Rabu, 01 Januari 2014

Ulasan Sloka dalam Sarasamuccaya


NAMA             : NI MADE ANGGRA WAHYUNI
NIM                 : 10.1.1.1.1.3862
SEMESTER   : V
KELAS            : PAH A


Mengulas Sloka dalam Sarasamuccaya tentang Ketuhanan, Etika, Upacara dan Filsafat :
1.      Tentang Ketuhanan dalam Sarasamuccaya :
a.      Nyang waneh, ikang wwang pinaracrayani kadangnya, kadi lwir sang
hyang indra, an pinakakahuripaning sarwabhawa, mwang kadi lwiring
kayu, an pinakakahuripaning, manuk, mangkana ta ya, an
pinakakahuripaning katumbanya, ikang wwang mangkana yatikanak ngaranya.
                                                                              (Sarasamuccaya 229)

Terjemahan :
Demikian pula orang yang dijadikan tempat berlindung oleh kaum kerabatnya, sebagai halnya dewa indra, dewa hujan, yang merupakan sumber kehidupan sekalian makhluk dan bagaikan pohon kayu rindang yang merupakan kehidupan orang-orang seisi rumahnya, orang yang demikian keadaan itulah anak sejati namanya.

Ulasan :
Dalam sloka ini dijelaskan menganai  seseorang,seseorang dalam hal ini adalah para acarya (orang yang menjadi tempat bersandar, yang dijadikan pandangan tempat berlindung, memberikan kenyamanan, kesejukan , memberikan kehidupan yang layak dalam hidup ini, itulah orang yang baik dalam hidup ini. Seseorang seperti itu diumpamakan seperti dewa Indra yang memberikan hujan sebagai sumber dari kehidupan. Dalam sloka ini ada nilai ketuhanan dilihat dari penyebutan Dewa Indra sebagai sumber kehidupan semua makhluk. Dimana Dewa Indra sebagai Dewanya Hujan dapa menurunkan hujan yang menyuburkan tumbuhannya tanam-tanaman dan dengan demikian dapat memberikan kebahagiaan untuk semua makhluk.

2.      Tentang Etika dalam Sarasamuccaya :
a.      Yan paramarthananya, yan arthakama sadhyan, dharma juga
lekasakena rumuhun, niyata katemwaning arthakama mene tan
paramamartha wi katemwaning arthakama deninganasar sakeng dharma.
                                                                              (Sarasamuccaya 12)

Terjemahan :
Pada hakekatnya, jika artha dan kama di tuntut, maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lebih dulu, tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti, tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Ulasan :
Artinya yaitu bahwa dalam mencari artha (kekayaan) dan dalam memenuhi yang namanya keinginan (kama) harus dilandasi dengan yang namanya dharma. Karena segala sesuatu yang dilandasi dharma akan mendapat hasil yang baik.

b.      Lawan haywa angalap yan tan payupobhayan, haywa tanginum madya, haywa
Amati-mati, haywa mithya ring wacana, haywa angangenangen paradara, yan ahyun mantuka ring swarga.
                                                                              (Sarasamuccaya 256)

Terjemahan :
            Dan lagi jangan hendak mengambil milik seseorang, jika belum ada perjanjian, jangan meminum minuman keras, jangan melakukan pembunuhan, jangan berdusta dalam kata-kata, jangan menginginkan istri orang lain, jika berkehendak berpulang ke alam sorga.

Ulasan :
            Artinya yaitu bahwa jika kita menginginkan suasana hati dan tempat yang indah, maka janganlah kita melakukan hal-hal yang membuat suasana hati dan tempat dalam kehidupan kita menjadi kacau, hal tersebut akan mengakibatkan kita tidak mencapai yang namanya sorga tersebut.

3.      Tentang Upacara dalam Sarasamuccaya :
a.      Puja ri sang hyang ekagni, puja ri sang hyang tryagni dana ring
kunda kunang, yatika ista ngaranya, nyang purta ngaranya.
                                                                        (Sarasamuccaya 215)



Terjemahan :
Pemujaan kepada hyang eka agni (api tunggal yang suci) pemujaan kepada hyang tri agni (api tiga yang suci), pun persembahan pada upacara korban api suci (homa), itulah disebut “ista”, berikut ini yang disebut “purta”.

Ulasan :
Di dalam sloka ini dijelaskan mengenai beberapa jenis pemujaan dalam bentuk api, yaitu seperti eka agni, tri agni, homa. Semua jenis upacara tersebut disebut istapurta/yajnakarma.

4.      Tentang Filsafat dalam Sarasamuccaya :
a.      Kadi krama sang hyang Aditya, an wijil, humilangken petengin rat,
mangkana tikang wwang mulahakening dharma, an hilangaken salwiring papa.
                                                                        (Sarasamuccaya 16)

Terjemahan :
            Seperti prilaku matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, adalah memusnahkan segala macam dosa.

Ulasan :
            Artinya dharma atau kebenaran itu adalah hal yang penting dalam dalam kehidupan ini. Apabila seseorang berbuat sesuai dharma maka dosa pun tidak akan ada/dosa itu hilang.

b.      Kunang paramarthanya, kadyangganing wwai mangena tebu, tan ikang
tebu juga kanugrahan denika, milu tekaning trenalatadi, saparek ikang
tebu milu kanugrahan, mangkanang tang wwang makaprawretting
dharma, artha, kama, yaca kasambi denika.
                                                                        (Sarasamuccaya 20)

Terjemahan :
            Maka pada hakekatnya, seperti air yang menggenang tebu, bukan hanya tebu itu saja yang mendapat air melainkan turut sampai kepada rumput, tanaman menjalar dan lain-lain sejeninya, serta segala tanam-tanaman di dekat tanaman tebu itupun mendapat air pula, demikianlah orang yang melaksanakan dharma, diperolehnya pula serta artha, kama dan yaca (kemegahan).

Ulasan :
            Arinya dari perbuatan seseorang/orang yang melakukan dharma atau suatu kebenaran, bukan hanya dia yang akan menikmati buah hasilnya, tetapi hasilnya akan dinikmati juga oleh orang terdekatnya misalnya keluarganya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar