KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji
syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen. Adapunn
judul dari laporan ini “Pendekatan dalam Pengajaran”.
Dalam proses penyusunan laporan ini,
kami menyadari bahwa keberhasilan penyusunan laporan disamping usaha yang
sungguh-sungguh serta tanggung jawab dari kami sendiri, juga tidak terlepas
dari bimbingan dan bantuan baik moral maupun material dari banyak pihak.
Penulis menyadari bahwa laporan ini
jauh dari sempurna maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun bagi
kesempurnaan laporan sangat diperlukan. Penulis berharap agar laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Om
Santih, Santih, Santih Om
Singaraja,
4 Desember 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
PENDEKATAN PENGAJARAN............................... 2
2.2 MACAM-MACAM
PENDEKTAN....................................................... 2
2.1.1 Pendekatan individual.................................................................. 2
2.1.2 Pendekatan Kelompok.................................................................. 3
2.1.3 Pendekatan Bervariasi.................................................................. 4
2.1.4 Pendekatan edukatif..................................................................... 5
2.1.5 Pendekatan Konsep...................................................................... 6
2.1.6 Pendekatan Proses........................................................................ 7
2.1.7 Pendekatan Induktif..................................................................... 8
2.1.8 Pendekatan Deduktif.................................................................... 8
2.1.9 Pendekatan Heuristik.................................................................... 8
2.1.10
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kompetensi.......................... 9
2.1.11
Pendekatan Pengajaran Manajemen Kelas................................... 9
2.1.12
Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Perbedaan Individu....... 9
2.1.13
Pendekatan Pembelajaran Kooperatif........................................... 9
2.1.14
Pendekatan Pengajaran Berbasis Masyarakat............................... 10
2.1.15
Pendekatan Konstruktivisme........................................................ 10
2.1.16
Pendekatan Pembelajaran Jarak Jauh............................................ 11
2.1.17
Pendekatan Konsep Belajar Tuntas menurut Oemar Hamalik...... 12
2.1.18
Pendekatan Lingkungan............................................................... 12
ii
|
2.1.20
Pendekatan Interaktif................................................................... 12
2.1.21
Pendekatan Pemecahan Masalah.................................................. 13
2.1.22
Pendekatan Terpadu..................................................................... 13
2.1.23
Pendekatan Konstektual............................................................... 13
2.1.24
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat............................. 14
2.1.25
Pendekatan Pengalaman............................................................... 15
2.1.26
Pendekatan Pembiasaan................................................................ 15
2.1.27
Pendekatan Emosional.................................................................. 16
2.1.28
Pendekatan Rasional..................................................................... 16
2.1.29
Pendekatan Fungsional................................................................. 17
2.1.30
Pendekatan Kebermaknaan.......................................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 18
3.2 Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pembelajaran
adalah kegiatan dalam proses implementasi kurikulum yang dilakukan oleh guru agar
siswa belajar. Belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan sehingga terjadi perubahan yang lebih baik. Bila
kita berbicara mengenai pembelajaran/belajar. Tentu disini kita akan membahas
juga mengenai segala kesulitan/hambatan
yang dialami oleh seorang guru dalam mengajar. Karena guru disini harus
mengajar banyak siswa. Dimana siswa yang satu dengan yang lain mempunyai
sifat-sifat/sikap yang berbeda-beda. Karena hal tersebut untuk memudahkan
seorang guru dalam mengajar, maka disini seorang guru memerlukan suatu metode,
strategi, taktik, dan model dalam mengajar. Untuk menerapkan metode, strategi,
taktik dan model pembelajaran agar sesuai dengan kondisi siswa yang diajarkan
maka seorang guru memerlukan suatu pendekatan dalam pengajaran.
Dengan
demikian, disini saya akan membahas mengenai pendekatan-pendekatan apa saja
yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam proses pengajaran.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka persoalan mendasar yang banyak ditelaah dalam makalah ini
adalah :
1.2.1
Apa pendekatan itu?
1.2.2
Apa saja macam-macam
pendekatan dalam pengajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
untuk mengetahui
pengertian pendekatan.
1.3.2
Untuk mengetahui
macam-macam pendekatan yang ada dalam pengajaran.
1.3.3
1
|
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
pengajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pengajaran dengan cakupan teoritis.
Pendekatan
pengajaran dapat diartikan pula sebagai aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pengajaran, pengekatan pengajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan
disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dala perencanaan
pengajaran. Jadi Pendekatan Pengajaran
adalah suatu yang dipakai oleh seorang guru sebagai sudut pandang dalam
menentukan aktivitas dalam proses pengajaran.
2.2 Macam-Macam Pendekatan Pengajaran
Ada
beberapa macam pendekatan yang ada dalam proses pengajaran yang meliputi :
2.1.1
Pendekatan
Individual
Pendekatan
individual anak didik itu memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi
pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini.
Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi
belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery
learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi
kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada
anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
2
|
Pendekatan
individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.
Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode
tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga
guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual
terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah
dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual.
2.1.2
Pendekatan
Kelompok
Dalam
kegiatan belajar mengajar pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan
perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal
ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius yakni makhluk
yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan ras egois
yang ada dalam dri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan
sosial di kelas. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti
ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia.
Anak
didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari
bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Ketika guru ingin mempergunakan
pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangankan bahwa hal itu
tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan
dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang
cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok
tidak dapat digunakan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal
lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
3
|
Beberapa
pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh
tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain. Yang
mempunyai kecenderungan menanamkan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah
merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban
kelompok ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Perasaan
diterima atau disukai teman-teman
2) Tarikan
kelompok
3) Teknik
pengelompokkan oleh guru
4) Partisipasi/keterlibatan
dalam kelompok
5) Penerimaan
tujuan kelompok persetujuan dalam cara mencapainya.
6) Struktur
dan sifat-sifat kelompok seperti suatu fungsi personalia dengan tingkatan
keakraban tertentu, suatu sistem interaksi, suatu organisasi atau struktur,
suatu motif tertentu dan tujuan bersama, suatu kekuatan atau standar prilaku
tertentu, pola prilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.
2.1.3
Pendekatan
Bervariasi
Dalam
belajar anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai
motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang
lain kurang bergairah belajar. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak
didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat
dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya anak didik yang tidak disiplin
dengan anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik
pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu
hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam
hal ini didekati dengan pendekatan bervariasi.
Pendekatan
bervariasi bertolak pada konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap
anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam
pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan
untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang
dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4
|
2.1.4
Pendekatan
Edukatif
Misalnya
anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas
ketika guru sedang memberikan pelajaran, tidak tepat diberikan sanksi hukum
dengan cara memukul badannya hingga luka/cedera. Ini adalah tindakan sanksi
hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang
salah. Guru telah mempergunakan teori power yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana
bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang
guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik
agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Guru
yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian
anak didik yang berkahlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru yang
mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengan anak didik
disebabkan komunikasi antara guru dengan anak didik kurang berjalan dengan
harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan
pendekatan edukatif dengan anak didik yang bermasalah.
Guru
yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang
dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang
dirasakannya.
Berbagai
kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individua,
ada juga yang dapat didekati dengan pendekatan kelompok, dan ada pula yang
dapat didekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang penting untuk diingat
adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan
edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,
dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif, dengan
tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam, marah, kesal, benci, dan
sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru lakukan
itu menurut kata hati atau memuaskan hati.
5
|
2.1.5
Pendekatan
Konsep
Pendekatan
konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh. Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang sama/struktur mental yang diperoleh dari pengalaman dan
pengamatan. Pada pendekatan model ini siswa dibimbing memahami dan menguasai
konsep-konsep yang terkandung di dalamnya secara benar dengan tujuan agar tidak
terjadi kesalahan konsep. Dalam proses pengajaran tersebut penguasaan konsep
dan subkonsep yang menjadi sasaran utama pengajaran. Pendekatan ini kurang
memperhatikan aspek student centre. Guru terlalu dominan dan siswa membimbing
untuk memahami konsep. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,
melalui generalisasi dan berfikir abstrak.
Ciri-ciri
suatu konsep adalah :
1) Konsep
memiliki gejala-gejala tertentu.
2) Konsep
diperoleh dari pengamatan.
3) Konsep
berbeda dalam isi dan luasnya.
4) Konsep
yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5) Konsep
yang benar membentuk pengertian.
6) Setiap
konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan
dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
1)
Menanti kesiapan belajar,kematangan
berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2)
Mengetengahkan konsep dasar dengan
persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3)
Memperkenalkan konsep yang spesifik
dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
4)
Penjelasan perlahan-lahan dari yang
konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan
pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1)
6
|
(1)
Pengenalan benda konkret.
(2)
Menghubungkan dengan pengalaman lama
atau berupa pengalaman baru.
(3)
Pengamatan,penafsiran tentang benda
baru
2)
Tahap simbolik
Tahap
simbolik diperkenalkan dengan:
(1) Simbol,lambang,kode,seperti
angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
(2) Membandingkan
antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup
mengerti akan ciri-cirinya.
(3) Memberi
nama,dan istilah serta defenisi.
3)
Tahap ikonik
Tahap ini
adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti:
(1) Menyebut
nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu mengatakannya
2.1.6
Pendekatan
Proses
Pendekatan
proses adalah pendekatan pengajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada
proses bukan hasil. Pada pendekatan ini
peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pada pendekatan proses,
tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan,
menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil kegiatan. Pendekatan ini dilatar
belakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-Romantis dan
teori kognitif gestal. Naturalisme-romantis menekankan kepada aktivitas siswa.
Dan teori kognitif gestal menekankan pemahaman dan kesatu paduan yang menyeluruh.
Pendekatan
ini adalah proses penalaran yang bermula dari umum kekeadaan khusus sebagai
pendekatan pengajaran yang bermula dengan mengajukan aturan prinsip umum
diikuti dengan contoh-contoh atau penerapan-penerapan aturan prinsip umum ke
dalam keadaan khusus.
7
|
2.1.7
Pendekatan
Induktif
Pendekatan
ini pertama dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis Bacos (1561) yang
menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan dari fakta yang konkrit
sebanyak mungkin. Menurut Purwanto dalam segala (2006) tepat atau tidaknya
kesimpulan atau cara berfikir yang diambil secara induktif bergantung pada
representatif atau sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Jadi
pendekatan induktif disini adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan
khusus menuju keadaan umum. Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan
dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus ke
umum.
2.1.8
Pendekatan
Deduktif
Pendekatan
deduktif adalah pendekatan yang menggunakan logikan untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Pendekatan
deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan,
prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu yang umum ke suatu yang
khusus.
2.1.9
Pendekatan
Heuristik
Kata
heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu “heuristik”
yang berarti saya menemukan. Menurut Rusyan (1993), heuristik semacam fakta
psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu untuk
menyelidiki sejak bayi. Metode heuristik ini dipopulerkan oleh profesor
Amstrong pada abad ke 19. Menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus
menemukan fakta ilmu pengetahuan.
8
|
2.1.10
Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Fokus
pelaksanaan pengajaran ini antara lain : (1) kegiatan pengajaran adalah
penguasaan kompetensi oleh peserta didik, (2) proses pembelajaran harus
memiliki kesepadanan dengan kondisi dimana kompetensi tersebut akan digunakan,
(3) aktivitas pengajaran bersifat perseorangan, antara satu peserta dengan
peserta lain tidak ada ketergantungan, (4) harus tersedia program pengayaan
bagi peserta yang lebih cepat dan program perbaikan bagi peserta yang lebih
lamban.
2.1.11
Pendekatan
Pengajaran Manajemen Kelas
Menurut
Parkay dalam Oemar Hamalik (2006) pendekatan manajemen kelas dapat diartikan
sebagai upaya untuk mengatur situasi kelas untuk manjamin terciptanya iklim
yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran bagi siswa. Karena itu manajemen
kelas berhubungan dengan beberapa hal, yaitu (1) kontrol terhadap situasi
belajar, (2) mengarahkan kegiatan belajar siswa, (3) menjembatani
perbedaan-perbedaan belajar siswa.
2.1.12
Pendekatan
Pembelajaran Berdasarkan Perbedaan Individu
Pengajaran
dimana komponen-komponen dalam sistem pengajaran disesuaikan dengan perbedaan
individual, baik perbedaan individual secara vertikal maupun perbedaan
individual secara horisontal, siswa bebas belajar sesuai dengan
karakteristiknya, bakat dan minatnya.
2.1.13
Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dapat belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggota terdiri
dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Salvin,1995). Belajar
kooperatif menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar bersama, saling
membantu). Kerja kelompok membuat siswa semangat untuk belajar aktif untuk
saling menampilkan diri atau berperan di antara teman-teman sebaya.
9
|
2.1.14
Pendekatan
Pengajaran Berbasis Masyarakat
Pengajaran
yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk pengajaran yang memadukan
antara sekolah dan masyarakat, dengan cara membawa sekolah ke dalam masyarakat,
dan membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan
pengajaran/pendidikan yang ditetapkan.
2.1.15
Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Teori
belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget
yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri yang dilakukan
seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Konflik kognitif timbul pada saat terjadi
ketidakselarasan antara informasi yang diterima siswa karena struktur kognitif
yang telah dimilikinya. Adapun pengaturan sendiri adalah proses internal untuk
mencapai keselarasan yang dilakukan melalui dwi fungsi yaitu organisasi dan
adaptasi.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Dalam pendekatan konstruktivisme
ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai
dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara
umum konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti serta belajar sesuatu melalui :
1) Konstruktivisme
Individu
10
|
2) Konstruktivisme
Sosial
Berbeda
dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan konstribusikan dan buat secara
bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Ciri-ciri
pendekatan konstruktivisme :
1) Dengan
adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik
dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai denan kajian teori.
2) Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
3) Setiap
siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
4) Peran
guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari.
2.1.16
Pendekatan
Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut
Jollife (2001), secara tradisional pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran
dimana secara geografis siswa (pembelajar) berada jauh dari fasilitator (guru)
dan bekerja atau belajar secara mandiri melalui serangkaian bahan-bahan
pembelajaran. Dukungan yang diberikan kepada siswa adalah dalam bentuk bantuan
atau tutorial ketika mereka menemukan kesulitan dalam pembelajaran. Namun
dewasa ini, konsep pembelajaran jarak jauh telah berkembang luas.
2.1.17
Pendekatan
Konsep Belajar Tuntas Menurut Oemar Hamalik
11
|
2.1.18
Pendekatan
Lingkungan
Penggunaan
pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar
mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi
yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan
lingkungan.
2.1.19
Pendekatan
Inkuiri
Melakukan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa
untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik
yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian
(Dettrick, G.W. 2001). Dalam pendekatan inkuiri berarti guru merencanakan
situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang
digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan,
mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg,
membuat ramalan dan penjelasan yang menunjang pengalaman.
2.1.20
Pendekatan
Interaktif
Dikenal
juga sebagai pendekatan pertanyaan anak, memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan
dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
2.1.21
Pendekatan
Pemecahan Masalah
12
|
2.1.22
Pendekatan
Terpadu
Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam
suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa
konsep dan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat
juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain.
2.1.23 Pendekatan Konstektual
Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Pendekatan konstektual
sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang efektif
yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat, belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapainya.
Dalam pengajaran konstektual memungkinkan terjadinya lima
bentuk belajar yang penting yaitu :
1)
mengaitkan adalah strategi yang
paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini
ketika ia mengaitkan konsep bari dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi
dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
2)
13
|
3)
Menerapkan, disini siswa
menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru
dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.
4)
Kerjasama adalah siswa yang
bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signidikan.
Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu
siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5)
Mentransfer, peran guru membuat
bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.
2.1.24
Pendekatan
Sains, Teknologi Dan Masyarakat (STM)
Pendekatan
sains, teknologi dan masyarakan merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan
(Susilo, 1999). Istilah sains teknologi masyarakat dalam bahasa inggris disebut
Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment
(STSE) atau sains teknologi lingkungan dan masyarakat. Meskipun istilahnya
banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment yang dalam berbagai
kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan isu yang ada di masyarakat.
Adapun tujuan dari pendekata STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting
tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan
dengan keputusan yang telah diambilnya.
Selain
berbagai pendekatan yang disebutkan diatas, ada lagi pendekatan-pendekatan
lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
tahun 1994 disebutkan lima macam pendekatan untuk pendidikan yaitu :
2.1.25
Pendekatan
Pengalaman
14
|
Meskipun
pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua
pengalaman bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak bersifat
mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak
ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi menyeleweng dari tujuan itu, misalnya
“mendidik anak menjadi pencopet.” Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif
adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan
kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.
Demikianlah pendapat Withrington.
Betapa
tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya pengalaman itu
sebagai suatu pendekatan. Maka jadilah “Pendekatan Pengalaman” sebagai frase
yang baku dan diakui pemakaiannya dalam pendidikan. Untuk pendekatan ini, maka
metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode pemberian
tugas dan tanya jawab mengenai pengalaman siswa.
2.1.26
Pendekatan
Pembiasaan
Pembiasaan
adalah alat pendidikan. Bagi anak yang
masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah
akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak dikemudian hari. Pembiasaan
yang baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian yang baik
pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang
berkepribadian buruk pula. Begitulah biasanya terlihat dan yang terjadi pada
diri seseorang. Karenanya di dalam kehidupan bermasyarakat, kedua kepribadian
yang bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik diantara
mereka.
15
|
J.B.Watson
berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit
sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan
dan belajar. Jadi, dalam masalah kebiasaan ini, aliran Behaviorisme dari
J.B.Watson dan aliran Empirisme dari John Locke lebih dominan daripada aliran
Nativisme dan Schopenhour. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang
menyebabkan kebiasaan dijadikan sebagai pendekatan kebiasaan.
2.1.27
Pendekatan
Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang
ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan.
Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu baik perasaan jasmaniah
maupun perasaan rahaniah. Emosi mempunyai peran yang penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan
emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan
dan pengajaran. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari pendekatan emosional
ini, metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode
ceramah, bercerita, dan sosiodrama.
2.1.28
Pendekatan
Rasional
Di
sekolah anak didik dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan
berfikir anak dibimbing ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia
anak. Perkembangan berpikir anak mulai yang konkret sampai yang abstrak. Maka
pembuktian suatu pembenaran, dalil, prinsip atau hukum menghendaki dari hal-hal
yang sangat sederhana menuju yang kompleks. Pembuktian tentang sesuatu yang
berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak.
Kesalahan pembuktian akan berakibat vatal bagi perkembangan jiwa anak. Usaha
yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal
(rasio) dalam memahami dan menerima pengajaran.
16
|
2.1.29
Pendekatan
Fungsional
Ilmu
pengetahuan di pelajari oleh anak di sekolah bukanlah sekedar pengisi otak,
tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak yang mendayagunakan
nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.
Pendekatan
fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan.
Metode yang cocok untuk mendukung pendekatan fungsional adalah metode latihan,
metode tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.
2.1.30
Pendekatan
Kebermaknaan
Dalam
penguasaan suatu mata pelajaran tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang
harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan mata
pelajaran oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan
yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas,
lingkungan serta kompetisi guru itu sendiri. Kegagalan tersebut tentu saja
tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam
setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Karenanya perlu dipecahkan. Salah
satu alternatif kearah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru
yaitu pendekatan kebermaknaan.
17
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan
pengajaran merupakan suatu yang dipakai oleh seorang guru sebagai sudut pandang
dalam menentukan aktivitas dalam proses pengajaran. Pendekatan dalam pengajaran
itu sangat diperlukan oleh seorang guru, untuk membantuk guru dalam proses
pembelajaran. Adapun macam-macam pendekatan tersebut antara lain yaitu :
1) Pendekatan
individual
2) Pendekatan
kelompok
3) Pendekatan
bervariasi
4) Pendekatan
edukatif
5) Pendekatan
konsep
6) Pendekatan
proses
7) Pendekatan
induktif
8) Pendekatan
deduktif
9) Pendekatan
heuristik
10) Pendekatan
pembelajaran berbasis kompetensi
11) Pendekatan
pengajaran manajemen kelas
12) Pendekatan
pembelajaran berdasarkan perbedaan individu
13) Pendekatan
pembelajaran kooperatif
14) Pendekatan
pengajaran berbasis masyarakat
15) Pendekatan
konstruktivisme
16) Pendekatan
pembelajaran jarak jauh
17) Pendekatan
konsep belajar tuntas menurut Oemar Hamalik
18) Pendekatan
lingkungan
19) Pendekatan
inkuiri
20) Pendekatan
interaktif
21) Pendekatan
pemecahan masalah
22) Pendekatan
terpadu
23)
18
|
24) Pendekatan
Sains, teknologi dan masyarakat
25) Pendekatan
pengalaman
26) Pendekatan
pembiasaan
27) Pendekatan
emosional
28) Pendekatan
rasional
29) Pendekatan
fungsional
30) Pendekatan
kebermaknaan
Itulah pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan oleh seorang guru dalam proses pengajaran, agar suatu proses
pengajaran dapat dilaksanakan dengan efektif.
3.2 Saran
Dari
semua macam pendekatan yang telah dijelaskan, sebaiknya guru
menggunakan/memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi, situasi dan
lingkungan kelas yang diajarnya atau sesuai dengan kondisi siswa yang diajarnya,
agar suatu pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
19
|
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful
Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar