Rabu, 01 Januari 2014

Upakara Dewa Yajna


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan persembahyangan atau pemujaan terlebih lagi melaksanakan kegiatan upacara yajna, tentu tidak bisa terlepas dari segala sarana yang digunakan atau dipersembahkan. Sarana upacara itu disebut dengan upakara, yang lebih umum disebut dengan banten. Upakara merupakan sesaji yang dipersembahkan. Banten memiliki fungsi antara lain adalah sebagai symbol bakti memuja dan memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai symbol ungkapan rasa terima kasih atau angayu bhagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta segala manifestasinya, sebagai symbol penyerahan diri dengan setulusnya kehadapan Tuhan, sebagai symbol penyucian diri atau menghilangkan segala kotoran, sebagai symbol pembangkit semangat spiritual, moral, mental dan jiwa umat Hindu dalam menjalani kehidupan  agar selalu mendapat tuntunan dari Tuhan, sebagai sarana penyucian dan pembersihan alam semesta beserta isinya agar kehidupan ini bisa berjalan harmonis dan seimbang, sebagai penetralisir kekuatan-kekuatan negatif yang bisa mengganggu keseimbangan alam semesta ini.
Dalam upakara yajna atau bebanten itu terdapat beberapa hal yang bersifat prinsip yaitu prinsip nama atau sebutan, bisa pula persamaan bunyi dalam bahan dari banten itu sendiri. Prinsip nama ini memiliki arti bahwa unsur-unsur banten itu bila dilihat dari nama atau bunyi mengandung makna yang sesuai dengan tujuan upakara tersebut.
Disamping itu, dalam upakara atau banten juga terdapat konsep Tri Angga dalam pembuatan banten sorohan. Konsep Tri Angga ini adalah konsep berdasarkan tiga bagian dari tubuh yaitu kepala pada bagian atas, badan pada bagian tengah dan kaki pada bagian bawah.
Dalam melaksanakan kegiatan persembahyangan atau pemujaan, terlebih lagi melaksanakan kegiatan upacara yajna, tentu tidak bisa terlepas  dari segala sarana yang digunakan atau dipersembahkan. Sarana upacara itu disebut dengan upakara, yang lebih umum disebut dengan banten. Upakara yajna atau banten itu sungguh banyak jenisnya. Berikut akan diuraikan sedikit tentang upakara yajna yang digunakan dalam upacara Dewa Yajna.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja jenis canang dalam upacara Dewa Yajna?
1.2.2        Apa saja jenis upakara yang berbentuk hidangan/makanan dalam upacara Dewa yajna?
1.2.3        Apa saja jenis Sesayut dalam upacara Dewa yajna?
1.2.4        Apa saja upakara lainnya dalam upacara Dewa Yajna?

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1        Untuk mengetahui tentang jenis canang dalam upacara Dewa Yajna.
1.3.2        Untuk mengetahui tentang jenis upakara yang berbentuk hidangan/makanan dalam upacara Dewa Yajna.
1.3.3        Untuk mengetahui tentang jenis sesayut dalam upacara Dewa Yajna.
1.3.4        Untuk mengetahui tentang jenis upakara lainnya dalam upacara Dewa Yajna.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Canang dalam Upacara Dewa Yajna
Canang merupakan sarana upakara yang memiliki beberapa bagian. Adapun beberapa jenis canang yang ada yaitu  :
1)      Canang Genten
Alasnya dibentuk dari janur, dibentuk segi empat, diatasnya diisi plawa, selanjutnya secara berturut-turut diisi porosan (terbuat dari sirih, pinang, berisi kapur dan diikat dengan janur yang dibentuk lancip), diatasnya diisi rangkaian janur berbentuk kojong/tangkih dan paling atas diisi bunga-bunga, pandan arum dan wangi-wangian atau minyak wangi.
2)      Canang Burat Wangi
Bentuk alasnya sama dengan canang genten, tetapi dibawahnya dilengakpi dengan tiga buah tangkih. Tangkih yang pertama diisi burat wangi (campuran akar-akar yang berbau harum, cendana, majegau dan sebagainya dihaluskan). Tangkih yang kedua diisi minyak lenga wangi berwarna hitam. Tangkih yang ketiga diisi minyak lenga wangi berwarna putih.
3)      Canang Tubungan
Bentuk dan perlengkapan hampir sama dengan Canang Genten. Yang berbeda hanya bentuk porosannya yang dibuat dari daun sirih yang masih menyatu dengan cabangnya sebanyak 5 helai. Dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk huruf X. ditengah-tengahnya diikat dengan selembar daun sirih diantara lima daun sirih.
4)      Tadah Pawitra/Tadah Sukla
Bentuknya seperti canang genten, tetapi dilengkapi dengan kacang komak, ubi, dan pisang kayu yang masih mentah. Semua bahan tersebut dicampur dan digoreng. Setelah masak masing-masing ditempatkan pada sebuah tangkih.
5)      Canang Sari
Terdiri dari dua bagian, yaitu bagian bawahnya berbentuk segi empat untuk menempatkan : pisang emas, jajan kekiping, tebu, palawa dan porosan. Bagian atasnya dibuat dengan bentuk uras sari ( bentuknya bulat dengan hiasan pinggirnya berlekuk-lekuk) untuk menempatkan bunga, beras kuning dan wangi-wangian.
6)      Canang Pengrawos
Alasnya berbentuk segi empat disebut taledan. Pada sisi-sisinya diisi pelekir yaitu bentuk hiasan segi tiga. Pada setiap sudutnya diisi sebuah kojong yang berisi : pinang, gambir, tembakau, dan kapur. Ditengah-tengahnya diisi beberapa lembar daun sirih dan kadang-kadang dilengkapi dengan rokok.
Diatas disusuni dengan sebuah taledan atau ceper . Didalamnya diisi tangkih diisi beras kuning, minyak wangi. Paling atas barulah diisi bunga-bunga sebagai pengganti bunganya dapat diisi canang sari atau canang burat wangi.
7)      Canang Penyuci/pembersihan
Alasnya berbentuk ceper diisi 7 jenis alat-alat berbersih diri (pensucian) seperti :
(1)   Sisig (pembersih gigi, dibuat dari jajan begina yang dihanguskan dan  arangnya dihaluskan).
(2)   Ambuh (bahan untuk berkeramas, dibuat dari daun kembang sepatu yang disisir halus atau dapat diganti dengan asem maupun kelapa atau santen).
(3)   Kekosok putih (lulur putih) dibuat dari tepung beras.
(4)   Kekosok kuning (lulur warna kuning) dibuat dari tepung beras di campur kunir.
(5)   Tepung tawar (terbuat dari campuran daun dapdap, beras dan kunir yang ditumbuk halus menjadi satu).
(6)   Wija/sesarik, terbuat dari beras yang dicuci bersih dan dicampur dengan air cendana.
(7)   Tetebus, dibuat dari benang warna putih.
(8)   Minyak kelapa atau minyak wangi.
Masing-masing bahan tersebut dialasi dengan sebuah tangkih. Diatasnya diisi sebuah canang Payasan dilengkapi dengan plawa, porosan, bunga serta wewangian.


8)      Canang Meraka
Alasnya adalah sebuah ceper, diisi sedikit jajan, pisang atau buah-buahan, dan tebu. Sampaiannya disebut ari kekili yang berbentuk kojong serta dilengkapi dengan palawa, porosan dan bunga serta wewangian. Dalam penggunaan canang meraka ini dapat dilengkapi dengan canang genten.
9)      Canang Rebong
Alasnya sebuah dulang yang kecil. Dibagian tengah dulang tersebut dipancangkan sebuah pohon pisang yang tidak begitu besar untuk tempat  memasangkan bunga yang telah ditusuk dengan lidi. Selanjutnya diisi sasrojan dari janur.
Perlengkapan lainnya terdiri dari  : beras kuning, air cendana, lenga wangi burat wangi, tadah pawitra, masing-masing dialasi dengan tangkih, pisang mas, jaja kekiping, lalu diatasnya disusuni bunga-bunga yang diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan rapid an artistic. Dibagian ujung atasnya atau puncaknya diisi satu atau tiga cili dari janur, paku pipid dari janur dan hiasan lainnya untuk menambah keindahannya.
10)  Canang Oyodan
Sebagai alasnya digunakan sebuah wakul atau dapat pula dengan alas sebuah dulang. Diisi perlengkapan seperti pada canang rebong, ditambah dengan sebuah tumpeng, nyahnyah gula kelapa (campuran ketan, injin, beras merah, beras putih,kelapa yang disisir, dan gula dicampur menjadi satu kemudian dinyahnyah). Diatasnya diisi bunga dan hiasan dari rangkaian janur.

2.2 Jenis Upakara yang berbentuk Hidangan/Makanan
Adapun beberapa jenis upakara yang berbentuk hidangan seperti berikut :
1)   Banten Hidangan
            Dengan alas berbentuk taledan, diisi rayunan putih kuning, lauk pauk lengkap dengan daging ayam putih atau itik putih yang diguling atau mebe tutu.  Apabila antara nasi yang putih dan kuning masing-masing dipisahkan, maka masing-masing juga disertai lauk pauknya.
            Diatasnya diisi sebuah taledan lagi untuk alas berjenis-jenis jajan yang berwarna putih dan kuning. Taledan ketiga sebagai alas buah-buahan. Paling atas diisi canang burat wangi, canang sari, tadah pawitra, pasucian, canang pangrawos.
2)   Jauman
            Terdiri dari beberapa jenis jajan, antara lain jajan yang masak karena direbus seperti bantal, masak karena digoreng seperti pisang goring, kaliadrem dan sebagainya. Masak karena dinyahnyah seperti laklak, masak karena dikukus seperti jajan kukus. Masing-masing ditempatkan pada sebuah taledan.
Dilengkapi dengan tipat kelanan/tipat sirikan lengkap dengan lauk pauknya yang juga ditempatkan masing-masing pada sebuah taledan. Setiap taledan diisi dengan sebuah canang Genten.
3)   Sajin Saraswati
            Terdiri dari sebuah taledan berisi tumpeng berwarna : merah, putih dan hitam, dilengkapi dengan lauk pauk, jajan dan buah-buahan. Sampiannya menggunakan sampian tangga serta sebuah canang genten atau dapat pula diganti dengan jenis canang yang lainnya.
4)   Rayunan Saraswati
            Bentuknya berupa ajengan gibungan warna putih satu taledan, dan warna kuning satu taledan. Masing-masing dilengkapi dengan lauk pauk seadanya. Dagingnya daging itik putih diguling atau mebe tutu. Atau dapat pula diganti dengan daging ayam putih mebetutu. Diatas kedua rayunan tersebut diisi pasucian atau canang sari.
5)   Tebog
            Bentuknya mendekati sebuah topi, dibuat dari janur/ambu. Di dalamnya diisi nasi kuning, lauk pauk, sayur, ikan laut, telur dadar dan lain sebagainya. Dilengkapi pula dengan wayang-wayangan dari kates yang masih muda atau mentimun. Alasnya sebuah taledan diisi jajan, buah-buahan dan setengan tipat nasi. Sampiannya disebut sampian kepet-kepetan.
6)   Selanggi
      Bentuknya seperti tebog, hanya saja tempat nasinya lebih kecil.


7)   Pajegan
            Terdiri dari dua atau tiga buah taledan. Yang satu diisi nasi dan taledan yang kedua diisi dengan aneka jenis lauk pauk yang dialasi masing-masing dengan sebuah tangkih. Taledan yang ketiga diisi jajan serta buah-buahan. Bila lauknya berupa olahan dan sate, maka akan mempergunakan empat buah taledan.
8)   Ajuman/Sodaan
            Alasnya sebuah taledan diisi dua buah penek (nasi yang dibentuk sedemikian rupa tinggi kurang lebih 5 cm), dilengkapi dengan lauk pauk, jajan, buah-buahan, sampian/tangkih, sampian soda, canang genten/canang yang lainnya.
9)   Tumpeng Penyaagan
            Alasnya adalah sebuah ceper diatasnya diisi dua buah tumpeng kecil, lauk pauk, jajan, buah-buahan dan sampian tangkih.
10)  Tumpeng Wewakulan (Jerimpen Dewa)
            Terdiri dari sebuah wakul kecil diisi sebuah tumpeng, lauk pauk, jajan, buah-buahan dan sampian jaet.
11)  Banten Pakoleman (Pangadangan)
      Terdiri dari sebuah taledan berisi dua buah ceper kecil, masing-masing berisi nasi serta lauk pauk. Pada taledan itu juga diisi dua buah tumpeng, lauk pauk yang dialasi masing-masing dengan sebuah tangkih/ceper. Dilengkapi pula dengan jajan, buah-buahan, tebu, sampian kepet-kepetan atau sampian soda, canang burat wangi.
12)  Tumpeng Agung
      Terdiri dari sebuah alas, dengan sebuah tumpeng Agung (besar) dagingnya guling itik atau guling babi. Dilengkapi dengan sesayut pengambeyan, peras, penyeneng, pengiring.
13)  Tumpeng Guru
      Terdiri dari sebuah taledan sebagai alasnya, diisi kulit sesayut. Diatasnya diisi sebuah tumpeng yang pada puncaknya diisi sebuah telur itik yang sudah direbus. Disisipi dengan sebuah orti dari lontar atau janur. Dilengkapi pula dengan pisang, jajan, buah-buahan, lauk pauk dengan daging itik putih diguling. Disertai pula dengan sorohan alit, penyucian tadah pawitra, ajuman, daksina, peras dan penyeneng serta sampian tangga.
14)  Tumpeng Putih Kuning
      Alasnya terdiri dari dua buah taledan. Yang satu berisi tumpeng putih dan yang satu lagi berisi tumpeng kuning, lengkap dengan jajan, buah-buahan, lauk pauk. Tumpeng yang berwarna kuning lauknya daging ayam betina putih siungan. Sampiannya sampian tangga. Canang pasucian dan burat wangi.

2.3 Jenis Sesayut
            Banten sesayut hampir sama dengan banten tebasan, bedanya hanya berisi banten isehan, 1 ekor ayam panggang, jajan dan buah-buahan. Banten ini bermakna suatu permohonan atau pengharapan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar apa yang kita harapkan dalam upacara yajna itu bisa terkabulkan. Banten sesayut itu banyak jenisnya seperti (Sanjaya, 2010 : 61) :
1)   Sesayu Prayascita Luwih
            Terdiri dari sebuah kulit sesayut. Diisi tulung agung. Didalamnya diisi nasi serta lauk pauk. Disusuni dengan sebuah tumpeng yang diisi dengan sebuah bunga teratai putih. Disekelilingnya diisi 11 buah penek kecil, 11 buah kuangen, 11 buah tipat kukur/tipat gelatik, 11 buah tulung kecil, peras kecil pasucian, penyeneng, kelungah kelapa gading, lis, bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi, serta dilengkapi dengan jajan, buah-buahan dan lauk pauk.
2)   Sesayut Saraswati
            Terdiri dari sebuah kulit sesayut, diisi penek warna merah, penek warna putih dan penek warna hitam. Masing-masing sebuah dan dilengkapi dengan lauk pauk, pisang, buah-buahan, jajan, tebu, sampian nagasari, penyeneng dan canang burat wangi atau canang jenis lainnya.
3)   Sesayut Mertha Dewa
            Terdiri dari sebuah kulit sesayut, diatasnya diisi penek dan beras kuning, dialasi dengan takir, dilengkapi dengan lauk pauk, jajan, buah-buahan, sampian nagasari, penyeneng dan canang genten atau canang jenis yang lainnya.


4)   Sesayut Sida Karya
            Terdiri dari sebuah kulit sesayut di atasnya diisi nasi berbentuk segi empat bagian tengah-tengah nasi tersebut diisi sebuah tumpeng yang agak besar. Tumpeng tersebut diapit dengan tumpeng yang lebih kecil. Pada tumpeng yang paling besar puncaknya diisi terasi dan pada setiap sudutnya diisi sebuah kuangen. Dilengkapi pula dengan dua buah tulung dan perlengkapan lain yang pada dasarnya sama dengan sesayut mertha Dewa tersebut diatas.
5)   Sesayut Sida Purna
            Terdiri dari sebuah kulit sesayut, diisi nasi berbentuk bulat. Disekitarnya diisi lima buah penek masing-masing disisipi pucuk dapdap. Dilengkapi dengan ketipat sida purna lima buah dan perlengkapan lain seperti tersebut di atas.
6)   Sesayut Langgeng Amukti Sakti
            Terdiri dari sebuah kulit sesayut yang diisi sebuah penek. Penek tersebut disisipi sebua kalpika dan muncuk dapdap. Perlengkapan lainnya sama dengan sesayut tersebut diatas.

2.4 Jenis Upakara Lainnya
1)   Duma
            Alasnya sebuah ceper diisi kacang putih, komak, ubi, keladi, beras masing-masing lima iris dan tiap jenis dialasi dengan sebuah tangkih. Diantaranya diisi sebuah tangkih berisi pelawa, porosan yaitu 5 lembar sirih yang masih ujungnya, air cendana, dan pala jebug garum sebagai pinangnya. Diatasnya dilengkapi dengan tempat bunga, dan paling atas diisi bunga serta wewangian.
2)   Daksina
            Daksina adalah salah satu unit upakara yang disebut banten hulu atau linggih Ida Bhatara. Alasnya disebut bebedogan atau serembeng daksina atau wakul daksina.  Wewakulan ini lambang dari Pertiwi. Didalamnya diisi tampak (rangkaian daun kelapa yang berbentuk palang), sedikit beras, kelapa yang sudah dikupas, bersih serabutnya dan sudah dihaluskan, telur itik mentah yang ditempatkan pada sebuah kojong,pelawa pesel-peselan (terbuat dari gabungan lima jenis daun buah-buahan yang mewakili lima jenis warna). Yang biasa dipakai adalah daun manggis, ceroring, salak, mangga, dan durian. Pisang, tingkih, pangi dan biji ratus yang dialasi dengan kojong adalah symbol dari Manusia. Pisang sebagai tulang, tingkih sebagai paru, pangi sebagai hati dan biji ratus sebagai isi jeroan. Biji ratus ini terbuat dari biji-bijian seperti godem, jagung dan biji jali. Porosan  adalah symbol Tri Murti. Gegantusan adalah kojong atau bungkusan daun pisang yang berisi ikan teri, garam dan bumbu-bumbu yang merupakan hasil dari daratan dan lautan. Benang tukelan (benang Bali) adalah symbol dari hubungan antara Atma, Jiwatman dan Paramatma yang menyatu dalam proses Utpeti, Stiti dan Pralina. Uang sebagai pemirak atau penebus kekurangan (Sanjaya, 2010 : 60). Diatas bahan perlengkapan itu diisi canang payasan dan canang genten. Ada beberapa jenis daksina yaitu daksina alit, daksina pakakalan, daksina krepa, daksina gede dan daksina Pamogpog atau galahan.
3)   Peras
            Alas peras terbuat dari taledan, diatasnya diisi kulit peras dari janur atau daun kelapa yang sudah tua. Kemudian diisi sedikit beras, base temple, benang putih. Selanjutnya diatasnya diisi dua buah tumpeng, lauk pauk, jajan, buah-buahan, sampiannya sampian peras dan canangnya canang genten.  Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa peras adalah lambang Hyang Tri Guna Sakti.
Banten peras merupakan tanda pengesahan atau peresmian suatu upakara yang biasanya setelah upacara selesai, lekukan pada kulit peras akan ditarik dan beras yang ada dibawahnya akan ditaburkan (sanjaya, 2010 : 61).
4)   Pengambeyan
            Terdiri dari sebuah taledan sebagai alasnya, diisi dua buah tumpeng, tulung pengambeyan, tipat pengambeyan dan perlengkapan lainnya seperti lauk pauk, jajan, buah-buahan, tebu. Sampiannya sampian tangga.
Banten pengambeyan adalah banten yang berfungsi sebagai sarana penyambutan Ida Bhatara yang telah hadir dalam upacara yajna yang dilakukan (Sanjaya, 2010 : 62).
5)   Dapetan
      Terdiri dari sebuah taledan sebagai alasnya diisi sebuah tumpeng.
6)   Panyeneng
            Terbuat dari jejahitan yang berbentuk tiga petak. Pada petak-petak tersebut diisi : wija, tepung tawar, dan nasi sagau (nasi yang dicampur dengan abu dapur), dilengkapi pula dengan porosan dan bunga. Dilengkapi pula dengan tetebus, berupa benang putih yang disatukan dengan wija atau ditempatkan pada puncaknya.
            Banten Penyeneng berasal dari kata meneng yartinya duduk atau tinggal. Banten penyeneng ini berfungsi untuk mendudukan atau menstanakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Ida bhatara di tempat yang telah disediakan (Sanjaya, 2010 : 61).
7)   Jarimpen
            Terbuat dari sebuah keranjang yang bentuknya bulat panjang, dibungkus dengan daun enau atau janur. Pada keranjang atau pembungkusnya diikatkan beberapa jenis jajan. Sebagai alasnya pada ujung bawah keranjang tersebut diisi sebuah wakul yang didalamnya diisi beras, base tampel, benang putih, uang. Ujung yang diatas diisi sampian jerimpen.
8)   Banten Saraswati
            Terdiri dari sebuah ceper sebagai alasnya atau dapat diganti dengan tamas. Diatasnya diisi beberapa perlengkapan sebagai berikut :
(1)   Ketan, injin, beras merah dan beras putih yang dinyahnyah lalu dialasi dengan sebuah tangkih, jawa, jagung nasi, godem dan biji jail semuanya dinyahnyah lalu dialasi dengan tangkih. Rujak segara gunung (ramuan yang terbuat dari temu-temu yang boleh dimakan, parutan kelapa, buah delima, asam, bawang goring, gula ental), nyahnyah ketan, injin, beras merah, beras putih, uyah uku, arak, berem, susu lalu dialasi dengan takir.
(2)   Bubur precet, yang terbuat dari tepung beras, dicampur dengan santen dan air cendana lalu dialasi dengan takir, diisi sendok dari janur 2 buah.
(3)   Bubur cendol, bahannya sama seperti bubur precet, Cuma diisi madu dan sebuah sendok dari janur dialasi dengan sebuah takir.
(4)   Jaja kukus ketan, injin, jaja kukus merah dan jaja kukus kuning dialasi tangkih.
(5)   Bubur sumsum seperti diatas  dibungkus dengan daun ending ada yang bungkusannya bentuk rokok dan ada juga berbentuk seperti bungkusan tape.
(6)   Bubur sumsum seperti diatas, tetapi dibungkus dengan daun bringin yang masih terikat ditangkainya (tiap tangkai berisi 5 lembar daun). Bentuk bungkusannya seperti rokok, sirih tampel, dan seperti bungkusan tape sedangkan dua daun beringin yang lain dibiarkan kosong.
(7)   Jajan saraswati yaitu terbuat dari tepung beras yang berwarna putih dibentuk menyerupai 2 ekor cecak lengkap dengan sarang dan telurnya. Mata cecak tersebut dibuat dari biji injin.  Jajan saraswati ini dialasi dengan sebuah tangkih. Pada tamas tersebut juga dilengkapi pula dengan pisang, buah-buahan, jajan, tebu, sampian, pelaus, pasucian, canang burat wangi atau canang sari.
9)   Suci Alit
            Sebagai alasnya diperlukan empat buah tamas yang letaknya disusun sedemikian rupa. Tamas yang paling bawah berisi :pisang, tebu, panca phala (lima jenis buah-buahan) masing-masing 2 iris, porosan masing-masing 2 biji dan jajan sesamuhan suci yang berwarna putih letaknya dikanan dan yang berwarna kuning di kiri. Tiap jenis jajan satu biji. Serta dilengkapi dengan jajan lainnya.
Tamas yang kedua dari bawah isinya seperti tersebut diatas, tetapi tiap jenis isinya 5 biji/iris.  Jajan sesamuhan sucinya seperti diatas, masing-masing 1 biji, disamping itu juga diisi jajan saraswati yang dialasi dengan sebuah tangkih/celemik.
            Tamas yang ketiga dari bawah diisi tiga buah penek, yang sebuah diantaranya diisi air cendana, yang sebuah air santan, dan yang ketiga berisi telur itik yang telah direbus (Penek guru).
            Tamas yang keempat dari bawah diisi lauk pauk seperti kacang-kacang , serundeng (sesaur) ikan laut, ikan air tawar, telur itik, daging itik, sayur-sayuran dan sebuah kulit lada yang berisi tum.
            Suci tersebut dilengkapi pula dengan pisang mentah, yaitu sejenis upakara dengan alas sebuah wakul kecil berisi porosan, bija ratus, kacang-kacang mentah dan sampian tangga kecil.
10) Jenis-jenis Jajan Suci
            Nama jajan suci ini di beberapa tempat mungkin berbeda-beda. Yang diketengahkan disini adalah sesuai yang tercantum dalam lontar antara lain :
(1)   Jajan yang berwarna putih ada 12 jenis yang disebut puspa, karna, wong, kebeber, kebeber mesari, katibubuan, udang, kuluban, bungan temu, panji, tiga getas, tuding dan payasan.
(2)   Yang berwarna kuning ada 6 jenis yaitu candigara, ratu magelung, payasan, tuding, kuluban dan panji.
            Disamping itu ada pula jajan yang disebut raka-raka seperti begina, bekayu, jaja uli, kaliadrem, pisang goring, jaja kukus, dan sebagainya semuanya berwarna putih dan kuning.
11) Pengulapan
            Terdiri dari sebuah taledan sebagai alasnya. Pada setiap sudutnya diisi jejahitan yang disebut babut serta diisi jajan, buah-buahan dan biji ratus. Ditengah-tengah diisi beras, base tampel, benang putih, penyeneng, sanggah urip, raka-raka dan lain-lainnya.
            Banten pangulapan adalah banten yang berfungsi untuk mengundang Ida Bhatara agar hadir dalam upacara yang dilakukan.
12) Sorohan
            Terdiri dari sebuah taledan sebagai alasnya berisi 18 tumpeng kecil, peras alit, tulung, sesayut, lingga, sanggah urip, raka-raka dan buah-buahan.
13) Tegen-tegenan (Salaran)
            Terdiri dari sebuah cabang pohon dapdap yang masih daunnya, lalu diikatkan menjadi satu dengan sebatang tebu. Pada salah satu ujungnya digantungi tipat dampulan, pisang dan beberapa jenis jajan seperti begina, jaja uli dan sebagainya. Pada ujung yang lagi satu digantungi ketan, injin, beras, biji-bijian seperti biji untuk bahan bijaratus, bumbu-bumbuan. Masing-masing dibungkus dengan tapis.
14) Kewangen
            Kuangen ini sangat banyak kegunaannya dan yang paling sering adalah pada upacara persembahyangan. Terbuat dari sebuah kojong dari daun pisang, dibagian atasnya dipotong sedemikian rupa sehingga berbentuk lonjong. Ke dalam kojong itu dimasukkan porosan, silih asih. Dibagian atasnya dihiasi dengan cili, pelawa dan bunga serta dilengkapi dengan uang kepeng dua biji dibungkus dengan janur dan ditancapkan di ujung atas kojong tersebut.
            Dalam persembahyangan kewangen dimaksudkan sebagai perlambang Ong Kara. Melalui lambang Ong Kara tersebut konsentrasi ditujukan dalam persembahyangan sehingga lebih mantap dan khusuk. Dalam penggunaan sembahyang kewangen dijepit sedemikian rupa sehingga bagian yang ada jepingan uang kepengnya menghadap pada orang yang memakainya, sedangkan bagian yang tampak seperti punggungnya menghadap kearah pelinggih.
















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
            Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam setiap melaksanakan upacara, kita memerlukan yang namanya upakara. Adapun beberapa jenis upakara yang digunakan dalam upacara Dewa Yadnya yang meliputi :
1)      Jenis canang yang meliputi Canang Genten, Canang Burat Wangi, Canang Tubungan, Tadah Pawitra/Tadah Sukla, Canang Sari, Canang Pangrawos, Canang Pasucian/Pembersihan, Canang Meraka, Canang Rebog, dan  Canang Oyodan.
2)      Jenis Upakara yang berbentuk Hidangan/Makanan meliputi Banten Hidangan, Jauman, Sajin Saraswati, Rayunan Saraswati, Tebog, Selanggi, Pajegan, Ajuman, Tumpeng Pengayaagan, Tumpeng Wewakulan, Banten Pakoleman, Tumpeng Agung, Tumpeng Guru, dan Tumpeng Putih Kuning.
3)      Jenis Sesayut meliputi Sesayut Prayascita Luwih, Sesayut Saraswati, Sesayut Mertha Dewa, Sesayut Sida Karya, Sesayut Sida Purna dan Sesayut Langgeng Amukti Sakti.
4)      Beberapa jenis Upakara lainnya meliputi Duma, Daksina, Peras, Pengambeyan, Dapetan, Penyeneng, Jarimpen, Banten Saraswati, Suci Alit Jenis-jenis jajan Suci, Pangulapan, Sorohan, Tegen-tegenan, dan Kewangen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar