NAMA
: NI MADE ANGGRA WAHYUNI
NIM
: 10.1.1.1.1.3862
SEMESTER
: V
KELAS
: PAH A
Mengulas
Sloka dalam Sarasamuccaya tentang Ketuhanan, Etika, Upacara dan Filsafat :
1.
Tentang Ketuhanan
dalam Sarasamuccaya :
a.
Nyang waneh, ikang wwang pinaracrayani
kadangnya, kadi lwir sang
hyang indra, an pinakakahuripaning sarwabhawa, mwang kadi lwiring
kayu,
an pinakakahuripaning, manuk,
mangkana ta ya, an
pinakakahuripaning katumbanya, ikang wwang mangkana
yatikanak ngaranya.
(Sarasamuccaya 229)
Terjemahan
:
Demikian
pula orang yang dijadikan tempat berlindung oleh kaum kerabatnya,
sebagai halnya dewa indra,
dewa hujan, yang merupakan sumber kehidupan sekalian makhluk dan bagaikan
pohon kayu rindang yang merupakan kehidupan orang-orang seisi rumahnya, orang yang demikian keadaan itulah anak sejati namanya.
Ulasan
:
Dalam
sloka ini dijelaskan menganai seseorang,seseorang
dalam hal ini adalah para
acarya (orang yang menjadi tempat bersandar, yang dijadikan pandangan tempat berlindung, memberikan kenyamanan, kesejukan , memberikan kehidupan yang layak dalam hidup
ini, itulah orang yang baik dalam hidup ini.
Seseorang seperti itu diumpamakan
seperti dewa Indra yang memberikan hujan sebagai sumber
dari kehidupan. Dalam sloka ini ada
nilai ketuhanan dilihat dari penyebutan
Dewa Indra sebagai sumber kehidupan semua makhluk. Dimana Dewa Indra sebagai Dewanya Hujan dapa menurunkan
hujan yang menyuburkan tumbuhannya tanam-tanaman dan dengan demikian
dapat memberikan kebahagiaan untuk semua makhluk.
2.
Tentang Etika dalam Sarasamuccaya :
a.
Yan paramarthananya, yan arthakama sadhyan, dharma juga
lekasakena rumuhun, niyata katemwaning arthakama mene tan
paramamartha wi katemwaning
arthakama deninganasar sakeng dharma.
(Sarasamuccaya 12)
Terjemahan
:
Pada
hakekatnya, jika artha dan kama di tuntut,
maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lebih dulu, tak
tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh
artha dan kama itu nanti,
tidak akan ada artinya, jika
artha dan kama itu diperoleh
menyimpang dari dharma.
Ulasan
:
Artinya
yaitu bahwa dalam mencari artha
(kekayaan) dan dalam memenuhi yang namanya keinginan (kama) harus
dilandasi dengan yang namanya dharma. Karena segala sesuatu yang dilandasi dharma akan
mendapat hasil yang baik.
b.
Lawan haywa angalap
yan tan payupobhayan, haywa tanginum madya, haywa
Amati-mati,
haywa mithya ring wacana, haywa angangenangen
paradara, yan ahyun mantuka ring swarga.
(Sarasamuccaya 256)
Terjemahan
:
Dan lagi jangan hendak mengambil
milik seseorang, jika belum ada
perjanjian, jangan meminum minuman keras, jangan melakukan
pembunuhan, jangan berdusta dalam kata-kata, jangan menginginkan istri orang lain, jika berkehendak berpulang ke alam sorga.
Ulasan
:
Artinya yaitu
bahwa jika kita menginginkan suasana hati dan
tempat yang indah, maka janganlah kita melakukan hal-hal yang membuat suasana hati dan
tempat dalam kehidupan kita menjadi kacau, hal tersebut akan mengakibatkan kita tidak mencapai
yang namanya sorga tersebut.
3.
Tentang Upacara dalam Sarasamuccaya :
a.
Puja ri sang hyang ekagni, puja
ri sang hyang tryagni dana ring
kunda kunang, yatika ista ngaranya, nyang purta ngaranya.
(Sarasamuccaya
215)
Terjemahan
:
Pemujaan
kepada hyang eka agni
(api tunggal yang suci) pemujaan kepada hyang tri agni (api tiga
yang suci), pun persembahan
pada upacara korban api suci
(homa), itulah disebut
“ista”, berikut ini yang disebut “purta”.
Ulasan
:
Di dalam sloka ini
dijelaskan mengenai beberapa jenis pemujaan dalam bentuk api,
yaitu seperti eka agni, tri agni,
homa. Semua jenis upacara tersebut disebut istapurta/yajnakarma.
4.
Tentang Filsafat
dalam Sarasamuccaya :
a.
Kadi krama sang hyang Aditya, an wijil, humilangken petengin rat,
mangkana tikang wwang mulahakening dharma, an hilangaken salwiring papa.
(Sarasamuccaya 16)
Terjemahan
:
Seperti prilaku
matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, adalah memusnahkan segala macam dosa.
Ulasan
:
Artinya dharma atau
kebenaran itu adalah hal yang penting dalam dalam
kehidupan ini. Apabila seseorang berbuat sesuai dharma maka dosa pun tidak
akan ada/dosa itu hilang.
b.
Kunang paramarthanya, kadyangganing wwai mangena tebu, tan ikang
tebu juga kanugrahan
denika, milu tekaning trenalatadi, saparek ikang
tebu milu kanugrahan,
mangkanang tang wwang makaprawretting
dharma, artha, kama, yaca
kasambi denika.
(Sarasamuccaya
20)
Terjemahan
:
Maka pada hakekatnya, seperti air yang menggenang tebu, bukan hanya
tebu itu saja yang mendapat air melainkan turut sampai kepada rumput,
tanaman menjalar dan lain-lain sejeninya, serta segala tanam-tanaman
di dekat tanaman tebu itupun
mendapat air pula, demikianlah
orang yang melaksanakan
dharma, diperolehnya pula serta
artha, kama dan yaca (kemegahan).
Ulasan
:
Arinya dari perbuatan seseorang/orang yang melakukan dharma atau suatu kebenaran, bukan hanya dia
yang akan menikmati buah hasilnya, tetapi hasilnya akan dinikmati
juga oleh orang terdekatnya misalnya keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar