Rabu, 01 Januari 2014

Kategori/Padharta Samkhya


PEMBAHASAN
KATEGORI/PADHARTA SAMKHYA

Pengertian Samkhya Darsana
Samkhya adalah salah satu dari filsafat India. Sistem ini mengakui Veda sebagai otoritas tertinggi, oleh karena itu dikelompokkan ke dalam Astika. Tradisi India mengakui Samkhya sebagai filsafat tertua dalam kasanah filsafat India dan pengaruhnya masih terasa sampai sekarang.  Ajaran samkhya dibangun oleh Rsi Kapila atau sering dipanggil Rsi Kapila Muni, ia dikatakan sebagai putra Brahma dan Awatara dari Visnu. Buku tentang Samkhya yang tertua baru ditulis pada abad kelima sesudah masehi oleh Iswarahitta. Samkhya Darsana tidak membahas tentang adanya Tuhan. Menurut Samkhya, bahwa hakekat manusia dan alam semesta terdiri dari dua unsur yaitu purusa (asas kejiwaan/rohani) dan prakerti (asas badani/materi/jasmani). Purusa adalah asas kejiwaan yang kekal , berdiri sendiri dan tidak berputar. Jumlah purusa tidak terbilang, berbeda dengan upanisad, Samkhya tidak mengakui adanya satu jiwa yang bersifat universal, yang kemudian diantaranya menjadi jiwa individu. Prakerti adalah sebab terakhir dari alam semesta ini, semua objek di dunia ini, baik badan, pikiran, perasaan adalah terbatas  dan merupakan serentetan dari suatu sebab. Sebab terakhir inilah yang disebut Prakerti dalam ajaran Samkhya. Prakerti dibangun oleh triguna yaitu sattva, rajas dan tamas.

Sifat Ajaran Samkhya
1
 Kata-kata samkhya digunakan  dalam Sruti dan Smrti dalam pengertian pengetahuan. Kata “Samkhya” berarti pengetahuan yang  benar. Dalam Sarwa Darsana Samgraha, suatu system filsafat Hindu, mengatakan kata samkhya itu sendiri artinya “jumlah”, dan sistem ini memberikan sejumlah prinsip-prinsip alam semesta yang sebanyak 25 buah, ini terjadi setelah dua asas purusa bertemu dengan prakerti, sehingga berkembanglah prakerti sebagai unsur penyusun tubuh manusia maupun alam semesta sehingga nama samkhya tersebut sangatlah tepat. Disebutkan pula Samkhya juga dipergunakan dalam pengertian “Vicara” atau perenungan filosofis (Maswinara, 1998:41).
Dalam epos Mahabharata dan Bagawadgita menggunakan kata Samkhya dalam pengertian pengetahuan. Samkhya berarti filsafat ilmu pengetahuan yang sempurna. Ada tiga cara pembuktian (tri pramana) dalam system filsafat Samkhya yaitu : pratyaksa (pengamatan langsung), anumana (penyimpulan) dan Apta Vakya (penegasan yang benar). Kata Apta atinya pantas atau benar yang ditunjukkan pada wahyu-wahyu Veda atau guru-guru yang mendapatkan wahyu. Sistem Samkhya umumnya dipelajari setelah system Nyaya, karena merupakan sistem filsafat yang hebat, dimana para filsuf Barat juga sangat mengaguminya, karena secara pasti ia menekankan dualitas, realitas dan pluralistik. Samkhya menyangkal bahwa suatu benda dapat dihasilkan dari keberadaan. Prakerti dan purusa adalah anadi (tanpa awal) dan ananta (tanpa akhir/tak terbatas). Ketidakberbedaan (Aviveka) antara keduanya merupakan penyebab adanya kelahiran dan kematian. Perbedaan antara purusa dan prakerti memberikan mukti atau pembebasan. Baik purusa dan prakerti adalah Sat (nyata). Purusa bersifat Asanga (tak terikat) yang merupakan kesadaran yang meresapi segalanya yang abadi. Prakerti merupakan si pelaku dan si penikmat, yang tersusun dari asas matei rohani yang memiliki atau terpengaruh oleh tiga guna atau sifat yaitu sattwam, rajas dan tamas. Prakerti artinya yang mula-mula. Yang mendahului apa yang dibuat dan berasal dari kata Pra (sebelum). Prakerti merupakan sumber dari alam semesta dan ia juga disebut sebagai pradhana (pokok), karena semua akibat ditemukan padanya dan ia juga merupakan sumber dari segala benda.
2
System filsafat Samkhya disebut sebagai filsafat Nir-Isvara Smakhya tanpa Tuhan, yaitu tidak mempercayai adanya Tuhan atau Isvara, sehingga sifatnya atheis. Menurut filsafat Samkhya penciptaan berasal dari prakerti yang ada dengan sendirinya dan tidak ada sangkut pautnya dengan purusa tertentu yang menjadikannya. Oleh karena itu menurut penganut filsafat Samkhya menyatakan bahwa tidak perlu adanya pencipta yang cerdas atau bahkan satu kekuatan yang mengatasinya yang secara jelas bertentangan dengan system filsafat wedanta.
Samkhya menerima teori pengembangan dan penyusutan, dimana sebab dan akibat merupakan keadaan yang belum berkembangan dan pengembangan dari satu substansi yang sama. Dalam system ini tak ada suatu hal sebagai penghancur total, karena dalam penghancuran, akibat terbawa menjadi penyebab, jadi hanya itu saja masalahnya. Jadi gambaran sentral dari filsafat Samkhya adalah bahwa akibat benar-benar ada sebelumnya di dalam penyebabnya, seperti seluruh keberadaan pepohonan yang dalam keadaan terpendam atau tertidur di dalam benih (biji), demikian pula seluruh alam raya ini ada dalam keadaan tertidur dalam Prakerti yaitu Avyakta (tidak berkembang) atau pun Avyakrta (tak terbedakan). Akibat atau hasil tidak berbeda dengan penyusunnya. Prakerti dalam filsafat Samkhya merupakan ketidakadaan kecerdasan, prakerti hanyalah benda mati (materi) yang dilengkapi dengan kemampuan yang tertentu yang disebabkan oleh guna (sifat).

Kategori/Padharta Samkhya
            Samkhya memberikan suatu uraian kategori-kategori yang didasarkan pada ketetapan produktif masing-masing yaitu :
1.      Produktif (Prakrti)
2.      Produktif dan hasil (Prakrti-Vikrti)
3.      Hasil (Vikrti)
4.      Bukan produktif maupun hasil (Anubyarupa)
3
Keempat klasifikasi diatas termasuk 25 prinsip atau Tattva. Prakerti atau pradhana (pokok) merupakan produktif murni dan sumber dari semuanya, tujuh prinsip berikutnya yaitu kecerdasan (buddhi), keakuan (ahamkara) dan 5 tanmantra ( dasar halus) adalah hasil dan produktif. Buddhi merupakan produktif, karena keakuan atau ahamkara berasal dari pengembanganya, tetapi ia juga dihasilkan dari pengembangan prakrti. Ahamkara disamping juga merupakan hasil, ia juga produktif, karena menjadi sumber dari 5 dasar halus atau tanmantra. Ke-16 prinsip berikutnya  yaitu sepuluh organ (persepsi dan gerak), pikiran dan 5 unsur (bhuta), hanya merupakan hasil yang tak dapat menghasilkan substansi pokok lain yang berbeda dengan dirinya. Purusa atau roh, bukanlah hasil ataupun produk, karena purusa tanpa atribut. Jadi keseluruhan tattva atau prinsip itu adalah Purusa, Prakerti, Budhhi, Ahamkara, Manas, 5 tan mantra, 10 organ persepsi dan gerak, 5 unsur (bhuta).
Diagram mengenai kategori Samkhya :
                       (1) Purusa                                                       (2) Prakerti
                                              
                                                                                               (3) Buddhi

                                                                                            (4) Ahamkara
                                            (5) Manas
                                                                                       (16-20)  Panca Tan Mantra
                                                                                                   
     (6 – 10) Panca Budhdindriya,  (11-15)Panca Karmendriya

                                                                                         (21-25) Panca Mahabhuta

4
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai kategori-kategori samkhya yang berhubungan dengan pengembangan dan penyusutan pada diagram di atas. Maka dapat diuraikan sebagai berikut : Dari pertemuan antara purusa dan prakerti, timbullah Mahat (benih alam semesta) dan Buddhi ( unsur intelek manusia) yang memiliki sifat-sifat kebajikan, pengetahuan, tidak bernafsu. Fungsi Buddhi ialah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan segala yang dating dari alat-alat yang lebih rendah dari dirinya. Dalam keadaan murni, ia bersifat dharma (kebajikan), jnana (pengetahuan), Wairagya (tidak terikat dengan keinginan), Aiswarya (kemahakuasaan/ketuhanan). Keempatnya ini disebut Catur Aiswarya yang mencerminkan kesadaran roh atau purusa. Perbedaan antara Mahat dan Buddhi adalah sebagai berikut : Mahat merupakan asas kosmis sedangkan Buddhi merupakan asas kejiwaan yaitu zat halus dari segala proses kecakapan mental untuk mempertimbangkan serta memutuskan segala hal yang diajukan oleh peralatan yang lebih rendah, sehingga buddhi merupakan unsure kejiwaan yang tertinggi atau instansi terakhir bagi segala perbuatan moril dan intelektual.
Dari Buddhi muncullah Ahamkara, yang merupupakan asas individuasi/keakuan yang menyebabkan segala sesuatunya memiliki latar  belakang sendiri-sendiri (kepribadian), yang merupakan segi jiwani dari ahamkara tersebut. Fungsi ahamkara ialah merasakan rasa aku. Dengan Ahamkara sang diri merasa memiliki. Sesuai dengan Tri Guna, maka Ahamkara pun terdiri dari tiga macam yaitu : Ahamkara Sattwika bila unsure Sattwam yang unggul, Ahamkara Rajasika bila unsure rajas yang lebih unggul, Ahamkara Tamasika bila unsure tamas yang unggul.
5
Perkembangan jiwa yang pertama setelah Ahamkara adalah manas yang merupakan pusat indra yang bekerjasama dengan indra-indra lain mengamati kenyataan di luar badan manusia. Tugas Manas adalah untuk mengkoordinir rangsangan-rangsangan indra, dan mengaturnya sehingga menjadi petunjuk dan meneruskannya kepada Ahamkara dan Buddhi. Sebaliknya Manas juga bertugas untuk meneruskan putusan kehendak Buddhi kepada peralatan indra yang lebih rendah. Setelah Manas perkembangan kejiwaan yang kedua adalah Dasa Indriya persepsi Panca Buddhindriya atau Jnanendriya, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba dan Panca Karmendriya ( 5 organ penggerak) yaitu daya untuk berbicara, daya untuk memegang, daya untuk berjalan, daya untuk membuang kotoran, dan daya untuk mengeluarkan benih yaitu sperma dan ovum. Kesepuluh indra ini tak dapat di amati tetapi berada di dalam alat-alatnya yang tampak dan harus dibedakan dengan alat-alat itu sendiri. Hanya dengan perantara alat yang tampak itulah orang dapat mengamati serta mengenal objek-objek diluar diri manusia itu sendiri.
Perkembangan fisik menghasilkan asas dunia luar, yang disebut 5 unsur dan perkembangannya melalui 2 tahapan yaitu pada tahapan pertama munculnya lima unsure-unsur halus (panca tanmantra) yaitu sari-sari benih suara, sari rabaan/sentuhan, sari warna, sari rasa, dan sari bau.
Pada tahapan kedua terjadilah kombinasi dari unsure-unsur halus yang menimbulkan unsure-unsur kasar yang disebut Panca mahabhuta (ether, bayu, teja, apah dan prthiwi). Pengkombinasian itu sebagai berikut: dari unsure suara menimbulkan/terjadilah akasa (ether/ruang), dari unsure suara dan rabaan menimbulkan vayu (udara). Dari unsure warna, suara dan rabaan menimbulkan agni (tejah/api), dari unsure suara, rabaan, warna dan rasa menimbulkan apah (air) dan unsure suara, rabaan, warna, rasa dan bau menimbulkan prthiwi (tanah). Sesuai dengan perkembangannya maka unsure-unsur kasar (bhuta) memiliki sifat yang sesuai dengan unsure pembentuknya yang lebih dominan yaitu ruang (ether) memiliki sifat suara, udara memiliki sifat raba (sentuhan), api memiliki sifat warna atau bentuk, air memiliki sifat rasa dan tanah memiliki sifat bau.
6
Akhirnya dari unsure kasar ini berkembanglah alam semesta raya ini dengan segala isinya (Jagat), bumi dengan gunung-gunungnya, sungai-sungai, pepohonan, serta makhluk-mahluk hidup lainnya, yang kesemuanya merupakan perubahan prakerti. Akan tetapi perkembangannya yang terakhir ini berbeda dengan perkembangan yang pertama yaitu mahat sampai pada unsure kasar, sebab perkembangan yang terakhir ini tidak menimbulkan asas-asas baru seperti yang terjadi pada Mahat, Ahamkara, Manas dan seterusnya. Jadi unsure kasar tetap berada dalam segala sesuatu yang dihasilkan dan hanya terjadi bermacam-macam perubahan yang senantiasa bergantian dalam suatu masa (periode). Akan tetapi perkembangan yang pertama, mulai Mahat sampai unsure kasarnya tetap ada disepanjang perputaran masa dan hanya diuraikan pada akhir perputaran masa atau Kalpa tersebut. Jadi salama proses peleburan alam semesta ini, hasil-hasil itu kembali dengan pergerakan yang berlawanan dengan gerakan pada tahap pengembangan yang mendahuluinya dan akhirnya masuk ke dalam prakerti dan inilah yang disebut sebagai proses penyusutan atau penguncupan. Tak ada akhir bagi Samsara atau permainan dari Prakerti, karena siklus evolusi dan penyusutan tidak memiliki awal maupun akhir.
Demikian penjelasan mengenai kategori-kategori samkhya yang berhubungan dengan proses pengembangan dan penyusutan.

7

 

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ajaran Samkhya merupakan ajaran filsafat yang tertua yang membahas mengenai proses pengembangan dan penyusutan alam semesta. Samkhya juga memilik dua zat asasi yang bersama-sama membentuk alam semesta yaitu purusa dan prakerti. Purusa adalah asas kejiwaan yang kekal , berdiri sendiri dan tidak berputar. Prakerti adalah sebab terakhir dari alam semesta ini, semua objek di dunia ini, baik badan, pikiran, perasaan adalah terbatas  dan merupakan serentetan dari suatu sebab
Adapun kategori-kategori mengenai Samkhya yang terdiri dari 25 prinsip atau Tattva. Kategori-kategori terbagi kedalam empat kelompok yaitu meliputi  :
1.      Produktif (Prakrti)
2.      Produktif dan hasil (Prakrti-Vikrti)
3.      Hasil (Vikrti)
4.      Bukan produktif maupun hasil (Anubyarupa)
Keempat klasifikasi diatas termasuk 25 prinsip atau Tattva. Prakerti atau pradhana (pokok) merupakan produktif murni dan sumber dari semuanya, tujuh prinsip berikutnya yaitu kecerdasan (buddhi), keakuan (ahamkara) dan 5 tanmantra ( dasar halus) adalah hasil dan produktif. Buddhi merupakan produktif, karena keakuan atau ahamkara berasal dari pengembanganya, tetapi ia juga dihasilkan dari pengembangan prakrti. Ahamkara disamping juga merupakan hasil, ia juga produktif, karena menjadi sumber dari 5 dasar halus atau tanmantra. Ke-16 prinsip berikutnya  yaitu sepuluh organ (persepsi dan gerak), pikiran dan 5 unsur (bhuta), hanya merupakan hasil yang tak dapat menghasilkan substansi pokok lain yang berbeda dengan dirinya. Purusa atau roh, bukanlah hasil ataupun produk, karena purusa tanpa atribut.
8
 
TUGAS DARSANA
KATEGORI/PADHARTA SAMKHYA
Dosen Pengampu :
Ketut Bali Sastrawan, S.Ag. M.Pd.H.
                                                                      
Oleh :
Kelompok 6 : PAH A
1.     I Gd Wira Nusa Saputra              10.1.1.1.1.3858
2.     I Gede Ngurah Swastawa             10.1.1.1.1.3860
3.     Putu Indra Suartawan                 10.1.1.1.1.3861
4.     Ni Made Anggra Wahyuni          10.1.1.1.1.3862      
5.     Ni Putu Wahyu Putri Pratami     10.1.1.1.1.3863


INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
2012
DAFTAR PUSTAKA
-          Ngurah, I Gusti Made, dkk. 1999. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Paramita : Surabaya.
-          Nurkancana, Wayan.1995.Tuhan Jiwa Alam Semesta Menurut Sad Darsana. Yayasan Dharma Naradha: Denpasar.
-          Maswinara, I Wayan.1999.Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Paramita: Surabaya.
-          www.geogle.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar