Rabu, 01 Januari 2014

Lontar Sanghyang Mahajnana


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Isi lontar Sang Hyang Mahajnana
Lontar ini terdiri dari 87 sloka dengan terjemahannya ke dalam bahasa Jawa-Kuna yang memuat penjelasan Bhatara Siwa kepada puteranya Sang Kumara. Isinya antara lain tentang yang disebut "maturu" yaitu dasendrya dan yang disebut "matanghi" yaitu Panca Bayu, Tentang purusa dan prakrti, Siwa lingga, bahya lingga atma lingga. Kemudian tentang Saptapada yaitu : Jagrapada, Susupta pada, Swapnapada, Turyapada, turyantapada, Kewayapada, Paramakewalyapada.
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Keutamaan Sanghyang Ongkara dalam kaitannya dengan "kamoksan" serta peranan hati juga ada diuraikan dalam lontar ini.
Dalam lontar ini ada hal yang khas, yaitu bahwa setiap penjelasannya didahului dengan semacam teka-teki, seperti misalnya: apa yang merupakan api dalam air, apa yang dimaksud matahari terbit di malam hari, dan sebagainya (http://shivabuddha.blogspot.com/2010/08/sang-hyang-mahajnana.html, 19/11/2012, 20:18) . Adapun isi dari lontar Sanghyang Mahajnana tersebut yaitu :
1)      Dasendrya
Dasendrya adalah sepuluh indrya manusia yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu panca Budhindrya ( lima macam indrya yang terdapat pada manusia untuk mengetahui) meliputi Caksuindriya (mata), Sotendriya (telingga), Ghranendriya (hidung), Jihwendriya (lidah), Twakindriya (kulit), dan panca Karmendriya (lima macam indriya yang ada pada manusia yang berfungsi untuk melakukan sesuatu) meliputi  Panindriya (tangan), Padendriya (kaki), Grabhendriya (perut), Upasthendriya/Bhagendriya (kelamin laki-laki/wanita), Payuindriya (pelepasan/anus). Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana ajaran Dasendrya tercantum dalam Sloka 3, 4, 5, 8 dan 11. Adapun isi Sloka tersebut sebagai berikut :
Dasendriyani suptani wayuragnis ca jagrtah
Mano dasadisi gatam prthiwyambuni jiryyatah. 3

2
 
He kamung kumara anung sinangguh maturu ikang dasendriya ikang matanghi wayu lawan teja ya sinangguh pancawayu ngaranya. Iwirya prana apana samana udana wyana ika sinangguh teja prabhawa sub ning sarira ya tekamangenaha ring awak  ikang maha ri dasa desa [ kadi angganintg haringet  ri prawrttinya.
Artinya :
Wahai anakku Sang Hyang Kumara , yang menyebabkan tubuh ini tertidur,adalah dasendrya, yang menyebabkan bangkit adalah panca Bayu namanya, yaitu: prana, apana, samana, udana, wyana, itulah yang merupakan sinar prebhawa yang merasuk kedalam tubuh dan menempati sepuluh tempat dalam tubuh, seperti halnya dewa wisnu, inilah perumpamaanya:

 Eka bharya trayah putra dwe hale dasa dhnewah
Suksmatre mama wasatir yyo weti sa rawim wrajet. 4

Hana ya anakebi tunggal ] anakya tlu] hana ta gala rwang siki ] lawan lembu sapuluh] unggwannya tngahning sawah ] an pwa mwah ring ta anakebi tunggal manak tlu ] mwang hiking gala rwang lawan ikang lembu sapuluh ] mwang ikang sawah sawah kahananya ] ya teka tka ri pada bhatara siwa, ]sang wruh irika ya tumemwakeni sang pinaka swami ning rat kabeh.
Artinya :
Ada sepasang suami istri, memiliki tiga anak, ada srigala dua ekor, serta 10 lembu, yang bertempat di tengah sawah, demikian halnya sepasang suami istri yang beranak tiga, serta sepasang  srigala  dan sepuluh lembu, serta sawah sebagai tempatnya , semuanya akan di rasuki oleh dewa siwa, orang yang mengetahui tentang hakekat beliau sebagai sumber dari segala sumber di jagat raya ini.

Bharya wyaktam gunah putra mano bhudhis ca dwe hale
Drenawas cendriyan yewaa hrdayam ksetram ucyat. 5

Ikang pradana ya sinangguh anakebi tunggal ] ikang tri guna ] ya sinangguh anak tlu] apan mijil saking pradana ya ] ikang budhi maanah] ya sinangguh gala rwang siki] sinangguh lembu sapuluh] ikang dasendrya] ya sinagguh sawah] ikang witning hati] mwang pusuh pusuh]] ika ta kabeh kawruhan de sang mahyun kalepasan ]
3
 
Artinya :
Yang diumpamakan pradana adalah sepasang suami istri, tri guna diumpamakan ketiga anaknya, sebab tri guna keluar dari pradana, sementara Budhi dan manah diumpamakan sebagai dua ekor srigala, yang diumpamakan sebagai 10 lembu adalah dasendrya, yang diumpamakan sebagai sawahnya adalah kata hati/ bathin, beserta segala isinya, semua itu harus di ketahui oleh orang yang akan mencari kelepasan .

Dasendryani rastram hi sariram nagaram tatha
Atmana tu hatwa sarwa rudralokam awapnuyat. 8

Ya sinangguh kadatwan ] ikang dasendrya] ya sinangguh wanwa ] ikang sarira, ika ta kabeh patyakna] patyakna ngaranira , tinggalakna kalingan ika, sampun pwa kawasa kabeh katinggal] mati kalinganya kapangguh tang rudra loka denta
Artinya :
Yang diumpamakan sebagai tempatnya adalah dasendrya ,yang diumpamakan sebagai desanya adalah tubuh kita, itu semua harus di musnahkan, patyakna(di musnahkan) artinya di tinggalkan, setelah semuanya berhasil di tinggalkan maka mati pasti akan bertemu di rudra loka olehnya.

Swam sariram manah puspam om karah pawakah smrtah
Dasendryani kurmmas ca sarwa nadyo nadyah smrthah. 11

Ikang sarira  ya akasa ngaranya ] sang hyang manah sira kembang Sang Hyang Omkara sira apuy] ring dalem wway ] iakang dasendriya ] yeka pamaspes gigirnya ] ikang lwah ngaranya] Nadi otwat ika
Artinya :
Tubuh kita, itu disebut sebagai akasa, Sang Hyang Manah sebagai kembangnya , Sang Hyang Omkara sebagai apinya, di dalam air adalah dasendrya, sebagai asap yang mengelilinginya yang dimaksud sebagai sungainya adalah pembuluh darah dan urat.

2)      Panca Bayu
4
 
Panca Bayu adalah tenaga hidup material yang muncul dari atman/yang ada dalam tubuh. Panca Bayu terdiri dari prana, apana, samana, udana dan wyana. Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana ajaran Panca Bayu tercantum dalam Sloka 3, 14. Isinya sebagai berikut :
Dasendriyani suptani wayuragnis ca jagrtah
Mano dasadisi gatam prthiwyambuni jiryyatah. 3

3
 
He kamung kumara anung sinangguh maturu ikang dasendriya ikang matanghi wayu lawan teja ya sinangguh pancawayu ngaranya. Iwirya prana apana samana udana wyana ika sinangguh teja prabhawa sub ning sarira ya tekamangenaha ring awak  ikang maha ri dasa desa [ kadi angganintg haringet  ri prawrttinya.
Artinya :
Wahai anakku Sang Hyang Kumara , yang menyebabkan tubuh ini tertidur,adalah dasendrya, yang menyebabkan bangkit adalah panca Bayu namanya, yaitu: prana, apana, samana, udana, wyana, itulah yang merupakan sinar prebhawa yang merasuk kedalam tubuh dan menempati sepuluh tempat dalam tubuh, seperti halnya dewa wisnu, inilah perumpamaanya.

Manno budhir ahangkaro wayubhih pancabhih saha
Pranastau sarwabhutranam sariram suksmam ucyate.14

Hana ta manah ] budhi ] ahangkara ] hana ta panca wayu ngaranya waneh] lwirnya prana ] apana] samana] udana ] wiyana ] lima bedhania . pranastau sarwa bhutanam . ika ta kabeh wwalu pindanya ] pinaka prana ning bhuta kabeh] sariram suksmam ucyate. Ya sinangguh suksma sarira ngaranya waneh
Artinya :
Ada yang disebut manah, budhi, ahangkara, ada panca bayu namanya, seperti :prana ,apana, samana, udana, wiyana, ada lima sifat yang berbeda, pranastau sarwa bhutanam .itu semua terbagi menjadi tiga , sebagai prana dari semua bhuta , sariram suksmam ucyate. Yang kedua Beliau juga sebagai suksma sarira .

3)      Tentang Purusa dan Prakerti
Purusa adalah jenis kesadaran tertinggi. Purusa sama dengan unsure kejiwaan. Prakerti adalah unsure kebendaan. Ketika unsur Purusan dan Prakerti bertemu, maka muncullah yang namanya budhi, Ahamkara dan Manah. Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana ajaran Purusa dan Prakerti tercantum dalam Sloka 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 56, 82, dan 83. Isi Sloka tersebut sebagai berikut :
Mataram pitaram hatwa dwau ca brahmanau
5
 
Sa rastram nagaram hatwa rudralokam awapnuyat. 6
Bapanta mwang hibunta ] sira patyananta] mwang maling rwa ] mwang brahmana rwa ] patyananta teka ] telas pejah pwa bapanta mwang hibunta ] mwang hiking maling rwa, ] lawan hiking brahmana rwa] mwang kadatwan lawan warrna mami, ] kapangguh tang rudra loka denta] mangkana ling bhatara
Artinya :
Ayah dan ibumu, beliau patut di hilangkan , serta dua maling , serta dua brahmana , matikanlah , setelah mati kedua orang tuamu, , kedua maling itu, dan kedua brahmana itu, serta tempat dan segala jenisnya , maka akan bertemu di rudra loka , demikian lah sabda bhatara .

Mataram prakertim widyat purusam ca pitaram widuh]
dharmo dharmas ca dwau harau bhudir mmanas ca brahmanau. 7

sang prakerti sira sinangguh ibu] sang purusa sira sinangguh bapa ] dharma adharma sira sinangguh maling rwa] ikkang bhudi manah sira sinangguh brahmana rwa
Artinya :
Sang Prakerti di umpamakan sebagai Ibu, Sang Purusa diumpamakan sebagai bapak , dharma adharma sebagai kedua maling itu, budhi dan manah diumpamakan sebagai kedua brahmana itu.

Akase jayate puspam nadyam jwalati pawakah
Mrduprsthani kurmanam ratrau ca jayate rawih. 9

Hana kambanging akasa] hawan apuy dumilah ri dalem wway] hana ya pasmapes gigirnya ] hana taditya metu ring wngi] ika ta kawruhana de sang mahyun kalpasan
Artinya :
Ada ruang  di angkasa, awan dan api yang bersinar dari dalam air, ada juga  asap tebal yang mengelilinginya , ada matahari yang muncul di tengah kegelapan, itu hendaknya di ketahui oleh orang yang mencari kelepasan

Ka akasae ca kim puspam ka nadi ko hi pawakah
6
 
Kurmmaprsthani kannyewa ka ratrih ko rwis tatha.10
Aparan yeka sinagguh bhatara akasa , aparan teka sinangguh kembang wih] aparan teka sinangguh lwah, aparan sinangguh apuy ri dalemwway] aparan ta sinangguh pasmapes gigirnya] aparan ta sinangguh wngi ngarannya wih, Aparan sinangguh aditya ring wengi
Artinya :
Apakah yang diumpamakan sebagai bhatara akasa , apakah yang dimaksud dengan kembang wih, apakah yang dimaksud dengan sungai, apa yang dimaksud dengan api di dalam air, apakah yang dimaksud dengan asap yang mengelilinginya, apakah yang dimaksud dengan kegelapan, apakah yang dimaksud dengan matahari di tengah kegelapan,

Ratris ca prakrtir jneya rawis ca purusa tatha
Atmajnanam tu wijnaya mucyate natra samsayah. 12

Sang pradana sira wngi] sang purusa siraditya mte ring wengi, sang Hyang Atma sira sinangguh janana wruh pwa wang irika kabeh ] ta sandehakena mulih maring pada bahatara
Artinya :
Sang Pradana adalah kegelapan, sang Purusa adalah matahari yang muncul di tengah kegelapan, Sang Hyang Atma disebut sebagai jnana, semuanya diketahui bersemayam disana  oleh orang , semuanya itu tidak bisa di pungkiri akan kembali kepada beliau.

Skando ratris ca wijneyas caksus ca wa rawis tatha
Manojnanam tu wijnaya sa mucyate wai janmanah. 13

Sinanguh wengi ngaranya waneh ] ikang sarira pancamaha bhuta ] rawi ngaranya ] ikang dasendrya ] sinangguh jananatma] sira ta luputing janma sangsara
Artinya :
Yang di umpamakan sebagai kegelapan adalah tiada lain, panca maha bhuta dalam tubuh kita , matahari  adalah dasendryanya, yang di sebut janana atma , beliau luput dari segala penderitaan manusia.

Kamalam ca pranalam ca tiktam iswara ewa wa|
7
 
Sarirayatane diwye tatra sathapyo maheswarah. 56
Ikang paruparu| ya kamala| yeka ngaran pranala| ikang tikta| ya ta ngaran lingga| ikang  Sarira| ya ta ngaran khayangan| putus ning sinangguh diwya bhatara| maheswara| sira pratisthe ngkana. Ikang sarira pradhana| mangkana lawang sanga.
Artinya :
Di dalam paru-paru, disebut kamala, itu namanya pranala, tikta itu, beliau disebut lingganya badan kasar, itu juga disebut kahyangan,  beliau disebut sebagai sang maha putus, dewa maheswara, beliaulah yang akan membersihkan badan kasar (pradana), demikian juga sembilan lobang.

rātriś ca praktir jñeyā rawiś ca puruas tathā|
dyutiś ca wā mahādewa śūnya ca parama śiwa. 83

ikang prakti ya sinangguh wngi| sang purua sira sinangguh āditya| sang hyang mahādewa sira pinakateja| bhaara śiwa sira śūnya| sira ta yukti kawruhana|
Artinya :
Prakerti itu di sebut sebagai malam, sang Purusa disebut sebagai matahari, Sang Hyang Maha dewa sebagai sinarnya, Bhatara Siwa sebagai sunya/ sepi, itulahyang harus kamu ketahui.

Manah kaiwalyam wijneyam bhudir brahma prakirtitah
Ahangkarastatha rudra sattwam caiwa maheswarah. 72

Bhatara wisnu sira hyangning manah, bhatar brahma sira hyangning budhibhatara Rudra sira Hyangning ahangkara, bhatara Maheswara sira Hyang ning satwa,
Artinya :
Bhatara Wisnu sebagai dewanya pikiran,/manah, bhatara  brahma beliau dewanya budhi, bhatara Rudra beliau sebagai dewanya ahamkara, dan bhatara maheswara beliau sebagai dewanya sifat satwa

4)      Tentang Saptapada
Saptapada terdiri dari Jagrapada, Swapnapada, Susuptapada, Turyapada, Turyantapada, Kewalyapada, dan Paramakewalyapada. Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana ajaran ini tercantum dalam Sloka 46-53. Isinya yaitu :
8
 
Padam jāgrat tu bramanah swapno wisnupadal tatha|
Susuptam padam rudrasya turyyapado maheswarah. 46

Hyang nikang jagrapada| sang hyang brahma| hyang nikang swapnapada| sang hyang wisnu| hyang nikang susuptapada| sang hyang rudra| hyang nikang turyyapada sang hyang maheswara.
Artinya :
Sebagai dewanya di jagra pada, Sang Hyang Brahma ,sebagai dewanya di swapna pada, sang Hyang Wisnu , sebagai dewanya di susupta pada , Sang Hyang Rudra sebagai dewanya di turyapada, Sang Hyang Maheswara

Turyyantasya mahadewo namna swipadam tatha|
Paramatmanas ca kaiwalyam param kaiwalyam santidam. 47

Hyang nikang turyyanta| sang hyang mahadewa| sira sinangguh siwapada ngaranya| hyang nikang kaiwalya| sang hyang isana| hyang nikang paramakaiwalya| bhatara paramasiwa| sira ta santida ngaranya| sinangguh kamoksan mangkana ling bhatara| umarahmarah ri sang kumara.
Artinya :
Sebagai dewanya di turyanta , Sang Hyang maha dewa, beliau disebut sebagai siwapada namanya, , dewanya di kaiwalya, Sang Hyang Isana , dewanya di Parama kaiwalya , bhatara paramasiwa, , beliau juga disebut santida namaya, artinya mencapai kamoksan , demikianlah sabda bhatara  , memberikan ajaran kepada Sang Hyang Kumara.

Jagrac caswamedhayajno wajapeyas ca swapnakam
Pundarikah susuptam ca rajasūyas ca turyyakam. 48

Ikang jāgrapada|  ya aswamedhayajna  ikangswapnapada  ya wājapeyayajna  ikang susuptapada  ya pundarika  ikang tūryyapada  ya rājasūya ngaranya.
Artinya :
Di jagara pada, adalah aswameda yadnya, di swapna pada adalah wajapeya yajna, di susupta pada adalah Pundarika, di turya pada adalah raja suya namanya.

Jāgrad wamsantarityuktam diwyarūpas caturmukhah 
Bhasmabyam jatādharo brahmacāri ca panditah. 49

9
 
Ikang jāgrapada  ya pakuwwan watěk hyang brahmā  iběkan pwa caturmmukha
Diwyarūpa sira  pada putih dening awu  pada mangunyākěn caturwwedamantra  mwang jatādhara  pada brahmacāri sira   pada masawit brahmaūtra  mangkana pahyasnira  nitya samūjā ring sang hyang brahmā sira.
Artinya :
Di jagra pada adalah tempat sthana para dewa brahma , di penuhi oleh dewa catur muka bermuka empat, memiliki rupa yang sangat mulya beliau, berwarna putih abu abu beliau, sedang merapalkan catur weda  mantra, memakai ketu, dan sedang melaksanakan brahma cari, memakai kain kulit kayu, demikianlah busananya , selalu memuja kehadapan dewa brahma beliau.

Swapnasya dewatacyuto diwyarupas caturbhujah|
Sangkhacakragadahastah khagendrawahanah. 50

Ikang swapnapadal| ya pakuwwan watek hyang wisnu| kapwa diwyarupa| pada sira caturbhuja| kapwa sira manggego sangkha sakra mwang gada| pada manunggali garuda.
Artinya :
Di swapna pada , adalah tempat dewa wisnu, semuanya memiliki rupa yang mulya, bertangan empat, semuanya memegang sangka(trompet kulit kerang), memegang cakradan gada , dan menunggangi burung garuda.

Susuptasya dewatokto rudrarupah kaladharah|
Trinetras trisulahastah sarwwo wrsabhawahanah. 51

Ikang susuptapada| ya pakuwwan sisya bhatara rudra| sira pada manggego kala| kapwa sira trilocana| pada mawama trisula| pada manunggangi lmbu.
Artinya :
Di susupta pada , adalah tempat bhatara rudra, semuanya  memegang dupa(pasepan), berkepala tiga, dan memegang tri sula, dan menunggangi lembu.

Turyyasya cesanah prokoto nityatrpto wiragatah|
Niraharasca nirajo wayubhutas caracare. 52
10
 
Ikang turyyapada| ya pakuwwan sisya bhatareswara| kapwa sira trpti sadakala| tanpa lwir sira| tatan hana kahyunira| wayu pinakaswabhawa nira hana ring sarwwabhuta.
Artinya :
Di jagat turya pada, adalah tempat bhatara iswara , beliau semuanya tenang dan damai, tidak tergoyahkan beliau, tidak ada yang dipikirkan oleh beliau, angin sebagai kekuatan swabhawa beliau, yang ada di semua mahluk.

Turyyante siwa ityukta rsiryo jnane cittakah|
Yo jnatwaitam caiwa bhawantacariti smrtah. 53

Ikang turyyanapada| ya pakupwan kahanan bhatara siwa| sira ta kawruhana de sang wiku| sira mangenangena jnana de bhatara| lawan sang hyang atma| parananya msat| ri kala ning pralaya| tatan hanang janma ling bhatara| tan dadya kapunarbhawa.
Artinya :
Di turyana pada, adalah tempat bhatara siwa, tidak diketahui oleh sang wiku, beliau mencoba membayangkan kekuatan bhatara, dan sang hyang Atma, jiwanya melesat disaat kematian/ kehancurannya, tidak ada manusia , sabda bhatara, tidak akan mengalami punarbhawa.

Suryyakoti sahasram surhrdayamwimalam subham
Hrdayante padam sunyam palam kaiwalyam ucyate. 62

Ikang hati malilang malit, ya pada lawan aditya sewu, tejanya ilang pari purna ring hayu, tumpukning hati yeka pada sunya, ya sinangguh parama kaiwalya
Artinya :
Di dalam hati yang sangat kecil, besarnya sama dengan seribu matahari, sinarnya hilang tanpa bekas di rongganya, akan sepilah di hati, di hati seketika menjadi sunya,  itulah yang disebut parama kaiwalya

5)      Tentang Konsepsi Tri Murti
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Konsepsi Tri Murti dalam Lontar Mahajnana tercatum dalam Sloka 59. Isinya sebagai berikut :
Wame bahau shito wisnur ddaksine ca caturmmukhah|
11
 
Maheswarasamudbhawau brahma wisnus ca dwawubhau. 59
Sang hyang wisnu sira munggwing bahu keri| sang hyang brahma sira munggw ing bahu tngan| bhatara maheswara sira munggw ing patngahtngahan sang hyang brahma wisnu| sang hyang tigawak bhatara| sangksepanya n katiga| sang hyang brahma wisnu maheswara| awak bhatara sira.
Artinya :
Sang Hyang Wisnu bersemayam pada bahu kiri, sang Hyang Brahma bersemayam pada bahu kanan, sang Hyang maheswara bersemayam di tengah-tengah, sang hyang brahma wisnu mahesora adalah tiga perwujudan bhatara,  kejelasannya yang tiga tersebut, sang Hyang Brahma wisnu maheswara adalah perwujudan Bhatara

6)      Keutamaan Sanghyang Ongkara Dalam Kaitannya Dengan Kemoksaan
Ajaran yang terkandung di dalam SangHyang Mahajnana adalah mengenai ajaran kelepasan yang bersifat Siwaistis yakni memuliakan Hyang Siwa. Omkara sangat mulia, paling mulia diantara mantra, amat halus. Dengan sarana Omkara seorang Yogiswara mendapat kamoksaan. Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana ajaran ini tercantum dalam Sloka 64, 65, 66, 73-82, 84-87. Isinya yaitu sebagai berikut :
Samsarasagare ghoe purusah sthito nagawati
Ongkaro garudo jnatwa yatanaya nityaddham. 64

Lwir ning Sang Hyang Purusa, sedeng niran haneng tngah ning apah, kadi ula siran katatakut , Sang Hyang Omkara ta sira haran garuda , sira tamawa sang purusa ring siwa pada
Artinya :
Seperti halnya Sang Hyang Purusa, saat beliau berada di dalah apah (sat cair), seperti ular beliau sangat menakutkan, Sang Hyang Omkara beliau sebagai garuda, beliaulah yang membawa sang Hyang Purusa ke siwa pada/ jagat siwa, 

Ong karaagnipradagdhatma manasah prawimucyate
Sariram tasya wagdagdham nirbbijam janmanasanam. 65

Nihan deya sang mahyun lpasa, ikang sarira ya tunu wehen gesenge, denira sang Hyang Omkara , sira ta mangaran apuy
12
 
Artinya :
Beginilah caranya orang yang ingin terlepas , bakarlah tubuhnya supaya hancur, dengan menggunakan Sang Hyang Omkara , beliau saat itu sebagai api.

Sarwwesam aksaranam ca Ongkaras ca wisisyate
Ong karah paramam suksmam tatwam nirwwanaprapakam. 66

Kadiwyan sang Hyang Om  Kara sira wih sangkeng mantra kabeh, sira sinangguh parama suksma , mangkana ikang kamoksan kapangguh denira, sang hyang Ongkara pinaka marga de sang yogiswara
 Artinya :
Ke utamaan Sang Hyang Omkara seperti jiwa dari semua mantra , beliau disebut parama suksma ,demikianlah kamoksan itu akan dapat di capai olehnya. Sang Hyang Omkara di jadikan sebagai jalan oleh para yogiswara.
 Sa janaadhikara jneyah sahasranaawasahayah
Yo jnanatwo samsayam sa sadyodrstamaheswarah. 73

Sira bhatara meweh kapanggihannira , tan kinawruhan dening mapunggung, dumeh ya mangkana, sakarikwehning jnana, ika ta wang wruh ring bhatara , mwang henak donira wruh ri tatwa bhatara , ya teka tan kasandeha kna ya kalpasan
Artinya :
Beliau para bhatara sangat sulit di temukan, tidak akan bisa diketahui oleh orang yang bodoh , itulah sebabnya , hanya dengan kekuatan jnana , barulah orang akan tahu keberadaan bhatara, dan itulah sebabnya cari tahulah tentang ketatwan bhatara, sehingga nantinya tidak akan mendapat halangan dalam mencapai kalepasan .

Samsarasagare ghore ongkaro hi naus cocyate
Yenottirnnah parawaro nawasya kim prayojanam. 74

Makweh sang hyang inajaraken, hana Omkara ngaranira, sira parahu sabhawanta, ikang sagara kaharan taksikta , sang hyang ongkara pwa sira parahwanta, yatanyan hentasan ikang papa magong, hlas pwa kita dating ri pada bhatara, lawan sayogya kita hentyakenta parahunta, apan tan hana prayojananta, an huwus ipasprayojananta samangkana juga paknanya
13
 
Artinya :
Sangatlah banyak beliau di ajarkan , ada yang di sebut Om kara, beliau adalah sebagai perahu dalam mengarungi, melintasi lautan yang sangat luas tak bertepi , sang Hyang Omkaralah sebagai perahunya, yang akan dapat melintasi lautan penderitaan yang luas, maka tidak akan ada halangan engkau datang menuju bhatara, kemudian sudah sepatutnyalah engkau mengendalikan atau menghentikan  perahumu, apabila engkau  tidak memiliki  tujuannya, jika engkau sudah memiliki tujuan yang pasti maka sepatutnyalah engkau laksanakan.

Nirgunam sarwwabhutanam suksmajanabhawasthitam
Hredaye laksayettatha moksa ewa prakirtitah. 75

nihan yoganta ri huripta| hana pada sūkma nirgua| tan kahanan rajah tamah| irika jñāna pinakaswabhāwanya| ri haneng śarīra| ya ta katon denta ring hati| apan yeka mūrtti bhaara sira| ya sinangguh kamokan ling bhaara.
Artinya :
Inilah yoga dalam hidupmu, semuanya sama sama berwujud suksma dan tak berwujud, tidak terikat oleh rajah dan tamah, disanalah kekuatan jnana akan melindunginya, didalam badan kasar/ sarira, kekuatan ini hanya terasa/terlihat  dalam hati, sebab semuanya itu adalah perwujudan bhatara beliau. Itulah yang disebut moksa, demikianlah sabda bhatara.

kāma krodha ca lobha ca moha mātsaryyam ewa ca|
ongkārāgnau tāni dagdhwā niśoka iwa candramā. 76

ndyārthanya| kāma| kahyun| krodha| glĕng| moha| lobha| punggung| mātsaryya| kimburu| mahyun tumunggalakna suta| ika ta kabeh| pūjākna ri sang hyang brahmā| ika sang hyang okāra| sira haran apuy| uwus pwa gsĕng ika kabeh| suwanihśreyasa kita| tan tan katampĕlan mala.
Artinya :
14
 
Dimanakah semua tujuannya, arthanya, pikiran, rasa marah, dendam, moha, lobha, kebodohan, matsarya, kebingungan, yang berkeinginan akan menguasainya, semuanya itu, dipuja oleh sang hyang Brahma, itulah Sang Hyang Omkara, beliau disebut api, setelah semua ikatan itu hancur terbakar, maka akan terbebaslah engkau, tidak akan dilekati lagi oleh semua kekotoran.

ācāryyaktopadeśa ekas twa śṛṇu putraka|
yathā sūha tathā labdha mucyate sarwwadukhebhya. 77

kunang ri sang sumangguhakĕn sang hyang upadeśa| eka kitānaku sang kumāra| putraputrangku kita| wacana tikang wubusku ri kita| śṛṇu ya kangökĕnta| kadi lwir nikang jñāna pih| sasar lwir nikang phala pangguhĕnta| mangkana ikang khaṇḍang āścaryya| samangkana lwirnira luput sakeng pāpa.
Artinya :
Kemudian orang yang bias menemukan sang Hyang Upadesa , hanya satu yaitu kamu anakku sang kumara, engkau adalah putra terbaikku, semua perkataanku kepadamu, hendaknya di dengarkan dengan seksama, seperti halnya dengan kekuatan jnana yang tidak di bina, maka akan mendapatkan hasil yang kurang baik yang engkau temukan, demikianlah pentingnya memiliki seorang guru/nabe, demikianlah contohnya sehingga kamu terbebas dari segala penderitaan.

 ata prayojanān nitya guru śuśrūeta sadā|
yathā śāsti tathā kuryyāt sa waktā hy upadeśānām. 78

kadi pwan ika sang hyang ktopadeśa| tarppa niphala| mangkana ling sang guru| an misanakĕn lawan bhaara guru| nityaśah sira makāgulugul bhaara.
Artinya :
Seperti halnya orang yang mendapatkan kedamaian dalam hidupnya, Tarpa nisphala(tidak mengharapkan hasil), demikanlah sabda sang Guru, jika tanpa bimbingan seorang guru, maka akan keluarlah dia dan di jadikan cemohan oleh gurunya

gātra wā sarwwaśāstrāā dhtam okāram ewa ca|
tatra sāre dhta guhya yaj jñātwā śāntim āpnuyāt. 79

15
 
ika ta wi de sang guru| salang sang hyang śāstratah| deya nira yan paweh kalpasan| hayu si madwārākĕn| mangkana de nira n maweh upadeśa| haywa sira mangicchā pih| apan sang hyang śāstra pangalapan sira| paa sira lawan śākti| pangalapan madhupāthar| sang hyang okāra pwa sira mulih ngamut putus ning diwya| gañĕn iĕpĕn| angĕnangĕnĕn| paramārtthanya| hana pwa sira sang wruh pinakaswāmī ning rāt| mwang sang wruh ri sang pinakanimitta ning aji| sira ta humangguh sang hyang kalpasan.
Artinya :
Itulah sebenarnya yang dimaksud sang Guru, orang yang mengajarkan tentang isi sastra, hanya dengan bantuan dialah engkau akan memperoleh kalepasan , akan berbahagialah orang yang melaksanakannya, demikianlah mereka mengajarkan tentang kebenarannya, janganlah engkau tidak melaksanakannya, sebab sastralah yang dijadikan sebagai adasar olehnya, demikian halnya kesaktiannya, sebagai hasil dari kekuatannya, , Sang Hyang Omkara akan kembali kepada kekuatan jnananya, itu yang patut diingat dan di hidupkan, pikirkanlah dengan baik, sebenarnya, jika ada orang yang mengetahui dan sebagai pemimpin di dunia.dan orang yang mengetahui asal mula dari pengetahuan ini, maka dialah yang akan dapat mencapai kelepasan.

wyakta ca prakti widyād awyakta purua widu|
tayor asad wyakta sac ca puruam awyakta widu. 80

ikang prakti| ya sinangguh wyākta ngaranya| wyākta ngaranya| tan hana tngah nikang rwa| hana ta sira sang purua ngaranira| jāti nira nirwwikāra prakti ngaranira| sira ta yukti kawruhana kamu ng kumāra.
Artinya :
Kekuatan Prakerti itu yang disebut sebagai wyakta(nyata) , wyakta artinya tidak ada diantara keduanya, ada  sang Purusa namanya, sebenarnya prakerti itu tak berwujud, itulah yang patut engkau ketahui wahai anakku sang Hyang Kumara.

yathā swawttito yānti candrakāntasya raśmiwat|
tathāstheyam atha tūryya jāgratswapnasuuptakam. 81

kunang ikang tūryyapada| ya dumeh ya molah| ikang jāgra swapna suupta| ya maganti molah| iulahakĕn pwa ya dening tūryya| ya matanyan wwang makolah gawenya| yatanyan kapangguha swawttinya| kady anggan ing teja ng katut swawtti ning wulan.
16
 
Artinya :
Kemudian di jagat turya pada, dia yang menyebabkan, dan yang mengubah,menyusup di jagra swapna, kemudian dia berganti dan berubah, kemudian menyebabkan berubah di turya, itulah sebabnya dia hanya menyebabkan berubah saja kerjanya, itulah yang mengakibatkan dia menemukan jati dirinya, seperti halnya sinar rembulan yang keluar dari bulan itu sendiri.

rudraloke tathā mātā īśwaro wā tathā pitā|
gurur wwāpi mahādewa iti dewawido widu. 82

sang hyang ṛṣi ibunta| sang hyang īśwara bapanta| sang hyang mahādewa sira guru kakinta| nahan lwir ning dewatā pinakajātinya| pinakawitanta| ling sang wruh rasa ning tattwa.
Artinya :
Sang Hyang Resi adalah Ibumu, Sang Hyang Iswara adalah bapakmu, Sang Hyang Mahadewa adalah Kakek gurumu, sama halnya sebagai dewata sebenarnya, sebagai asal mulamu, demikianlah orang yang mengetahui kebenaran dari tatwa.

mahājñāne mahāguhya sarwwabhāweu nityaśa
wyaktāwyakte parityājye upadeśo nigadyate. 84

ikang jñāna mahājñāna ngaranya| putus ning guhya| nitya hananya ring sarwwabhāwa kabeh| ikang wyakta| awyakta| ya teka haryyakna| ya ta upadeśa ngaranya.
Artinya :
Jnana itu, disebut sebagai maha jnana, terlepas dari keduniawian, selalu ada dalam setiap mahluk hidup, kenyataan dan ketidak nyataan ( sekala niskala), itulah yang patut dicamkan, yang disebut upadesa.

mahājñāne mahākathā kṛṣṇāpupadyate śiwa|
śiyānugrahabodhane etat te manggala dadma. 85

anung umangĕnangĕn ikang jñāna kabeh| kahananya bhaara śiwa juga| sira ta kahananira pih| ika ta don bhaara| matanyan gaweyakĕn tekang karmma| mwang amintonakĕn kuśala| ri hyun iran humanugrahāna ika iri kita.
17
 
Artinya :
Hendaknya kamu bisa memahami tentang semua hakekat jnana,demikian juga tentang keberadaan bhatara siwa , beliau lah yang menjadi asal mula dari semuanya, itulah yang menjadi tujuan dari bhatara, itulah sebabnya engkau harus berkarma, dan menunjukkan perbuatan baikkmu, sehingga dalam hatimu bisa menemukan ketenangan dalam dirimu. 

mahājñāne mahātattwa samāptā iha saśayā|
ātmalingge śiwa sthita śūnyaśūnyāntare tathā. 86

i ngke sang hyang mahājñāna| mahātattwa| sira wiśea ning tattwa| samāpta tus tka ring dinonya| haywa ta sangśaya kitānaku sang kumāra. ātmalingge śiwah sthitah. bhaara śiwa sira umungguh ring ātmalingga. śūnyaśūnyāntare tathā. ya sinangguh wkas ning śūnya ngaranya.
Artinya: :
di sanalah Sang Hyang Maha jnana , tatwa yang utama, beliau adalah tatwa yang paling sakti, dalam sekejap mencapai keheningan, janganlah kamu ragu wahai anakku Sang Hyang Kumara, ātmalingge śiwah sthitah, bhatara siwa akan bersemayam dalam Jiwamu, śūnyaśūnyāntare tathā.itulah yang dimaksud dengan keenangan yang abadi.

jñāna sakepato hy atra jñānasandhiś ca procyate|
jñānam etan mahāguhya yatnād ghhīta putrakā. 87

ike sang hyang jñāna| ya guhya| pājarku ri kitānaku sang kumāra| ya teka kayatnāknantānaku| yan mahyun ing padawiśea| nahan ta ya jñāna sangkipta| jñānasandhi ngaranya waneh| ya ta kawruhaknanta| tan dadi kapunarbhāwa| mangkana ling bhaara| mawarawarah ri sang kumāra| ring upadeśa lawan tattwa ni sang watĕk ṛṣi| sangkipta kalpasan| mantuk bhatara| mwang bhaarī.0m.
Artinya :
Disanalah Sang Hyang Jnana , dia adalah sepi, demikianlah sabdaku wahai anaku Sang Hyang Kumara, namun berhati hatilah wahai anaku, jika ingin supaya sakti, inilah jnana sang ksipta jnana sandhi namanya yang lain, itu patut engkau ketahui, engkau tidak akan terlahir kembali, demikianlah sabda bhatara, mengajarkan kepada Sang Hyang Kumara, di dalam ajaran Upadesa dan tatwa yang di buat oleh para resi, maka selesailah kalepasan, kembali lah para bhatara dan bhatari, Om


18
 
 
7)      Tentang Peranan Hati
Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana disebutkan juga mengenai peranan hati yaitu pada sloka 60-63. Isinya sebagai berikut :
Hrdye suksmabhutam ca jnane tisthati nityasah|
Suksmatwam ca wibhutwam ca katham jneyah si to stha ti. 60
                                                                                                                                             
Ri samangkana ning suksmaning hati, tathapinya mangkana kinawruhanta ya dening jnana , amengannya wekasan, umungguh ring jnana lana, sayojjya lawan bhatara, hana ta sunya sakeng sunya , hana tam alit sakeng malit, paramakaiwalnya, niraasraya ngarannya, tan kinahanan dening suka duka , mangkana ling bhatara .
Artinya :
Demikianlah tentang makna hati, akan tetapi walaupun demikian supaya diketahui oh jnana, sebagai pedoman kelak, supaya bersemayam terus dalam jnana, supaya berhubungann dengan bhatara, ada sepi yang berasal dari kesepian, ada sesuatu yang kecil berasal dari yang terkecil, sangat besar dan sangat kecil tidak bisa diungkapkan beliau, tidak terkena dalam bentuk suka dan duka, demikianlah sabda bhatara.

Sarwaswa yatha nimahat sthanam sasya pratisthati,
Hredaye padmakosas ca moksadam tri padam jneyam. 61

Hana ta padma ring hati, hana ta padma ring paru paru, ya ta padma kosa ngaranya, hana ta hrdaya ngaranya, sumungsang  ya malyang pih, ika ta kabeh ya tri pada ngaranya, unggwan ring rat kabeh.
Artinya :
Ada bunga teratai di dalam hati , ada sebuah teratai dalam paru paru, itulah padma kosa namanya , ada yang disebut hredaya namanya, mengambang terbalik dia tempatnya, itu semua, bersemayam di seluruh alam semesta,

 Suryyakoti sahasram surhrdayamwimalam subham
Hrdayante padam sunyam palam kaiwalyam ucyate. 62

Ikang hati malilang malit, ya pada lawan aditya sewu, tejanya ilang pari purna ring hayu, tumpukning hati yeka pada sunya, ya sinangguh parama kaiwalya
19
 
Artinya :
Di dalam hati yang sangat kecil, besarnya sama dengan seribu matahari, sinarnya hilang tanpa bekas di rongganya, akan sepilah di hati, di hati seketika menjadi sunya,  itulah yang disebut parama kaiwalya

Hrdimdharanakrtyam ca saiwam suksmam param padam
Ya jnatwa sarire smin mucyate naatra samsayah 63

Ikang hati , hana Siwa pada namanya, Ikang Omkara ya Parama Sunya , suksma pih, ikang Wang kumawruh ikang siwa pada sangkeng sarira , ya teka tan kasndehakna ling bhatara .
Artinya :
Di hati, ada yang disebut siwa pada, di dalam Omkara ada parama sunya, sangat rahasia, seseorang hendaknya mengetahui siwa pada yang ada dalam tubuhnya, maka dia tidak akan diragukan lagi sabda bhatara.

8)      Siva Lingga atau Atma Lingga
Dalam Lontar Mahajnana ajaran mengenai Siva dan Atma tercantum dalam sloka 54-71. Isinya sebagai berikut :
Tiktam ewa mahadewo mahajiwo maheswarah|
Darppane ca ya mayaiwa updeso ngidyate. 54

Sang hyang mahadewa sira tikta ngaranira| sang hyang maheswara sira jiwa| kady anggan ini maya katon ing crmin| mangkana bhatara| an pinakajiwa ning rat kabeh| anan katan ing sarira| ika ta kabeh| ya upadesa negaranya| ling bhatara ri sang kumara.
Artinya :
Sang Hyang mahadewa  beliau tikta namanya , Sang Hyang Maheswara adalah jiwa, seperti halnya bayangan yang terlihat di cermin, demikianlah perwujudan beliau, sebagai jiwanya seluruh mahluk, yang ada di setiap tubuh, semuanya itu, hanyalah sebagai tempatnya saja (wadah), demikianlah sabda bhatara kepada sang Hyang Kumara.

Tiktakam iswaro jneyah siwo samudahrtah|
20
 
Chayena dasarsanam tasmin turyyantasya nidasarsanam. 55
Sang hyang hinajaraken bhatara| i tngah ning tikta| kady anggan ing maya katon ing crmin| mangkana ta sira katon ing citta| sang hyang iswara sira tikta| nihan.
Artinya :
Sang Hyang Kumara diajarkan Oleh Bhatara, di tengah tengah tikta itu, seperti halnya bayangan yang terlihat di cermin, demikianlah yang terlihat dalam pikiran, sang hyang Iswara adalah merupakan tikta, demikian

Anggusthamatram asthaya sphatikabham maheswaram|
Sarirayatane diwye tatra maheswaram. 57

Kunang ikang| sasanggusthapramananya| prabhawa bhatreswara| kadi sphatika| ikang sarira tulkya kahyangan| mangkana ta bhatareswara| mangenangentanaku sang kumara.
Artinya :
Adapun juga , sasangusta pramananya ( yang menyucikan pramananya) adalah kekuatan bhatara iswara, seperti di sucikanlah tubuhnya  bagai kahyangan, demikianlah bhatara iswara, pikirkanlah anakku Sang Hyang Kumara.

Tawehantu wadah tiktamewam awacahata|
Saptadwipapramanas ca raja bhawati wiryyawan. 58

Ndya nikang mahapunggung| mawada jatinya| ang inujaraken tikta| ade ika sanggustha gongnya| ikang tikta| an pada gongnya lawan nusa pitu| apa nikang saptadwipa ngaranya| mangkana ta bhatareswara| sira ta mahaprabhawa juga tarwwanya mapaga| nahan ta ling nikang mamunggung| ya sinangguh sang pandita madwan.
Artinya :
Bagi orang yang sangat bodoh, sebenarnya selalu mengingkarinya, yang disebut sebagai tikta, tidak mengetahui kebesaran kekuatan membersihkannya, tikta itu, jika dibandingkan besarnya sama dengan tujuh pulau, sebagaimana yang disebut sapta dwipa(tujuh pulau) namanya , demikianlah bhatara Iswara , beliau sangat berwibhawa dan janganlah mengingkarinya, demikianlah orang yang bodoh, yang disebut sebagai pandita bohongan.


21
 
 
Niraksaram bhawen nityam nissatwam caiwa niskalam
Nirupah sarwabhawesu moksa esa prakirthitam 67

Tan kna ring aksara , tan hana, nguniweh sarwwa bhawa kabeh, ikang mangkana ya ta suksma , ling bhatara
Artinya :
Tidak bisa di tuliskan, tidak ada , apalagi dalam setiap mahluk hidup, beliau itu sangatlah suksma , sabda bhatara.

Atma caiwantaratma ca parama atma tathaiwa ca
Atyantas ca wibhuh sunyah, antyo bhuh parama siwah 68

 Hana ta atma ngaranya, hana ta antaratma ngaranya, hana ta paramatma ngaranya, tengah nikang tiga , hana ta atyantaatma ngaranya, sunya sira prabhu, sinangguh paramasiwa, nihsreasa, kayatnaakna tmentment
Artinya :
Ada yang disebut atma , ada yang disebut antara atma namanya, ada yang disebut paramatma namanya, diantara ketiga tiganya ada yang disebut atyantaatma namanya , beliau yang maha kosong, disebut sebagai parama siwa ,maha kosong, agar benar-benar berhati hati.

Atma wisnur iti jneyah antaratma pitamahah
Paramatma tatha rudrah atyantah parama siwah. 69

Sang Hyang wisnu sira atma , sang hyang brahma sirantaratma, bhatara rudra sira paramatma bhatara siwa sira atyantatma ,
Artinya :
Sang Hyang Wisnu beliau disebut atma, Sang Hyang rahma beliau disebut antaratma , bhatara rudra beliau adaalah parama atma, dan bhatara Siwa adalah antyantaatma .

Akaro jagrad ityuktam ukarah swapna ewa ca
Makaras ca susuptam bho ongkaras turyam ewa ca. 70

Ikang akara , ya jagra bija , ikang Ukara , ya swapna bija , ikang Ma kara , ya susupta ija, ikang Ong kara ya turya bija
22
 
Artinya :
Di dalam Ang kara, ada jagra bija, di U kara ada swapna bija, di dalam Ma kara ada susupta bija, dan di dalam Om kara ada turya bija,

Sthananyatha catwari ongkarasya parigrahah
Nabhau hrdaye kanthe ca mastake cawido widuh. 71

Hana ta sthana pat kwehnya, ongkara lawan bhatara , ndya ta desaning pat lwirnya puser, ing hati, ing gulu, , ing hulu
Artinya :
Ada empat tempat banyaknya , Om kara dengan Bhatara, dimanakah keempat tempat itu, seperti : di hati, di pusar, di tengkuk dan di kepala,

2.2 Ajaran-ajaran yang terkandung dalam lontar SangHyang Mahajnana
            Ajaran yang terkandung di dalam SangHyang Mahajnana adalah mengenai ajaran kelepasan yang bersifat Siwaistis yakni memuliakan Hyang Siwa. Di dalam lontar ini terjadi percakapan antara Hyang Kumara dengan Dewa Siwa yang menceritakan tentang bagaimana cara untuk mencapai moksa. Naskah ini terdiri dari atas delapan puluh tujuh sloka dalam bahasa sansekerta yang terjemahannya dalam bahasa Kawi. Inti ajaran Sang Hyang Mahajnana yaitu bagaimana mencapai kelepasan dan bisa menyatu dengan Hyang Siwa. Ada tiga komponen utama yang dibicarakan yakni purusa (unsur kesadaran),pradhana (unsur ketidaksadaran),dan atma (unsur kebijaksanaan).
            Untuk dapat mencapai alam itu, maka seseorang (yogi) hendaknya mempersembahkan semua keinginannya,kemarahannya,kelobaannya,keirihatiannya krpada Bhatara Brahma yang akan di bakar dengan api Sang Hyang Ongkara,sehingga terbebas dari segala mala. Kemudian mengadakan pemusatan pikiran yang tiada henti-hentinya kepada Bhatara Siwa melalui Swalingga atau atmalingga dan perwujudan lingga yang ada di luar diri dengan sarana mantra “Ong Sa Ba Ta A I” atau “Ong namah siwa ya”. Pada saat kematiannya akan mencapai kepada-Nya.
23
 
            Demikian inti ajaran Sang Hyang Mahajnana yang memulikan Bhatara Siwa beserta dengan sebutan atau kekuatan Beliau yakni Brahma, Wisnu, Rudra, Maheswara, Mahadewa, Isana, dan Paramasiwa. Jadi tujuan utama berbhakti kepada Hyang Siwa adalah untuk dapat menyatu dan mencapai tujuan hidup yang tertinggi ya
2.3  Konsep Penyatuan Siva Siddhanta dalam  Lontar Sanghyang Mahajnana
Dalam Lontar Sanghyang Mahajnana terlihat ada Konsep Penyatuan Siva Siddhanta dilihat dari adanya : Sekte Siva, yaitu  penyebutan banyak nama Dewa yang tiada lain adalah nama lain dari Siva itu sendiri. Dalam Lontar ini menganggap Dewa Siva sebagai Dewa yang Tertinggi. Disini juga terlihat pemujaan terhadap Tri murti, Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Dalam hal ini terlihat pemujaan beberapa sekte seperti sekte Agni (Brahma), Sekte Waisnawa (Wisnu), dan Sekte Siva (Maheswara). Penjelasan mengenai Tri Murti tersebut dapat kita lihat pada Lontar Mahajnana sloka 59 yang bunyinya “Sang Hyang Wisnu bersemayam pada bahu kiri, sang Hyang Brahma bersemayam pada bahu kanan, sang Hyang maheswara bersemayam di tengah-tengah, sang hyang brahma wisnu mahesora adalah tiga perwujudan bhatara,  kejelasannya yang tiga tersebut, sang Hyang Brahma wisnu maheswara adalah perwujudan Bhatara”. Yang maknanya dapat kita ambil bahwa Brahma Wisnu dan Maheswara adalah perwujudan dari Tuhan itu sendiri. Yang sebenarnya mereka adalah satu.


















24
 
 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari semua penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lontar SangHyang Mahajnana terdiri dari 87 sloka dengan terjemahannya ke dalam bahasa Jawa-Kuna yang memuat penjelasan Bhatara Siwa kepada puteranya Sang Kumara. Isinya antara lain tentang yang disebut "maturu" yaitu dasendrya dan yang disebut "matanghi" yaitu Panca Bayu Tentang purusa dan prakrti, Siwa lingga, bahya lingga atma lingga. Kemudian tentang Saptapada yaitu : Jagrapada, Susupta pada, Swapnapada, Turyapada, turyantapada, Kewayapada, Paramakewalyapada.
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Keutamaan Sanghyang Ongkara dalam kaitannya dengan "kamoksan" serta peranan hati juga ada diuraikan dalam lontar ini.
            Dalam lontar Sanghyang Mahajnana ini berisikan ajaran tentang cara mencapai Moksa yang dapat dilakukan dengan memuja Dewa Siwa sebagai Dewa Tertinggi. Di dalam lontar SangHyang Mahajnana semua ajaran disampaikan lewat cerita antara Hyang Kumara dengan Dewa Siwa. Semua isi percakan tersebut memberikan ajaran-ajaran tentang cara mencapai moksa dengan paham siwaistis. Inti ajaran SangHyang Mahajnana yaitu bagaimana mencapai kelepasan dan bisa menyatu dengan Hyang Siwa.













25
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Subagiasta I Ketut.2006.Saiva Siddhanta di India dan di Bali.Surabaya.Paramita.
Anonim. http://shivabuddha.blogspot.com/2010/08/sang-hyang-mahajnana.html, diakses 19 November 2012, 20 : 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar