolah dan masyarakat, dengan cara membawa sekolah ke dalam masyarakat, dan membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pengajaran/pendidikan yang ditetapkan.

2.1.15    Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Konflik kognitif timbul pada saat terjadi ketidakselarasan antara informasi yang diterima siswa karena struktur kognitif yang telah dimilikinya. Adapun pengaturan sendiri adalah proses internal untuk mencapai keselarasan yang dilakukan melalui dwi fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti serta belajar sesuatu melalui :
1)      Konstruktivisme Individu
10
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya.
2)      Konstruktivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan konstribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme :
1)      Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai denan kajian teori.
2)      Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3)      Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
4)      Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

2.1.16    Pendekatan Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut Jollife (2001), secara tradisional pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran dimana secara geografis siswa (pembelajar) berada jauh dari fasilitator (guru) dan bekerja atau belajar secara mandiri melalui serangkaian bahan-bahan pembelajaran. Dukungan yang diberikan kepada siswa adalah dalam bentuk bantuan atau tutorial ketika mereka menemukan kesulitan dalam pembelajaran. Namun dewasa ini, konsep pembelajaran jarak jauh telah berkembang luas.

2.1.17    Pendekatan Konsep Belajar Tuntas Menurut Oemar Hamalik
11
Pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah suatu keyakinan bahwa seluruh siswa dapat belajar dengan tepat jika diberikan waktu dan pembelajar yang tepat serta layak. Para siswa dapat mencapai ketuntasan ketika standar pembelajaran dirumuskan dan digambarkan dengan jelas, penilaian dan pengukuran kemajuan siswa kearah mencapai tujuan dilaksanakan dengan teliti.

2.1.18    Pendekatan Lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan lingkungan.

2.1.19    Pendekatan Inkuiri
Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian (Dettrick, G.W. 2001). Dalam pendekatan inkuiri berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan dan penjelasan yang menunjang pengalaman.

2.1.20    Pendekatan Interaktif
Dikenal juga sebagai pendekatan pertanyaan anak, memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.

2.1.21    Pendekatan Pemecahan Masalah
12
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan pemecahan masalah ini ada dua versi. Versi yang pertama siswa dapat saja menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Dalam versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberikan petunjuk.
2.1.22    Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dan proses, konsep dari satu mata pelajaran  dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain.
2.1.23    Pendekatan Konstektual
Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Pendekatan konstektual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat, belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.
Dalam pengajaran konstektual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting yaitu :
1)      mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengaitkan konsep bari dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2)     
13
Mengalami merupakan inti belajar kontektual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3)      Menerapkan, disini siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.
4)      Kerjasama adalah siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signidikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5)      Mentransfer, peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.
2.1.24    Pendekatan Sains, Teknologi Dan Masyarakat (STM)
Pendekatan sains, teknologi dan masyarakan merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan (Susilo, 1999). Istilah sains teknologi masyarakat dalam bahasa inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau sains teknologi lingkungan dan masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekata STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

Selain berbagai pendekatan yang disebutkan diatas, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) tahun 1994 disebutkan lima macam pendekatan untuk pendidikan yaitu :
2.1.25    Pendekatan Pengalaman
14
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa pun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari pada sekedar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi menyeleweng dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet.” Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Withrington.
Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya pengalaman itu sebagai suatu pendekatan. Maka jadilah “Pendekatan Pengalaman” sebagai frase yang baku dan diakui pemakaiannya dalam pendidikan. Untuk pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode pemberian tugas dan tanya jawab mengenai pengalaman siswa.

2.1.26    Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak  yang masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak dikemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian buruk pula. Begitulah biasanya terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang. Karenanya di dalam kehidupan bermasyarakat, kedua kepribadian yang bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik diantara mereka.
15
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Maka adalah penting, pada awal kehidupan anak menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik saja dan jangan sekali-kali mendidik anak tidak disiplin, suka berkelahi dan sebagainya. Tetapi tanamkanlah kebiasaan seperti gemar menolong orang yang kesukaran, suka membantu fakir dan miskin, dan sebagainya. Maka dari itu pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat tidak bisa diletakan dalam hal ini.
J.B.Watson berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan dan belajar. Jadi, dalam masalah kebiasaan ini, aliran Behaviorisme dari J.B.Watson dan aliran Empirisme dari John Locke lebih dominan daripada aliran Nativisme dan Schopenhour. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan kebiasaan dijadikan sebagai pendekatan kebiasaan.

2.1.27    Pendekatan Emosional
            Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rahaniah. Emosi mempunyai peran yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari pendekatan emosional ini, metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, bercerita, dan sosiodrama.
2.1.28    Pendekatan Rasional
Di sekolah anak didik dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berfikir anak dibimbing ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berpikir anak mulai yang konkret sampai yang abstrak. Maka pembuktian suatu pembenaran, dalil, prinsip atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju yang kompleks. Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Kesalahan pembuktian akan berakibat vatal bagi perkembangan jiwa anak. Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima pengajaran.
16
Karena keampuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah. untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas.

2.1.29    Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan di pelajari oleh anak di sekolah bukanlah sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak yang mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan. Metode yang cocok untuk mendukung pendekatan fungsional adalah metode latihan, metode tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.

2.1.30    Pendekatan Kebermaknaan
Dalam penguasaan suatu mata pelajaran tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan mata pelajaran oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, lingkungan serta kompetisi guru itu sendiri. Kegagalan tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif kearah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru yaitu pendekatan kebermaknaan.

17

 

BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Pendekatan pengajaran merupakan suatu yang dipakai oleh seorang guru sebagai sudut pandang dalam menentukan aktivitas dalam proses pengajaran. Pendekatan dalam pengajaran itu sangat diperlukan oleh seorang guru, untuk membantuk guru dalam proses pembelajaran. Adapun macam-macam pendekatan tersebut antara lain yaitu :
1)      Pendekatan individual
2)      Pendekatan kelompok
3)      Pendekatan bervariasi
4)      Pendekatan edukatif
5)      Pendekatan konsep
6)      Pendekatan proses
7)      Pendekatan induktif
8)      Pendekatan deduktif
9)      Pendekatan heuristik
10)  Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi
11)  Pendekatan pengajaran manajemen kelas
12)  Pendekatan pembelajaran berdasarkan perbedaan individu
13)  Pendekatan pembelajaran kooperatif
14)  Pendekatan pengajaran berbasis masyarakat
15)  Pendekatan konstruktivisme
16)  Pendekatan pembelajaran jarak jauh
17)  Pendekatan konsep belajar tuntas menurut Oemar Hamalik
18)  Pendekatan lingkungan
19)  Pendekatan inkuiri
20)  Pendekatan interaktif
21)  Pendekatan pemecahan masalah
22)  Pendekatan terpadu
23) 
18
Pendekatan konstektual
24)  Pendekatan Sains, teknologi dan masyarakat
25)  Pendekatan pengalaman
26)  Pendekatan pembiasaan
27)  Pendekatan emosional
28)  Pendekatan rasional
29)  Pendekatan fungsional
30)  Pendekatan kebermaknaan
Itulah pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam proses pengajaran, agar suatu proses pengajaran dapat dilaksanakan dengan efektif.
3.2  Saran
            Dari semua macam pendekatan yang telah dijelaskan, sebaiknya guru menggunakan/memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi, situasi dan lingkungan kelas yang diajarnya atau sesuai dengan kondisi siswa yang diajarnya, agar suatu pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.



19

 

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar