BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
pelaksanaan persembahyangan atau pemujaan terlebih lagi melaksanakan kegiatan
upacara yajna, tentu tidak bisa terlepas dari segala sarana yang digunakan atau
dipersembahkan. Sarana upacara itu
disebut dengan upakara, yang lebih umum disebut dengan banten. Upakara merupakan sesaji yang dipersembahkan. Banten
memiliki fungsi antara lain adalah sebagai symbol bakti memuja dan memohon
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai symbol ungkapan rasa terima kasih
atau angayu bhagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta segala
manifestasinya, sebagai symbol penyerahan diri dengan setulusnya kehadapan
Tuhan, sebagai symbol penyucian diri atau menghilangkan segala kotoran, sebagai
symbol pembangkit semangat spiritual, moral, mental dan jiwa
umat Hindu dalam menjalani kehidupan
agar selalu mendapat tuntunan dari Tuhan, sebagai sarana penyucian dan
pembersihan alam semesta beserta isinya agar kehidupan ini bisa berjalan
harmonis dan seimbang, sebagai penetralisir kekuatan-kekuatan negatif yang bisa
mengganggu keseimbangan alam semesta ini.
Dalam upakara
yajna atau bebanten itu terdapat beberapa hal yang bersifat prinsip yaitu
prinsip nama atau sebutan, bisa pula persamaan bunyi
dalam bahan dari banten itu sendiri. Prinsip nama ini
memiliki arti bahwa unsur-unsur banten itu bila dilihat dari nama atau bunyi
mengandung makna yang sesuai dengan tujuan upakara tersebut.
Disamping
itu, dalam upakara atau banten juga terdapat konsep Tri Angga dalam pembuatan
banten sorohan. Konsep Tri Angga ini
adalah konsep berdasarkan tiga bagian dari tubuh yaitu kepala pada bagian atas,
badan pada bagian tengah dan kaki pada bagian bawah.
Dalam
melaksanakan kegiatan persembahyangan atau pemujaan, terlebih lagi melaksanakan
kegiatan upacara yajna, tentu tidak bisa terlepas dari segala sarana yang digunakan atau
dipersembahkan. Sarana upacara itu disebut dengan upakara,
yang lebih umum disebut dengan banten. Upakara yajna
atau banten itu sungguh banyak jenisnya. Berikut akan
diuraikan sedikit tentang upakara yajna yang digunakan dalam upacara Dewa
Yajna.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
saja jenis canang dalam upacara Dewa Yajna?
1.2.2
Apa
saja jenis upakara yang berbentuk hidangan/makanan dalam upacara Dewa yajna?
1.2.3
Apa
saja jenis Sesayut dalam upacara Dewa yajna?
1.2.4
Apa
saja upakara lainnya dalam upacara Dewa Yajna?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Untuk mengetahui tentang jenis canang
dalam upacara Dewa Yajna.
1.3.2
Untuk mengetahui tentang jenis upakara
yang berbentuk hidangan/makanan dalam upacara Dewa Yajna.
1.3.3
Untuk mengetahui tentang jenis sesayut
dalam upacara Dewa Yajna.
1.3.4
Untuk mengetahui tentang jenis upakara
lainnya dalam upacara Dewa Yajna.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis
Canang dalam Upacara Dewa Yajna
Canang
merupakan sarana upakara yang memiliki beberapa bagian.
Adapun beberapa jenis canang yang ada yaitu :
1)
Canang
Genten
Alasnya
dibentuk dari janur, dibentuk segi empat, diatasnya diisi plawa, selanjutnya
secara berturut-turut diisi porosan (terbuat dari sirih, pinang,
berisi kapur dan diikat dengan janur yang dibentuk lancip), diatasnya diisi
rangkaian janur berbentuk kojong/tangkih dan paling atas diisi bunga-bunga,
pandan arum dan wangi-wangian atau minyak wangi.
2)
Canang
Burat Wangi
Bentuk alasnya sama dengan canang genten, tetapi dibawahnya dilengakpi
dengan tiga buah tangkih. Tangkih yang pertama diisi burat
wangi (campuran akar-akar yang berbau harum, cendana, majegau dan sebagainya
dihaluskan). Tangkih yang kedua diisi minyak lenga wangi
berwarna hitam. Tangkih yang ketiga diisi minyak lenga
wangi berwarna putih.
3)
Canang
Tubungan
Bentuk dan
perlengkapan hampir sama dengan Canang Genten. Yang berbeda hanya bentuk porosannya yang dibuat dari daun sirih
yang masih menyatu dengan cabangnya sebanyak 5 helai. Dibentuk
sedemikian rupa sehingga membentuk huruf X. ditengah-tengahnya diikat dengan
selembar daun sirih diantara lima daun sirih.
4)
Tadah
Pawitra/Tadah Sukla
Bentuknya
seperti canang genten, tetapi dilengkapi dengan kacang komak, ubi, dan pisang
kayu yang masih mentah. Semua bahan
tersebut dicampur dan digoreng. Setelah masak
masing-masing ditempatkan pada sebuah tangkih.
5)
Canang
Sari
Terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian bawahnya berbentuk segi empat untuk menempatkan
: pisang emas, jajan kekiping, tebu, palawa dan porosan. Bagian atasnya
dibuat dengan bentuk uras sari ( bentuknya bulat
dengan hiasan pinggirnya berlekuk-lekuk) untuk menempatkan bunga, beras kuning
dan wangi-wangian.
6)
Canang
Pengrawos
Alasnya
berbentuk segi empat disebut taledan. Pada
sisi-sisinya diisi pelekir yaitu bentuk hiasan segi tiga. Pada setiap
sudutnya diisi sebuah kojong yang berisi : pinang,
gambir, tembakau, dan kapur. Ditengah-tengahnya diisi
beberapa lembar daun sirih dan kadang-kadang dilengkapi dengan rokok.
Diatas disusuni
dengan sebuah taledan atau ceper . Didalamnya
diisi tangkih diisi beras kuning, minyak wangi. Paling
atas barulah diisi bunga-bunga sebagai pengganti bunganya dapat diisi canang
sari atau canang burat wangi.
7)
Canang
Penyuci/pembersihan
Alasnya
berbentuk ceper diisi 7 jenis alat-alat berbersih diri (pensucian) seperti :
(1) Sisig
(pembersih gigi, dibuat dari jajan begina yang dihanguskan dan arangnya dihaluskan).
(2) Ambuh
(bahan untuk berkeramas, dibuat dari daun kembang sepatu yang disisir halus
atau dapat diganti dengan asem maupun kelapa atau santen).
(3) Kekosok
putih (lulur putih) dibuat dari tepung beras.
(4) Kekosok
kuning (lulur warna kuning) dibuat dari tepung beras di campur kunir.
(5) Tepung
tawar (terbuat dari campuran daun dapdap, beras dan kunir yang ditumbuk halus
menjadi satu).
(6) Wija/sesarik,
terbuat dari beras yang dicuci bersih dan dicampur dengan air cendana.
(7) Tetebus,
dibuat dari benang warna putih.
(8) Minyak
kelapa atau minyak wangi.
Masing-masing
bahan tersebut dialasi dengan sebuah tangkih.
Diatasnya diisi sebuah canang Payasan dilengkapi dengan
plawa, porosan, bunga serta wewangian.
8)
Canang
Meraka
Alasnya
adalah sebuah ceper, diisi sedikit jajan, pisang atau buah-buahan, dan tebu.
Sampaiannya disebut ari kekili yang berbentuk kojong serta
dilengkapi dengan palawa, porosan dan bunga serta wewangian. Dalam penggunaan canang meraka ini dapat dilengkapi dengan canang
genten.
9)
Canang
Rebong
Alasnya
sebuah dulang yang kecil. Dibagian tengah dulang
tersebut dipancangkan sebuah pohon pisang yang tidak begitu besar untuk tempat memasangkan
bunga yang telah ditusuk dengan lidi. Selanjutnya diisi
sasrojan dari janur.
Perlengkapan
lainnya terdiri dari :
beras kuning, air cendana, lenga wangi burat wangi, tadah pawitra,
masing-masing dialasi dengan tangkih, pisang mas, jaja kekiping, lalu diatasnya
disusuni bunga-bunga yang diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan rapid an
artistic. Dibagian ujung atasnya atau puncaknya diisi satu
atau tiga cili dari janur, paku pipid dari janur dan hiasan lainnya untuk
menambah keindahannya.
10) Canang Oyodan
Sebagai
alasnya digunakan sebuah wakul atau dapat pula dengan alas sebuah dulang.
Diisi perlengkapan seperti pada canang rebong, ditambah dengan sebuah tumpeng,
nyahnyah gula kelapa (campuran ketan, injin, beras merah, beras putih,kelapa yang disisir, dan gula dicampur menjadi satu
kemudian dinyahnyah). Diatasnya diisi bunga dan hiasan dari
rangkaian janur.
2.2
Jenis Upakara yang berbentuk
Hidangan/Makanan
Adapun beberapa jenis upakara yang
berbentuk hidangan seperti berikut :
1)
Banten Hidangan
Dengan
alas berbentuk taledan, diisi rayunan putih kuning, lauk pauk lengkap dengan
daging ayam putih atau itik putih yang diguling atau mebe tutu. Apabila antara nasi yang
putih dan kuning masing-masing dipisahkan, maka masing-masing juga disertai
lauk pauknya.
Diatasnya diisi sebuah taledan lagi
untuk alas berjenis-jenis jajan yang berwarna putih dan kuning. Taledan ketiga sebagai alas buah-buahan. Paling atas diisi
canang burat wangi, canang sari, tadah pawitra, pasucian, canang
pangrawos.
2)
Jauman
Terdiri dari beberapa jenis jajan,
antara lain jajan yang masak karena direbus seperti bantal, masak karena
digoreng seperti pisang goring, kaliadrem dan sebagainya. Masak
karena dinyahnyah seperti laklak, masak karena dikukus seperti jajan kukus.
Masing-masing ditempatkan pada sebuah taledan.
Dilengkapi
dengan tipat kelanan/tipat sirikan lengkap dengan lauk pauknya yang juga
ditempatkan masing-masing pada sebuah taledan.
Setiap taledan diisi dengan sebuah canang Genten.
3) Sajin Saraswati
Terdiri dari sebuah taledan berisi
tumpeng berwarna : merah, putih dan hitam, dilengkapi
dengan lauk pauk, jajan dan buah-buahan. Sampiannya
menggunakan sampian tangga serta sebuah canang genten atau dapat pula diganti
dengan jenis canang yang lainnya.
4) Rayunan Saraswati
Bentuknya berupa
ajengan gibungan warna putih satu taledan, dan warna kuning satu taledan.
Masing-masing dilengkapi dengan lauk pauk seadanya. Dagingnya daging itik putih diguling atau mebe tutu. Atau dapat pula diganti dengan daging ayam putih mebetutu. Diatas kedua rayunan tersebut diisi pasucian atau canang sari.
5)
Tebog
Bentuknya
mendekati sebuah topi, dibuat dari janur/ambu. Di
dalamnya diisi nasi kuning, lauk pauk, sayur, ikan laut, telur dadar dan lain
sebagainya. Dilengkapi pula dengan wayang-wayangan dari kates yang masih muda atau mentimun. Alasnya
sebuah taledan diisi jajan, buah-buahan dan setengan tipat nasi. Sampiannya disebut sampian kepet-kepetan.
6)
Selanggi
Bentuknya seperti tebog,
hanya saja tempat nasinya lebih kecil.
7) Pajegan
Terdiri dari dua
atau tiga buah taledan. Yang satu diisi nasi dan
taledan yang kedua diisi dengan aneka jenis lauk pauk yang dialasi
masing-masing dengan sebuah tangkih. Taledan yang
ketiga diisi jajan serta buah-buahan. Bila lauknya berupa olahan dan
sate, maka akan mempergunakan empat buah taledan.
8) Ajuman/Sodaan
Alasnya sebuah
taledan diisi dua buah penek (nasi yang dibentuk sedemikian rupa tinggi kurang
lebih 5 cm), dilengkapi dengan lauk pauk, jajan, buah-buahan, sampian/tangkih,
sampian soda, canang genten/canang yang lainnya.
9) Tumpeng Penyaagan
Alasnya adalah
sebuah ceper diatasnya diisi dua buah tumpeng kecil, lauk pauk, jajan,
buah-buahan dan sampian tangkih.
10) Tumpeng Wewakulan (Jerimpen Dewa)
Terdiri dari
sebuah wakul kecil diisi sebuah tumpeng, lauk pauk, jajan, buah-buahan dan
sampian jaet.
11) Banten Pakoleman (Pangadangan)
Terdiri dari sebuah
taledan berisi dua buah ceper kecil, masing-masing berisi nasi serta lauk pauk.
Pada taledan itu juga diisi dua buah tumpeng, lauk pauk yang
dialasi masing-masing dengan sebuah tangkih/ceper. Dilengkapi
pula dengan jajan, buah-buahan, tebu, sampian kepet-kepetan atau sampian soda,
canang burat wangi.
12) Tumpeng Agung
Terdiri dari sebuah
alas, dengan sebuah tumpeng Agung (besar) dagingnya guling itik atau guling
babi. Dilengkapi dengan sesayut pengambeyan, peras,
penyeneng, pengiring.
13) Tumpeng Guru
Terdiri dari sebuah
taledan sebagai alasnya, diisi kulit sesayut. Diatasnya
diisi sebuah tumpeng yang pada puncaknya diisi sebuah telur itik yang sudah
direbus. Disisipi dengan sebuah orti dari lontar atau
janur. Dilengkapi pula dengan pisang, jajan,
buah-buahan, lauk pauk dengan daging itik putih diguling. Disertai pula
dengan sorohan alit, penyucian tadah pawitra, ajuman, daksina, peras dan
penyeneng serta sampian tangga.
14) Tumpeng Putih Kuning
Alasnya terdiri dari dua buah taledan. Yang
satu berisi tumpeng putih dan yang satu lagi berisi tumpeng kuning, lengkap
dengan jajan, buah-buahan, lauk pauk. Tumpeng yang
berwarna kuning lauknya daging ayam betina putih siungan. Sampiannya sampian tangga. Canang pasucian
dan burat wangi.
2.3
Jenis Sesayut
Banten sesayut hampir sama dengan banten tebasan, bedanya hanya berisi banten
isehan, 1 ekor ayam panggang, jajan dan buah-buahan. Banten ini bermakna suatu
permohonan atau pengharapan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar apa yang kita harapkan dalam upacara yajna itu bisa
terkabulkan. Banten sesayut itu banyak jenisnya seperti (Sanjaya, 2010 : 61) :
1)
Sesayu Prayascita Luwih
Terdiri dari
sebuah kulit sesayut. Diisi tulung agung. Didalamnya diisi nasi serta lauk pauk. Disusuni
dengan sebuah tumpeng yang diisi dengan sebuah bunga teratai putih.
Disekelilingnya diisi 11 buah penek kecil, 11 buah kuangen, 11 buah tipat
kukur/tipat gelatik, 11 buah tulung kecil, peras kecil pasucian, penyeneng,
kelungah kelapa gading, lis, bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi, serta
dilengkapi dengan jajan, buah-buahan dan lauk pauk.
2)
Sesayut Saraswati
Terdiri dari
sebuah kulit sesayut, diisi penek warna merah, penek warna putih dan penek
warna hitam. Masing-masing sebuah dan dilengkapi
dengan lauk pauk, pisang, buah-buahan, jajan, tebu, sampian nagasari, penyeneng
dan canang burat wangi atau canang jenis lainnya.
3) Sesayut Mertha Dewa
Terdiri dari
sebuah kulit sesayut, diatasnya diisi penek dan beras kuning, dialasi dengan
takir, dilengkapi dengan lauk pauk, jajan, buah-buahan, sampian nagasari,
penyeneng dan canang genten atau canang jenis yang lainnya.
4)
Sesayut Sida Karya
Terdiri dari
sebuah kulit sesayut di atasnya diisi nasi berbentuk segi empat bagian
tengah-tengah nasi tersebut diisi sebuah tumpeng yang agak besar. Tumpeng tersebut diapit dengan tumpeng yang lebih kecil. Pada tumpeng yang paling besar puncaknya diisi terasi dan pada
setiap sudutnya diisi sebuah kuangen. Dilengkapi pula dengan dua buah
tulung dan perlengkapan lain yang pada dasarnya sama
dengan sesayut mertha Dewa tersebut diatas.
5) Sesayut Sida Purna
Terdiri dari
sebuah kulit sesayut, diisi nasi berbentuk bulat. Disekitarnya diisi lima buah penek masing-masing disisipi pucuk dapdap.
Dilengkapi dengan ketipat sida purna lima buah dan
perlengkapan lain seperti tersebut di atas.
6)
Sesayut Langgeng Amukti Sakti
Terdiri dari
sebuah kulit sesayut yang diisi sebuah penek. Penek
tersebut disisipi sebua kalpika dan muncuk dapdap. Perlengkapan lainnya sama dengan sesayut tersebut diatas.
2.4
Jenis Upakara Lainnya
1)
Duma
Alasnya sebuah ceper diisi kacang
putih, komak, ubi, keladi, beras masing-masing lima
iris dan tiap jenis dialasi dengan sebuah tangkih. Diantaranya
diisi sebuah tangkih berisi pelawa, porosan yaitu 5 lembar sirih yang masih
ujungnya, air cendana, dan pala jebug garum sebagai pinangnya. Diatasnya dilengkapi dengan tempat bunga, dan paling atas diisi
bunga serta wewangian.
2) Daksina
Daksina adalah
salah satu unit upakara yang disebut banten hulu atau linggih Ida Bhatara.
Alasnya disebut bebedogan atau serembeng daksina atau wakul
daksina. Wewakulan
ini lambang dari Pertiwi. Didalamnya diisi tampak (rangkaian daun kelapa
yang berbentuk palang), sedikit beras, kelapa yang sudah dikupas, bersih serabutnya
dan sudah dihaluskan, telur itik mentah yang ditempatkan pada sebuah kojong,pelawa pesel-peselan (terbuat dari gabungan lima jenis daun
buah-buahan yang mewakili lima jenis warna). Yang biasa
dipakai adalah daun manggis, ceroring, salak, mangga, dan durian. Pisang, tingkih, pangi dan biji ratus yang dialasi dengan kojong
adalah symbol dari Manusia. Pisang sebagai tulang,
tingkih sebagai paru, pangi sebagai hati dan biji ratus sebagai isi jeroan.
Biji ratus ini terbuat dari biji-bijian seperti godem, jagung
dan biji jali. Porosan adalah symbol Tri Murti. Gegantusan
adalah kojong atau bungkusan daun pisang yang berisi ikan teri,
garam dan bumbu-bumbu yang merupakan hasil dari daratan dan lautan. Benang
tukelan (benang Bali) adalah symbol dari hubungan antara Atma, Jiwatman dan
Paramatma yang menyatu dalam proses Utpeti, Stiti dan Pralina. Uang sebagai
pemirak atau penebus kekurangan (Sanjaya, 2010 : 60). Diatas bahan perlengkapan itu diisi canang payasan dan canang
genten. Ada beberapa jenis daksina yaitu daksina alit, daksina pakakalan,
daksina krepa, daksina gede dan daksina Pamogpog atau galahan.
3) Peras
Alas peras terbuat dari taledan,
diatasnya diisi kulit peras dari janur atau daun kelapa yang sudah tua. Kemudian diisi sedikit beras, base temple, benang putih. Selanjutnya diatasnya diisi dua buah tumpeng, lauk pauk, jajan,
buah-buahan, sampiannya sampian peras dan canangnya canang genten. Dalam lontar Yadnya
Prakerti disebutkan bahwa peras adalah lambang Hyang Tri Guna Sakti.
Banten peras
merupakan tanda pengesahan atau peresmian suatu upakara yang biasanya setelah
upacara selesai, lekukan pada kulit peras akan ditarik dan beras yang ada
dibawahnya akan ditaburkan (sanjaya, 2010 : 61).
4) Pengambeyan
Terdiri dari
sebuah taledan sebagai alasnya, diisi dua buah tumpeng, tulung pengambeyan,
tipat pengambeyan dan perlengkapan lainnya seperti lauk pauk, jajan,
buah-buahan, tebu. Sampiannya sampian tangga.
Banten
pengambeyan adalah banten yang berfungsi sebagai sarana penyambutan Ida Bhatara
yang telah hadir dalam upacara yajna yang dilakukan (Sanjaya, 2010 : 62).
5) Dapetan
Terdiri dari sebuah
taledan sebagai alasnya diisi sebuah tumpeng.
6) Panyeneng
Terbuat dari
jejahitan yang berbentuk tiga petak. Pada petak-petak tersebut diisi : wija, tepung tawar, dan nasi sagau (nasi yang
dicampur dengan abu dapur), dilengkapi pula dengan porosan dan bunga. Dilengkapi pula dengan tetebus, berupa benang putih yang disatukan
dengan wija atau ditempatkan pada puncaknya.
Banten Penyeneng
berasal dari kata meneng yartinya duduk atau tinggal. Banten penyeneng
ini berfungsi untuk mendudukan atau menstanakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Ida bhatara di tempat yang telah disediakan (Sanjaya, 2010 :
61).
7) Jarimpen
Terbuat dari
sebuah keranjang yang bentuknya bulat panjang, dibungkus dengan daun enau atau
janur. Pada keranjang atau pembungkusnya diikatkan
beberapa jenis jajan. Sebagai alasnya pada ujung bawah
keranjang tersebut diisi sebuah wakul yang didalamnya diisi beras, base tampel,
benang putih, uang. Ujung yang diatas diisi sampian
jerimpen.
8)
Banten Saraswati
Terdiri dari
sebuah ceper sebagai alasnya atau dapat diganti dengan tamas. Diatasnya
diisi beberapa perlengkapan sebagai berikut :
(1) Ketan,
injin, beras merah dan beras putih yang dinyahnyah lalu dialasi dengan sebuah
tangkih, jawa, jagung nasi, godem dan biji jail semuanya dinyahnyah lalu
dialasi dengan tangkih. Rujak segara gunung (ramuan yang terbuat dari temu-temu
yang boleh dimakan, parutan kelapa, buah delima, asam, bawang goring, gula
ental), nyahnyah ketan, injin, beras merah, beras putih, uyah uku, arak, berem,
susu lalu dialasi dengan takir.
(2) Bubur
precet, yang terbuat dari tepung beras, dicampur dengan santen dan air cendana
lalu dialasi dengan takir, diisi sendok dari janur 2 buah.
(3) Bubur
cendol, bahannya sama seperti bubur precet, Cuma diisi
madu dan sebuah sendok dari janur dialasi dengan sebuah takir.
(4) Jaja
kukus ketan, injin, jaja kukus merah dan jaja kukus kuning dialasi tangkih.
(5) Bubur
sumsum seperti diatas
dibungkus dengan daun ending ada yang bungkusannya bentuk rokok
dan ada juga berbentuk seperti bungkusan tape.
(6) Bubur
sumsum seperti diatas, tetapi dibungkus dengan daun bringin yang masih terikat
ditangkainya (tiap tangkai berisi 5 lembar daun). Bentuk bungkusannya seperti
rokok, sirih tampel, dan seperti bungkusan tape sedangkan dua daun beringin
yang lain dibiarkan kosong.
(7) Jajan
saraswati yaitu terbuat dari tepung beras yang berwarna putih dibentuk
menyerupai 2 ekor cecak lengkap dengan sarang dan telurnya. Mata cecak tersebut
dibuat dari biji injin. Jajan saraswati
ini dialasi dengan sebuah tangkih. Pada tamas tersebut juga dilengkapi pula
dengan pisang, buah-buahan, jajan, tebu, sampian, pelaus, pasucian, canang burat
wangi atau canang sari.
9)
Suci Alit
Sebagai alasnya
diperlukan empat buah tamas yang letaknya disusun sedemikian rupa. Tamas
yang paling bawah berisi :pisang, tebu, panca phala (lima jenis buah-buahan)
masing-masing 2 iris, porosan masing-masing 2 biji dan jajan sesamuhan suci
yang berwarna putih letaknya dikanan dan yang berwarna kuning di kiri. Tiap jenis jajan satu biji. Serta
dilengkapi dengan jajan lainnya.
Tamas
yang kedua dari bawah isinya seperti tersebut diatas, tetapi tiap jenis isinya
5 biji/iris. Jajan sesamuhan sucinya seperti diatas, masing-masing 1 biji,
disamping itu juga diisi jajan saraswati yang dialasi dengan sebuah
tangkih/celemik.
Tamas yang ketiga
dari bawah diisi tiga buah penek, yang sebuah diantaranya diisi air cendana,
yang sebuah air santan, dan yang ketiga berisi telur itik yang telah direbus
(Penek guru).
Tamas yang keempat dari bawah diisi
lauk pauk seperti kacang-kacang , serundeng (sesaur)
ikan laut, ikan air tawar, telur itik, daging itik, sayur-sayuran dan sebuah
kulit lada yang berisi tum.
Suci tersebut
dilengkapi pula dengan pisang mentah, yaitu sejenis upakara dengan alas sebuah
wakul kecil berisi porosan, bija ratus, kacang-kacang mentah dan sampian tangga
kecil.
10) Jenis-jenis Jajan Suci
Nama jajan suci
ini di beberapa tempat mungkin berbeda-beda. Yang diketengahkan disini
adalah sesuai yang tercantum dalam lontar antara lain :
(1) Jajan
yang berwarna putih ada 12 jenis yang disebut puspa, karna, wong, kebeber,
kebeber mesari, katibubuan, udang, kuluban, bungan temu, panji, tiga getas,
tuding dan payasan.
(2) Yang
berwarna kuning ada 6 jenis yaitu candigara, ratu magelung, payasan, tuding,
kuluban dan panji.
Disamping itu ada pula jajan yang disebut raka-raka seperti begina,
bekayu, jaja uli, kaliadrem, pisang goring, jaja kukus, dan sebagainya semuanya
berwarna putih dan kuning.
11) Pengulapan
Terdiri dari
sebuah taledan sebagai alasnya. Pada setiap sudutnya
diisi jejahitan yang disebut babut serta diisi jajan, buah-buahan dan biji
ratus. Ditengah-tengah diisi beras, base tampel,
benang putih, penyeneng, sanggah urip, raka-raka dan lain-lainnya.
Banten pangulapan
adalah banten yang berfungsi untuk mengundang Ida Bhatara agar hadir dalam
upacara yang dilakukan.
12) Sorohan
Terdiri dari sebuah taledan sebagai
alasnya berisi 18 tumpeng kecil, peras alit, tulung, sesayut, lingga, sanggah
urip, raka-raka dan buah-buahan.
13)
Tegen-tegenan (Salaran)
Terdiri dari
sebuah cabang pohon dapdap yang masih daunnya, lalu diikatkan menjadi satu
dengan sebatang tebu. Pada salah satu ujungnya
digantungi tipat dampulan, pisang dan beberapa jenis jajan seperti begina, jaja
uli dan sebagainya. Pada ujung yang lagi satu
digantungi ketan, injin, beras, biji-bijian seperti biji untuk bahan bijaratus,
bumbu-bumbuan. Masing-masing dibungkus dengan tapis.
14)
Kewangen
Kuangen ini sangat
banyak kegunaannya dan yang paling sering adalah pada upacara persembahyangan.
Terbuat dari sebuah kojong dari daun pisang, dibagian atasnya
dipotong sedemikian rupa sehingga berbentuk lonjong. Ke
dalam kojong itu dimasukkan porosan, silih asih. Dibagian
atasnya dihiasi dengan cili, pelawa dan bunga serta dilengkapi dengan uang
kepeng dua biji dibungkus dengan janur dan ditancapkan di ujung atas kojong
tersebut.
Dalam
persembahyangan kewangen dimaksudkan sebagai perlambang Ong Kara. Melalui lambang Ong Kara tersebut konsentrasi ditujukan dalam
persembahyangan sehingga lebih mantap dan khusuk. Dalam
penggunaan sembahyang kewangen dijepit sedemikian rupa sehingga bagian yang ada
jepingan uang kepengnya menghadap pada orang yang memakainya, sedangkan bagian
yang tampak seperti punggungnya menghadap kearah pelinggih.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam
setiap melaksanakan upacara, kita memerlukan yang namanya upakara.
Adapun beberapa jenis upakara yang digunakan dalam upacara Dewa Yadnya yang meliputi :
1) Jenis
canang yang meliputi Canang Genten, Canang Burat Wangi, Canang Tubungan, Tadah
Pawitra/Tadah Sukla, Canang Sari, Canang Pangrawos, Canang
Pasucian/Pembersihan, Canang Meraka, Canang Rebog, dan Canang Oyodan.
2) Jenis
Upakara yang berbentuk Hidangan/Makanan meliputi Banten Hidangan, Jauman, Sajin
Saraswati, Rayunan Saraswati, Tebog, Selanggi, Pajegan, Ajuman, Tumpeng
Pengayaagan, Tumpeng Wewakulan, Banten Pakoleman, Tumpeng Agung, Tumpeng Guru,
dan Tumpeng Putih Kuning.
3) Jenis
Sesayut meliputi Sesayut Prayascita Luwih, Sesayut Saraswati, Sesayut Mertha
Dewa, Sesayut Sida Karya, Sesayut Sida Purna dan Sesayut Langgeng Amukti Sakti.
4) Beberapa
jenis Upakara lainnya meliputi Duma, Daksina, Peras, Pengambeyan, Dapetan,
Penyeneng, Jarimpen, Banten Saraswati, Suci Alit Jenis-jenis jajan Suci,
Pangulapan, Sorohan, Tegen-tegenan, dan Kewangen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar