Rabu, 01 Januari 2014

Sistem Lapisan Badan dan Kelepasan


SISTEM LAPISAN BADAN DAN KELEPASAN
(Oleh : Kelompok VI)

I.    PENDAHULUAN

Dalam percakapan sehari-hari biasanya orang mengatakan tantang rohnya, dengan begitu ia menyatakan kata itu adalah dirinya. Orang-orang juga banyak membicarakan mengenai kelepasan dan badan yang ada  selain badan fisik manusia. Ini merupakan pernyataan yang tidak tepat dan menyesatkan justru kebalikannya yang benar. Manusia adalah roh yang memiliki badan. Karena selalu badan yang tampak dan digunakan untuk melakukan pekerjaan di dunia fisik, ia mempunyai badan lain yang tak tampak oleh mata biasa dan digunakan untuk menangani dunia emosi dan dunia mental. Tapi saat ini kita tidak menguraikan badan emosi dan mental.
Selama abad terakhir ini telah banyak diperoleh kemajuan dibidang pengetahuan mengenai badan fisik Siswa ilmu kedokteran kini dapat mengenali susunan badan fisik yang begitu rumit, yang merupakan gambaran umum tentang mesin yang mengagumkan dan merupakan badan manusia.  Tapi, mereka tentu harus membatasi perhatiannya kepada badan fisik semata-mata. Maka kebanyakan siswa ilmu kedokteran mungkin tidak menyadari adanya jenis badan yang bersifat non fisik yang sering disebut badan halus. Justru badan halus yang tak nampak ini sangat penting bagi kita, karena merupakan alat yang mengalirkan vitalitas (energy hidup) dan memelihara kehidupan badan fisik. Oleh karena ini tanpa badan halus yang merupakan jembatan untuk menyalurkan gelombang pikiran dan perasaan  ke badan fisik yang padat, kepribadian kita tidak mungkin menggunakan sel-sel otaknya. Badan halus ini tampak dengan jelas bagi orang yang waskita (memiliki padangan mata batin yang tajam), sebagai bentuk kabut yang berwarna abu-abu ungu agak berkilauan, menembus badan fisik dan melampaui sedikit di luarnya (Kamanjaya, 2000 : 54)
1
Ajaran yoga mengajarakan bahwa tujuan akhir adalah kebebasan mutlak yaitu Kavilya, dimana roh terbebas dari belenggu purusa dan prakrti berada dalam wujud yang sebenarnya atau Svarupa. Sang roh telah melepaskan Avidya melalui pengetahuan pembedaan (Vivekakhyati) dan 5 klesa terbakar oleh apinya ilmu pengetahuan Sang Diri tak terjamah oleh kondisi dari Citta, dimana Guna seluruhnya terhenti dan sang diri berdiam pada intisari sendiri. Walaupun seseorang telah  menjadi seorang mukta (roh bebas), namun Prakrti dan perubahan-perubahannya tetap ada bagi orang lainnya (Maswinara, 1999 : 168).

II.    PEMBAHASAN
2.1  Lapisan Badan Manusia
Sistem lapisan badan manusia itu ada 2 yaitu sistem lapisan badan kasar dan sistem lapisan badan halus. Selain tubuh fisik yang terlihat, manusia juga mempunyai beberapa lapisan tubuh yang tidak terlihat mata, yang seluruhnya berjumlah 7 buah yang ditinjau dari sudut spiritualnya yang  meliputi :
1)      Tubuh Fisik
Tubuh fisik sebagai tubuh yang paling nyata amat penting karena sebagai dasar dalam pengekspresian dari tubuh-tubuh lainnya. Pengembangan tubuh-tubuh lainnya tanpa menghiraukan tubuh fisik tidak dapat memberikan  keseimbangan. Disamping itu, masalah pada tubuh fisik biasanya akan menulari tubuh-tubuh lainnya, karena masing-masing lapisan tubuh itu merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi dalam segala aspeknya, yang kalau dibandingkan analog dengan keberadaan suatu rantai.
2)      Tubuh Emosi/Tubuh Semangat
2
Tubuh emosi sebagai mana namanya adalah pusat penyimpanan emosi. Emosi mungkin melonjak sedemikian rupa pada saat tertentu, dimana orang yang bersangkutan mengekspresikan, mungkin tertawa terbahak-bahak atau menangis sedih tanpa kendali. Emosi-emosi yang telah menumpuk dan tersimpan lama harus dilepaskan malalui tawa ataupun tangisan tersebut. Ketidak mengertian mengenai hal ini akan menyebabkan usaha-usaha untuk menghentikan pelepasan emosi yang meledak-ledak tersebut terlambat, sehingga emosi yang menumpuk tidak dapat dilepaskan dengan tuntas, dan akhirnya menimbulkan apa yang disebut stress. Upaya untuk menghentikan pelepasan emosi dengan menggunakan teknik yang tidak benar mungkin berakibat lebih buruk yaitu emosi di luar control yang terlarut-larut.
3)      Tubuh Mental
Frekuensi getaran tubuh mental  adalah tergolong getaran sedang. Pada tubuh inilah manusia mulai berpikir, belajar, dan menciptakan. Apabila saat mempelajari suatu, kesimpulan yang diambil secara sempit, maka orang yang bersangkutan cenderung menjadi naïf dan suka untuk menerima hal-hal baru. Latihan-latihan yang cukup harus dilakukan untuk membersihkan tubuh mental agar pemikiran-pemikiran negative dapat dihapuskan. Amatlah penting untuk menjaga agar pandangan selalu luas dan pemikiran selalu positif.
4)      Tubuh Intuisi
Walaupun tubuh intuisi merupakan tubuh pertama yang dianggap sebagai tubuh spiritual, tubuh intuisi merupakan tubuh yang terdapat ditengah-tengah antara tiga tubuh duniawi dan tubuh spiritual. Tubuh ini merupakan tubuh “Perasaan” yaitu penyeimbang hubungan antara Alam Duniawi dan Alam Spiritual. Pembersihan tubuh ini amatlah penting untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan Duniawi dan Spiritual.
5)      Tubuh Atman
Tubuh atman mempunyai getaran yang jauh lebih tinggi dari pada getaran-getaran tubuh fisik, tubuh emosi, tubuh mental, dan tubuh intuisi. Tubuh atman merupakan pusat karisma, sehingga seseorang mungkin menjadi super, misalnya merasa mengetahui segala sesuatu atau merasa melebihi orang-orang lain. Masa pembersihan tubuh Atman ini harus dilewati dengan hati-hati karena tubuh Atman adalah salah satu tubuh dimana karma paling mudah terjadi.

6)      Tubuh Monad
3
Tubuh monad adalah salah satu bagian yang paling sulit untuk dibersihkan, karena kesadaran pribadi rendah ada pada lapisan tubuh monad ini. Kurangnya energy pada tubuh Monad mengakibatkan seseorang merasa tidak patut untuk hidup atau merasa bersalah terhadap setiap masalah yang menimpa orang lain. Pembersihan pada tubuh ini dapat mengungkapkan semua karma dari kehidupan lalu yang tersimpan papa lapisan tubuh monad.
Dengan bersihnya lapisan tubuh monad seseorang akan mengetahui tujuan hidupnya. Ke-Akuannya akan bersatu dengan kesadaran Brahman dengan pengertian penuh atas tujuan dan keberadaannya di dunia.
7)      Tubuh Brahman
Dengan dibersihkannya tubuh Brahman oleh tenaga kundalin, seseorang akan merasa satu dengan mikrokosmos dan Tuhan Yang Maha Esa. Masa pembersihan biasanya berjalan dengan cukup sulit dan selama masa pembersihan tersebut, konsep mengenai Tuhan Yang Maha Esa berubah-ubah secara drastic, untuk beberapa saat, seseorang mungkin merasa amat jauh dari Tuhan, namun orang-orang yang mempunyai iman yang kuat akan melewati masa ini dengan lebih mudah (Sunetra, 2004 : 9 – 11)
2.2    Lapisan Badan Munurut Para Yogi Di India
Pengetahuan mengenai lapisan-lapisan badan amatlah penting untuk memahami dan melaksanakan ajaran yoga, sebab dalam latihan yoga, proses latihan itu tidak hanya berkaitan dengan badan fisik saja tetapi juga berkaitan dengan lapisan-lapisan badan halus. Ada beberapa macam klasifikasi badan/tubuh manusia menurut suatu filosofi  atau ajaran yoga tertentu.
1)      Klasifikasi lapisan-lapisan Badan menurut kaum yogi di Himalaya Utara India, dimana pembagian Badan dibagi atas tujuh lapisan yaitu :
(1)    Badan Kasar
4
Untuk kepentingan kerohanian atau ilmu gaib, maka badan kasar ini harus dibersihkan dari hal-hal negatif (buruk) untuk diajak bekerja sama dalam langkah pertama kejurusan yoga. Seseorang yang bertekad untuk menyucikan badan dan membuatnya menjadi hal yang cocok bagi sang Atman, maka langkah yang harus diambil adalah pelaksanaan yoga, sehingga semua hal-hal gaib tergantung pada badan fisik yang telah tunduk pada Sang Atman.
         Jika badan tidak bersih (suci) penggunaan energi Ketuhanan (Brahman) akan terhalang bila ia berada dalam badan fisik. Jika ia memiliki kemampuan kegaiban yang di bawanya sejak kehidupan yang lalu. Apa bila ia tidak memelihara badannya dengan kemurnian, ia akan merusak perwujudan energi tersebut, bila mana ia menggunakan energi itu untuk suatu misi, maka misinya itu tidak bisa dipercaya. Jika ingin memurnikan badan fisik, maka muncullah masalah makanan, yang harus menghindari alcohol, narkotika, dan dengan penuh kepastian ia harus menjadi seprang vegetarian. Ia harus menghindari semua jenis ikan, daging, dan bahkan juga telur. Apabila secara sungguh-sungguh melalukan hal tersebut, maka selama tujuh tahun badan akan menjadi murni. Karenanya persiapan kesemua penghayatan yoga terletak sekurang-kurangnya pada penyucian badan ini. Tentunya bukan untuk persiapan keseluruhannya, melainkan untuk sesuatu bagiab tertebtusaja dari yoga, yang tentunya ada persiapan lainnya selain persiapan fisik. Dia terhalang oleh nafsunya sendiri memasuki  dunia halus yang lebih luhur karenanya, persiapan penghayatan semua yoga terletak sekurang-kurangnya pada penyucian badan ini.
(2)   Badan Etherik/Badan Kembaran
Badan etherik terbentuk dari hal-hal yang amat halus yang tidak bisa ditangkap dengan indra biasa. Badan Etherik merupakan pasangan (kembaran) badan fisik yang bentuknya seupa, dengan Badan Kasar. Badan Etherik ini tidak dapat dipisahkan dari badan fisik, walaupun tidak dapat pergi jauh sekali dari badan fisik, pada saat-saat kematian “Sang Aku (Ego)” meluncur keluar dari badan fisik, badan etherik juga ikut keluar jika benang penghubung (Sutratman) antara badan fisik dan badan etherik terputus, itulah saat kematian dimana napas satu-satunya telah terhenti.
5
Badan etherik ini apabila orang tersebut meninggal tetap berada di dekat mayat dan badan etherik inilah yang sering tampak sebagai hantu kuburan oleh orang sedikit peka. Oleh orang waskita, badan etherik ini akan tampak berwarna keunguan, badan etherik ini perlahan-lahan akan terurai bersamaan dengan terurainya badan fisik dikuburan. Disutu pulalah salah satu alasan mengapa pembakaran mayat (kremasi) lebih dianjurkan. Sehingga dengan pembakaran mayat itu badan-badan itu lebih cepat dikembalikan kea lam masing-masing.
(3)   Badan Pikiran/Badan Mental
Seluruh alam semesta beserta isi merupakan satu kesatuan kehidupan besar, dimana interaksi kehidupannya diatur dengan “Hukum Alam”. Setiap organisme yang paling kecil samapi yang paling besar.membutuhkan dan menarik ke dalam dirinya sejumlah kekuatan hidup yang terkadung dalam kehidupan universal ini. Kekuatan hidup yang terlibat dalam susunan badan manusia inilah yang disebut dengan “Badan Prana”.
(4)   Badan Astral
Badan Astral adalah tempat kedudukan segala nafsu dan keinginan. Badan Astral selalu berubah warnanya sesuai dengan pengaruh pikiran. Badan Astral orang yang berfikir rendah dan hewaniah adalah kasar, tebal, padat dan gelap warnanya.
Selain itu kemurnian badan astral ditopang oleh kemurnian badan fisik. Badan astral memiliki sifat seperti magnet, ia akan menarik zat astral yang sesuai dengan dirinya dari alam sekelilingnya sesuai dengan emosi seseorang. Sebagai contoh  :
“ Jika seseorang berpikiran mulia, maka badan astral akan menarik zat astral  yang akan mendukung kemuliaan itu, atau jika seseorang penuh kemarahan, maka badan astral akan menarik zat-zat astral tertentu yang mendukung kemarahannya”.
6
Proses penyucian badan astral adalah hal yang paling vital dalam yoga, yang mengajarkan yoga kepada orang yang tidak mau melaksanakan tahap penyucian ini. Ada sifat lain dari badan astral yaitu pada keadaan melek badan astral seseorang menyatu dengan badan fisiknya, jika tertidur maka badan astralnya melayang di udara dan berada diatasnya (semestara badan etheriknya terpisah bersebelahan dengan badan fisiknya). Pada manusia rata-rata badan astralnya yang terpisah dari badan kasar memiliki bentuk serupa yang mengakibatkan badan ini bergerak pergi dari badan fisiknya yang sedang tidur, maka badan ini segera terbangun.
Pada seorang ahli yoga ia bisa menggunakan badan astralnya untuk pergi ke segala tempat dalam jarak jauh dengan penuh  kesadaran. Badan astral dari ahli yoga ini tampak serupa dengan badan fisiknya dengan sarana badan astral ini ia dapat mewujudkan dan menampakan diri di tempat yang jauh di dunia ini atau bahkan pergi kea lam astral dengan penuh kesadaran (Sunetra, 2004 : 12 – 14).
Tubuh astral (Suksma sarira) merupakan tubuh ”halus” yang mampu merasakan rasa senang dan rasa sakit, terdiri dari 19 unsur :
a.       5 organ aksi (kara indriya) : mulut, tangan, kaki, genital dan anus.
b.      5 organ ilmu pengetahuan (jnana indria) : pancaindra, yakni mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), lidah (rasa), dan kulit (sentuhan).
c.       5 prana/energi. Prana adalah energy kehidupan yang melingkupi semua materi di alam semesta ini, termasuk di dalam udara/napas yang kita hirup saat bernapas:
a)      Prana vayu : kekuatan dasar yang menggerakan segala sesuatu dan mengaktifkan fungsi-fungsi penting seperti bernapas, makan, minum, dan menerima input sensorial (indriawi).
b)      Apana vayu : kekuatan yang mengatur proses pengeluaran : urine, tinja, ejakulasi, menstruasi, dan proses melahirkan : kekuatan yang menghasilkan rasa penerimaan dan pasrah.
c)      Samaya vayu : kekuatan yang mengatur pencernaan makanan, emosi, dan pengalaman sensorial merupakan kekuatan mengubah prana menjadi energi.
d)    
7
Udana vayu : kekuatan yang mengatur pertumbuhan tubuh dan kemampuan untuk berdiri, berjalan dan berbicara merupakan kekuatan yang memberikan antusiasme dalam hidup.
e)      Vyana vayu : kekuatan yang mengatur sirkulasi oksigen dan makanan dalam tubuh fisik, serta mengatur sirkulasi pikiran dan emosi dalam astral merupakan keuatan yang mendukung fungsi kerja prana lainnya (Geogle, 17/03/12 : 10.25).
(5)    Badan Intuisi/Badan Persaan
Zat yang menyusun badan intuisi barasal dari jenis zat yang paling halus dan lembut dan kekuatan badan pikiran ini dikenal sebagai “perasaan “. Dalam zat ini sang diri menyatakan diri sebagai akal. Jika kita mengamati orang yang belum berkembang kita akan melihat bahwa badan pikirannya sulit untuk dikenali, sehingga perlu perhatian istimewa untuk melihat keseluruhannya. Pada orang yang lebih maju, badan pikiran yang dimiliki orang itu tampak jelas dan pasti dan kelilingnya warnanya indah, penuh daya merupaka perwujudan pikiran di alam mental. Badan perasaan berbentuk  oval yang membungkus manusia. Dengan selalu memikirkan kebaikan adalah salah satu cara meningkatkan pertumbuhan badan perasaan. Berperasaan yang tenag, sabar dan penuh konsentrasi adalah aspek  lain yang penting dalam membantu pertumbuhan badan perasaan.
Dalam badan intuisi ini ada lapisan yang lebih halus dimana lapisan ini dikenal sebagai badan karana (penyebab). Badan karana adalah gudang penyimpanan atau catatan karma kita. Ini merupakan benih yang akan menentukan perjalanan hidup kita pada kehidupan berikutnya.
(6)   Badan Jiwa/Badan Nurani/ Buddhi
Jiwa atau Nurani adalah kecakapan atau kebijaksanaan dalam mengenal/merasakan, sebagai saluran menyalurkan pengetahuan Ketuhanan, membedakan tentang yang baik  dan jahat, yang  merupakan hari nurani yang terdalam. Badan pada lapisan ini disebut “Anandamaya Kosa”(Badan Kebahagiaan).
Para yogi bisa pindah  kedalam badan ini dan mengenyam kebahagiaan yang abadi. Bagi mereka hal ini bukanlah tahyul melainkan suatu fakta perjalanan.
8
 


(7)   Badan Atman/Badan Berupa Sinar
Azasi dasar dari segala sesuatu, bahwa azas ini tidak dapat dipisahkan dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa), kesadaran manusia yang benar-benar mengembang dan merangkum segala sesuatu antara dirinya dengan alam semesta dan memang satu dengan semua. Disitulah dia merasa benar-benar mengalami bahwa segala makhluk yang ada di alam semesta adalah menunggal dengan dirinya yang terdalam. Tiada kata-kata yang dapat menjelaskan atau melukiskan keadaan seperti itu. Hanya melalui “Meditasi” yang sabar dan lamalah bisa member pengertian yang terang akan hal ini (Sunetra, 2004 : 15 – 16).

2)      Klasifikasi lapisan-lapisan badan yang dianut oleh kaum yogi di India membagi lapisan badan menjadi 5 (lima) lapisan terdiri dari
(1)   Annamaya Kosa (badan kasar/fisik)
Adalah badan kasar (badan fisik) yang dibangun oleh badan (energy makanan/minuman) (Sunetra, 2004 :17). Lapisan badan ini merupakan lapisan paling luar dari tubuh. Lapisan badan ini juga dikenal sebagai badan kasar (sthula sarira)/badan biologis kita. Dalam filsafat Hindu, komponen annamaya kosa terdiri atas kelima alat pengamatan/persepsi dan kelima alat untuk bereaksi atau bertindak yaitu jnana indriya dan karma indriya. Kerangka badan, otot, tulang dan semua organ yang bersifat nyata pada tubuh manusia merupakan lapisan annamaya kosa.
(2)   Pranamaya Kosa (badan emosi)
Merupakan lapisan badan yang terbentuk dari energy prana yang meliputi segenap system pernafasan atau system daya-daya vital (kehidupan).  Lapisan inilah yang memberikan nafas/energi yang menggerakkan lapisan annamaya kosa (Sunetra, 2004 : 17).
(3)   Manomaya Kosa (badan Mental)
9
Badan yang lebih halus yang tersusun dari bahan mental, yang merupakan perwujudan psikis dari pada kehidupan manusia. Sesuai dengan katanya manomaya kosa adalah lapisan manah/pikiran yang membungkus jiwa/atman yang lebih dalam dari pranamaya kosa. Sarung ini juga disebut sarung kekuatan mental atau sarung susunan psikis.
(4)   Vijnanamaya Kosa
Merupakan badan pengertian sejati, yang tidak lain adalah kebijaksanaan yang mana perwujudan dari kekuatan monad. Lapisan vijnanamaya kosa yaitu lapisan sarung pengertian atau sarung pengetahuan sejati yang membungkus jiwa yang berupa akal budi. Pengetahuan ini adalah pengetahuan sang diri sejati/Jiwatman. Lapisan ini bisa dibilang sebagai kapsul yang paling kecil membungkus ananda maya kosa yaitu pengertian transenden sedangkan ananda maya kosa sendiri merupakan kebahagiaan transenden.
(5)   Anandamaya kosa
Adalah badan kebahagiaan transeden (spiritual)  yaitu rasa bahagia yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, tetapi nyata dapat dirasakan. Inilah puncak perjuangan hidup di dunia untuk mewujudkan kebahagiaan. Hal inilah merupakan modal untuk menuju tujuan akhir kembali pada Tuhan. Lapisan inilah yang paling dalam membungkus dan paling dekat dengan sang diri sejati/Jiwatman. Lapisan ini adalah himpunan dari sejumlah kondisi kebahagiaan/kebahagiaan transenden.
10
Kedua lapisan terakhir yaitu Vijnanamaya kosa dan anandamaya kosa bersifat non material atau non prakerti. Keduanya berada bersama dalam arti bahwa yang satu tak dapat dipisahkan dari yang lainnya. Diantara kelima Kosa (badan) itu saling ketergantungan. Dalam suatu susunan hidup, kelima Kosa masing-masing itu beraksi satu dengan lainnya. Pranamaya Kosa menghubungkan Annamaya Kosa dengan Manomaya Kosa, sedangkan Manomaya Kosa pada gilirannya menghubungkan Annamaya Kosa dan Pranamaya Kosa dengan Vijnanamaya Kosa dan Anandamaya Kosa. Jadi Manomaya Kosa berdiri diantara kosa-kosa yang terbuat dari Prakrti (benda) dan kosa-kosa yang non Prakrti. Oleh karena itu “Manomaya Kosa” sering dianggap menjalankan peranan baik material maupun non material.
Dengan lapisan kosa-kosa ini “Atman” berpindah dari badan yang satu ke badan yang lain. Diantara Vijnanamaya Kosa dan Anandamaya Kosa terdapatlah ruang mikro dimana “Jiwa”bersemayam didalam badan manusia, yang mempunyai peranan sebagai pengendali semua fungsi badan (Sunetra, 2004 : 17 – 18 dan Kamanjaya, 2000 : 56 ).
2.3  Kelepasan  
Tujuan kehidupan adalah keterpisahan mutlak dari Purusa dengan Prakrti. Untuk dapat terlepasnya ikatan purusa dengan prakrti, seorang harus dapat melepaskan Vrtti yaitu dengan melepaskan klesa, sebab klesa merupakan dasar terbentuknya Karma yang menimbulkan Avidya. Jadi dalam kehidupan manusia terdapat satu rangkaian yang tidak putusnya yaitu perputaran Vritti dan Klesa. Lepasnya ikatan dapat tercapai melalui pengendalian diri (Vairagya).   Kebebasan dalam yoga merupakan Kaivalya. Sistem yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi, dan Samadhi akan membawa pada Kaivalya atau kebebasan mutlak tersebut, dimana roh terbebas dari belenggu Prakrti dan Purusa berada dalam wujud yang sebenarnya atau Svarupa. Sang roh telah melepaskan Avidya melalui pengetahuan pembedaan (Vivekakhyati) dan 5 klesa terbakar oleh apinya ilmu pengetahuan Sang Diri tak terjamah oleh kondisi dari Citta, dimana Guna seluruhnya terhenti dan sang diri berdiam pada intisari sendiri. Walaupun seseorang telah  menjadi seorang mukta (roh bebas), namun Prakrti dan perubahan-perubahannya tetap ada bagi orang lainnya (Maswinara, 1999 : 168). Dalam kehidupan sehari-hari Citta disamakan dengan Vrtti (gejolak pemikiran dari pikiran) yaitu bentuk-bentuk perubahan citta dalam penyesuaian diri dengan objek pengamatan. Melalui aktifitas citta ini purusa tampak bertindak, bergirang atau menderita. Perubahan citta dapat diklasifikasikan menjadi ke dalam 5 macam yaitu :
1)      Pramana (pengamatan yang benar)
2)      Viparyaya (pengamatan yang salah)
3)     
11
Vikalpa (pengamatan dalam kata-kata)
4)      Nidra (tidur)
5)      Smrti (Ingatan)
Pengamatan yang benar hanya melalui tri pramana. Aktivitas citta menimbulkan kecenderungan yang terpendam yang selanjutnya menimbulkan kecenderungan yang lain. Demikianlah samsara berputar, manusia ditaklukkan oleh klesa yang terdiri dari Avidya (ketidaktahuan), Asmita (keakuan), Raga (Keterikatan), Dvesa (dendam) dan Abhinivesa (takut terhadap kematian). Ajaran yoga mengajarkan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pandangan spiritual pada kebenaran roh  sebagai suatu daya hidup yang kekal abadi. Ia berbeda dengan badan jasmani dan pikiran (Sumawa, 1996: 182).
Selain yang disebutkan dalam yoga, kelepasan juga disebutkan dalam Nyaya. Bahwa Kelepasan merupakan tujuan dari mahluk (manusia). Kelepasan akan dapat dicapai dengan melalui pengetahuan yang benar dan sempurna. Pengetahuan itu akan di dapat dari tuntutan Tuhan melalui ajaranNya. Sebagai wujud dari kelepasan ialah terlepasnya jiwatman dari kelahiran, kesenangan maupun penderitaan.
Agar kelahiran dan derita terhenti maka hendaknya aktifitas dihentikan sehingga terwujudnya kelepasan yaitu suatu keadaan yang tidak terikat akan karma maupun phala karma. Untuk melepaskan aktifitas maka orang harus melandasi hidupnya dengan pengetahuan dan kebenaran sejati, sehingga dengan pengetahuan itu orang akan bebas dari ketidak tahuan yang menyebabkan orang menjadi sadar dan bebas dari keinginan, kesalahan dan penyelewengan. Dengan demikian jiwatman akan bebas dari keterikatan dan derita, dan tercapainya kelepasan (Adiputra Rudia, dkk, 1984 : 30 – 31).
12
Begitu juga yang disebutkan dalam Ajaran Samkhya tentang moksa atau kelepasan merupakan tujuan akhir dari filsafat Samkhya. Hidup di dunia ini adalah campuran antara susah dan senang. Banyak kesenangan dapat di nikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang di derita orang. Bila seseorang dapat menghindari dari kesusahan dan sakit, maka ia dapat menghindari diri dari ketuaan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam dunia ini, yaitu:
1) Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri, seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan, yang merupakan gangguan jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut, marah dan sebagainya.
2) Adibhautika adalah sakit (vyadhi) yang disebabkan oleh faktor luar tubuh , seperti dipukul, kena gigitan nyamukdan sebagainya.
3) Adidaivika adalah penyakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dll.
Menurut ajaran Samkhya kenyataan itu adalah roh yang berjumlah banyak dan dunia objek yang hadir padanya. Roh itu adalah asas kesadaran yang bebasa dari ruang, waktu dan hukum sebab akibat. Dia mengetahui dunia objek, pikiran dan perasaan. Semua perubahan aktifitas, pikiran, perasaan senang dan sudah tergolong badan pikiran. Roh itu sendiri adalah berbeda dengan badan pikiran itu. Ia berada diluar kesenangan dan kesusahaan. Pikiranlah yang merasakan senang dan susah itu. Demikian pula tentang hal-hal yang berhubungan dengan moral adalah tergolong pada rasa aku yang jadi pekerja dan pelaksana semua tindakan. Roh berbeda dari rasa aku atau pelaksana moral yang berbuat baik atau buruk dan menikmati hasilnya. Roh itu menjadi saksi perubahan mental dan badan. Ia kekal abadi, tidak mengalami kematian karena ia tidak dilahirkan dari sebab dan tidak dapat dihancurkan apapun juga. Namun dari kebodohan ia gagal membedakan dirinya dari pikiran dan memandangnya sebagai bagian dirinya sendiri. Akibatnya ia menjadi suatu dari suatu sebutan seperti suatu yang social, pribadi yang lapar, dan pribadi sebagainya. Menurut ajaran Samkhya semuanya ini bukanlan roh.
13
Menyakan roh dengan badan pikiran inilah menimbulkan semua kekalutan hidup ini.kita menerima sakit dan menikmati suatu kesenangan adalah karena subjek yang mengalaminya menyamakan dirinya denhan objek-objek yang dialaminya. Sebab penderitaan itu adalah kebodohan yaitu ketidakmampuan membedakan antara roh dan bukan roh. Kelepasan dari penderitaan akan dicapai bila orang menyadari akan berbeda dari keduanya itu. Bila orang telah menyadari bahwa roh itu tidak hadir dan tidak mati ia bebas dari penderitaan. Untuk menginsyafi tentang hakekat roh itu memerlukan latihan kerohanian dan renungan kebatinan terus menerus tentang kebenaran bahwa roh itu bukan badan ini dan bukan badan pikiran. Ajaran yang demikian itu diajarkan dalam ajaran yoga. Ada dua macam kelepasan yaitu jiwanmukti ialah kelepasan roh selama ia hidup dalam badan ini, dan widehamukti ialah kelepasan roh dari badan kasar dan badan halus (Adiputra Rudia, dkk, 1984 : 59).
Ajaran Yoga mengatakan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pandangan spiritual pada kebenaran roh sebagai suatu daya hidup yang kekal yang berbeda dengan badan dan pikiran. Pandangan spiritual itu hanya dapat dimiliki jika pikiran itu bersih, tenang dan tak tergoncangkan oleh apapun juga. Untuk meningkatkan kebersihan pikiran itu yoga mengajarkan ada 8 jalan yang bertahap-tahap yang disebut astangga yoga, diantaranya:
1)      Yama
Yama adalah pengendalian diri, yang terdiri dari:
(1)   Ahimsa artinya tidak membunuh, menyakiti mahluk hidup.
(2)  Satya artinya jujur didalam berkata-kata maupun berpikir.
(3)  Astya artinay tidak mencuri.
(4)  Brahmacarya artinya mengendalikan nafsu jasmani dan nafsu asmara.
(5) Apanigraha artinya tidak menerima pemberian yang tidak penting dari orang lain.
Ajaran Yama harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh, bila orang ingin menjadi orang yogi. Sebab seseorang tidak dapt memusatkan pikirannya pada suatu objek, bila mana pikirannya ditindih suatu dosa dan di guncang kecendrungan-kecendrungan yang jahat.
2)      Nyama
14
Nyama adalah pengendalian diri tingkat lanjut, yang terdiri dari:
(1)  Sauca artinya suci lahir bathin.
(2)  Santosa artinya puas dengan apa yang datang dengan wajar.
(3)  Tapa artinya tahan uji terhadap gangguan-gangguan.
(4)  Swadhyaya artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur.
(5)  Iswarapranidhana artinya memusatkan pikiran dan bhakti kepada Tuhan.
3)  Asana
Asana artinya sikap duduk yang dituntun menjadi sikap yang kuat dan menyenangkan. Ada bermacam-macam asana seperti padmasana, wirasa bhadrasana dan sebagainya.untuk dapat melaksanakannya semua ini dengan baik perlu tuntunan seorang guru. Kesehatan dan kesegaran badan amatlah penting dalam mengendalikan pikiran.badan yang sakit amat mengganggu pemusatan pikiran.
Dalam hubungan ini yoga mengajarkan bermacam-macam asana untuk memelihara kesehatan dan menyucikan badan dan pikiran. Demikian pula asana-asanaini menyebabkan orang mampu mengedalikan kerja sistim saraf agar terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.
4)  Pranayama
Pranayama artinya pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pranayama ini terdiri dari ; puraka yaitu pemasukan nafas, kumbhaka yaitu menahan nafas dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan nafas berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran sebab ia membantu menguatkan badan dan meneguhkan pikiran.
5)  Pratyahara
15
      Pratyahara artinya menarik indriya dari wilayah sasarannya dan menempatkan dibawah pengawasan pikiran. Bila indriya dapat diawasi pikiran maka ia tidak akan berkeliaran pada obyeknya namun ia akan mengikuti pikiran. Hal ini bukanlah mudah, ia dapat dicapai melalui latihan yang lama penuh kesabaran. Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
6)      Dharana
      Dharana ialah memegang dan memusatkan pikiran pada sasaran yang diingini. Sasaran yang diingini itu boleh bagian-bagian tubuh sendiri seperti dahi, boleh juga obyek luar seperti bulan,area dan sebagainya. Kemampuan untuk memegang pikiran tetap terpusat pada suatu obyek adalah ujian memasuki tingkan yoga yang lebih tinggi. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya
patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual, dll. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.
7)      Dhyana
      Dhyana berarti aliran pikiran yang tenang pada objek tak tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini menyebabkan orang memiliki gambaran yang jelas tentang bagian-bagian dan aspek objek renungan. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut :
 Pranayamair dahed dosan
  dharanbhisca kilbisan
  pratyaharasca sansargan
 dhyanena asvan gunan”
16
 
Terjemahan :
Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi.
8)      Samadhi
Inilah tahap terakhir dalam pelaksanaan ajaran yoga. Dalam Samadhi pikiran telah lebur menyatu dengan objek renungan dan tidak ada kesadaran dalam dirinya sendiri. Dalam Dhyana antara pikiran dengan objek renungan masih terpisah, namun dalam Samadhi hal itu sudah tidak ada. Maka yang ada hanyalah objek renungan yang bercahaya dalam pikiran dan orang sudah tidak menyadari lagi adanya proses pikiran. Dengan demikian Samadhi bukan lagi pengendalian pikiran seperti tahap-tahap sebelumnya. Tahap-tahap yang mendahului hanyalah sarana untuk meningkat pada tujuan akhir.
Dari tingkat Yama sampai dengan Pratyahara disebut dengan Bahirangga sadhana artinya pertolongan dalam bentuk akhir menuju pada ajaran yoga yang lebih tinggi. Sedangkan dari Dharana sampai dengan Samadhi disebut dengan angga sadhana artinya sarana bathin (Adiputra, Rudia.dkk, 1984 : 69 – 72).
2.4  Hubungan sistem lapisan badan dengan kelepasan
17
      Tujuan dari yoga adalah mencapai kelepasan yang dicapai dengan metode pensucian jiwa, menenangkan pikiran serta samadhi untuk membedakan jiwa dengan badan jasmani dan pikiran. Menurut filsafat yoga oleh Maharsi Patanjali, jiwa adalah suatu identitas substansi yang mandiri, terbebas dari batas-batas kehadiran badan jasmani, pancaindra dan pikiran. Jiwa adalah diluar peristiwa badan jasmani dan pikiran, di atas dosa, suka dan duka, derita dan kenikmatan, kematian dan kehancuran. Yoga adalah alat untuk mencapai perbedaan antara jiwa dan badan jasmani, pikiran dan pancaindra sebagai suatu kondisi penting untuk mencapai kelepasan. Filsafat yoga tersebut terbagi menjadi 4 bagian (pada) yaitu Samadhi pada yang menjelaskan sifat, tujuan dan bentuk yoga, serta modifikasi jiwa (organ dalam) dan berbagai cara mencapai yoga. Kemudian yang kedua adalah shadanapada yang menjelaskan mengenai pelaksanaan yoga (kriyayoga) untuk mencapai samadhi, menjelaskan panca klesa ( lima sumber penderitaan manusia ) , karmaphala, empat macam penderitaan dan penyebabnya, hentinya penderitaan dan cara menghapus penderitaan tersebut. Pada/ bagian yang ketiga adalah vibhutipada menjelaskan aspek dalam sukma serta kekuatan gaib yang diperoleh dengan jalan yoga. Dan bagian yang terakhir adalah kaivalya pada menjelaskan sifat serta bentuk kelepasan.
      Secara umum aliran yoga sangat erat berkaitan dengan aliran Sankhya, dimana Yoga menerima konsep metafisika dari Sankhya yang berjumlah 25 butir prinsip. Dua puluh lima butir prinsip itu terbagi atas lima kelompok dalam aliran Yoga. Kelompok pertama mempergunakan kesadaran, kesimpulan dan kata /sabda dimana pelaksanaan yoga adalah alat untuk mencapai perbedaan antara jiwa dan badan jasmani,pikiran dan panca indra sehingga kelepasan dapat dicapai dengan cara pensucian jiwa. Kelompok kedua menjelaskan proses mendapatkan pengetahuan kebenaran (pramana) melalui proses pengertian,kesadaran dan persepsi, kesimpulan dan ucapan. Kemudian dijelaskan pula mengenai kesadaran yang salah atau palsu (viparyana), sikap mental yang dikuasai kemalasan (nidra) dan vikalpa (gagasan). Dalam kelompok ini dijelaskan mengenai panca klesa. Kelompok ketiga menjelaskan mengenai tiga jenis kondisi mental manusia yang dipengaruhi oleh tiga jenis sifat triguna. Kemudian lebih menitikberatkan pada konsentrasi pikiran (ekagra) yang terbagi atas empat tingkatan. Kelompok keempat dan kelima adalah delapan jenis tahapan yoga atau dikenal dengan sebutan astangga yoga (raja yoga).
      Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara lapisan badan dengan kelepasan sangat erat, karena untuk mencapai suatu kelepasan  itu sendiri, lapisan badan yang ada harus disucikan terlebih dahulu baik itu lapisan badan halus maupun lapisan badan kasar.



18
 


III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      Dari pembahasan materi di atas, adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu antara lain  :
1)       Sistem lapisan badan manusia
Selain tubuh fisik yang terlihat, manusia juga mempunyai beberapa lapisan tubuh yang tidak terlihat mata, yang seluruhnya berjumlah 7 buah yang ditinjau dari sudut spiritualnya yang  meliputi : Tubuh Fisik,  Tubuh emosi/tubuh semangat, tubuh mental, tubuh intuisi, tubuh atman, tubuh monad, tubuh Brahman. Selain ketujuh lapisan tubuh tadi, ada juga lapisan tubuh yang disebutkan oleh para Yogi di India yaitu :
(1)   Klasifikasi lapisan badan menurut kaum yogi di Himalaya Utara India, dimana pembagian badan dibagi menjadi 7 lapisan yaitu : badan kasar, badan etherik (kembaran), badan pikiran, badan astral, badan intuisi (perasaan), badan jiwa (badan nurani), badan atman (badan berupa sinar).
(2)   Klasifikasi lapisan badan yang dianut oleh kaum yogi di India membagi lapisan badan menjadi 5 lapisan yaitu : annamaya kosa, pranamaya kosa, manomaya kosa, vijnanamaya kosa, anandamaya kosa.  
2)      Kelepasan
Kelepasan menurut yoga adalah Kaivalya. Sistem yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi, dan Samadhi akan membawa pada Kaivalya atau kebebasan mutlak tersebut, dimana roh terbebas dari belenggu Prakrti dan Purusa berada dalam wujud yang sebenarnya atau Svarupa. Sang roh telah melepaskan Avidya melalui pengetahuan pembedaan (Vivekakhyati) dan 5 klesa. Ajaran Yoga mengatakan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pandangan spiritual pada kebenaran roh sebagai suatu daya hidup yang kekal yang berbeda dengan badan dan pikiran.
3)      Hubungan sistem lapisan badan dengan kelepasan
19
                Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara lapisan badan dengan kelepasan sangat erat, karena untuk mencapai suatu kelepasan  itu sendiri, lapisan badan yang ada harus disucikan terlebih dahulu baik itu lapisan badan halus maupun lapisan badan kasar.

























20
 
DAFTAR PUSTAKA
Maswinara, I Wayan.1999.Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Surabaya : Paramita.
Nurkancana, Wayan.1995.Tuhan Jiwa Alam Semesta Menurut Sad Darsana. Denpasar : Yayasan Dharma Naradha.
Kamanjaya, Gede. 1999. Hukum Evolusi Roh (Brahma Cakra). Surabaya : Paramita.
Kamanjaya, Gede. 2000. Yoga Kundalini (Cara Untuk Mencapai Siddhi dan Moksa). Surabaya : Paramita.
Adiputra, Rudia, dkk.1984. Tattwa Darsana. Denpasar : Proyek Pembinaan Mutu Pendidikan Agama Hindu dan Budha Departemen Agama.
Sunetra, I Gusti Made. 2004. Laya Yoga. Surabaya : Paramita
Ngurah, I Gusti Made, dkk. 1999. Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Paramita.
Musna, I Wayan. 1986. Filsafat Pengantar Hindu Sad Darsana. Denpasar : CV Kayumas.
Sumawa, I Wayan. 1996. Materi Pokok Darsana. Jakarta : Universitas Terbuka.







TUGAS YOGA 1
SISTEM LAPISAN BADAN DAN KELEPASAN
DOSEN PENGAMPU
I KETUT SUMARDANA, S.Pd.H.
                                            IHDN DENPASAR

                                       OLEH : KELOMPOK VI
1.   I GD WIRA NUSA SAPUTRA                                 10.1.1.1.1.3858
2.   I GEDE NGURAH  SWASTAWA                            10.1.1.1.1.3860
3.   PUTU INDRA SUARTAWAN                                 10.1.1.1.1.3861
4.   NI MADE ANGGRA WAHYUNI                            10.1.1.1.1.3862
5.   NI PUTU WAHYU PUTRI PRATAMI                     10.1.1.1.1.3863



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar